Lima prinsip dalam berinternet ini perlu diaplikasikan oleh semua pihak yang
terlibat agar teknologi digital dapat dimanfaatkan secara baik dan bijak.
a. Keep Playing or Stop
Dunia
internet memang menyajikan banyak hal yang menyenangkan, salah satunya Game
Online. Namun sayangnya masih banyak orang yang belum bisa menggunakannya
secara bijak. Akibatnya mereka menyalahgunakannya hingga menjadi kecanduan.
Khususnya pada anak-anak dan remaja, game online yang dimainkan secara
berlebihan justru dapat sangat merugikan. Perlu sebuah ketegasan dari orangtua
dalam mengontrol kegemaran anak-anak mereka dalam memainkan tersebut.
Orangtua
perlu mendampingi dan mengajarkan anak untuk mampu membatasi diri dan
menghentikan permainan antara lain ketika : game yang mereka mainkan ternyata
tidak sesuai dengan usia mereka, mereka telah mencapai durasi waktu bermain
yang disepakati, mereka menemukan konten game yang mengandung kekerasan yang
tidak sesuai dengan usia mereka, pornografi dan judi. Dibawah ini daftar rating
game yang dapat menjadi panduan orangtua dalam mendampingi anak-anak ketika
bermain:
b. Click or Close
Konten
pornografi begitu banyak bertaburan di internet, dalam bentuk tulisan, audio,
gambar, foto maupun video. Konten tersebut bisa saja terdapat di setiap
aplikasi : media sosial, game, chat messanger, situs, dan sebagainya. Dengan
adanya internet, para produsen pornografi memang semakin mudah menyebarkan
produknya dalam beragam bentuk. Sekali orang melihat pornografi, sulit berhenti
untuk melihatnya lagi, dan akhirnya mengalami kecanduan. Randy Hyde, seorang
Psikolog terapis pornografi mengatakan bahwa sekali tombol ON itu menyala, tak
mudah dimatikan.
Kecanduan
pornografi dapat menyebabkan orang mengalami kerusakan otak di bagian otak pre frontal cortex, (letaknya diatas
kanan alis kanan). Tingkat kerusakannya setara dengan kerusakan otak pada orang
yang mengalami kecelakaan mobil dengan kecepatan sangat tinggi (Dr. Donald
Hilton Jr, ahli bedah otak dari University of Texas). Akibat kerusakan otak
dibagian tersebut, seorang pecandu pornografi tidak dapat mengambil keputusan
dengan tepat sesuai logika, aturan, dan norma, dan ia beresiko kehilangan
kontrol diri lalu melakukan adegan porno yang pernah dilihatnya. Contohnya
banyak pelaku kejahatan seksual melakukan perbuatannya setelah menonton
pornografi.
c. Think before Posting
Bagi
para orangtua yang akan mengizinkan anaknya menggunakan media sosial, mulailah
dengan mendiskusikan tiga hal ini :
1) Diskusikan Kebutuhannya.
Ketika anak meminta gadget dan akses ke internet, perlu tuntas dibicarakan
mengapa anak perlu memiliki gadget dan atau mendapatkan akses ke internet.
Orang tua tidak perlu khawatir dianggap gagap teknologi atau tidak
"kekinian”, karena justru disinilah kesempatan mengajari anak bahwa
membeli atau memiliki sesuatu harus berdasarkan kebutuhan, bukan karena latah
atau mengikuti tren. Harus dipastikan juga, bahwa teknologi yang dipakai,
termasuk biaya yang harus (rutin) dibayarkan, sesuai dengan kebutuhan.
2) Diskusikan Tanggung Jawabnya. Sebelum
anak menggunakan untuk pertama kalinya gadget atau internet yang disedikan
orangtua, pastikan sudah ada kesepakatan mengenai aturan penggunaan dan
konsekwensinya. Anak harus paham, bahwa orang tua berhak menanyakan untuk apa
dan bagaimana teknologi tersebut digunakan. Orangtua juga berhak memeriksa isi
ponsel anak. Tetapkan dan tegaskan konsekwensi kepada anak apabila gadget atau
internet terbukti disalahgunakan.
3) Diskusikan Resikonya. Baik
orang tua maupun anak harus memahami tentang penyalahgunaan, resiko ataupun hal
negatif yang dapat timbul dari penggunaan gadget atau internet; sekaligus cara
pencegahan dan bagaimana menghindarinya. Selalu ingatkan kepada anak untuk menceritakan
kepada orangtua tentang hal yang membuatnya tidak nyaman saat menggunakan
gadget atau internet.
4) Ingatkan
pula 10 hal ini kepada anak berulang kali
5) Komunikasi
tatap muka dengan orang lain tetap harus mendapat porsi yang lebih besar di
banding komunikasi melalui internet.
6) Bermain
dan berinteraksi bersama teman-teman secara langsung lebih sehat di banding
main game di layar.
7) Konten
yang sudah ia posting, apapun bentuknya (tulisan, foto, video, gambar) bisa
tersebar di dunia maya tanpa terkontrol, dan memiliki konsekwensi bagi dirinya
sendiri maupun orang lain.
8) Menghina
orang lain akan berdampak hukum pada diri sendiri karena bisa saja orang yang
dihina akan menuntut secara hukum (pencemaran nama baik, hate speech).
9) Mengakses
dan menyebar materi pornografi akan terkena UU Pornografi.
10) Etika
pergaulan di dunia nyata berlaku juga di dunia maya, termasuk menyapa dengan
sopan.
11) Internet
sama dengan dunia nyata : ada orang baik, dan ada juga orang jahat. Di
internet, orang jahat makin mudah menyamar menjadi orang baik.
12) Segera
putuskan obrolan dengan seseorang di internet, ketika anak merasa obrolan itu
membuatnya tidak nyaman.
13) Sampaikan
kepada ayah ibu lebih dahulu sebelum memenuhi permintaan orang melalui
internet, misalnya diminta mengirim lokasi, data diri, kegiatan harian, apalagi
foto diri.
14) Bertanggung
jawab artinya melaksanakan komitmen untuk menggunakan internet sesuai tujuan,
menjalani aturan yang telah dibuat dan disepakati.
d. Saring before Sharing
Ada
beberapa hal yang perlu kita ajarkan kepada anak ketika ia menggunakan media
sosial dan memposting sesuatu. Tidak semua hal pas dan pantas disebarluaskan
kepada orang lain. Sebelum mengupdate status media sosial, latih anak untuk
melakukan beberapa hal dibawah ini :
1)
Cepat Tapi Tak Tepat
Di media sosial maupun media
online lainnya, setiap orang berlomba-lomba menyebarkan kabar, ingin dianggap
paling dahulu atau paling cepat menyebarkan sesuatu. Demi mengejar kecepatan,
mereka akhirnya mengabaikan ketepatan. Sudah merasa cepat mengupdate status,
ternyata informasinya tidak tepat, bahkan salah. Ini sangat memalukan dan
merusak reputasi. Jadi kalau belum yakin atas ketepatan informasi, pikirkan
dulu berulang kali: merugikan diri sendiri kah? Merugikan orang lain kah ? apa
dampaknya ya? Posting gak ya?.
2)
Hindari Copas atau Plagiat
Hampir
sama dengan poin pertama, ini adalah soal kesoktahuan. Ada saja netizen yang
menuliskan informasi dengan tujuan ingin dianggap tahu banyak hal. Padahal
informasi yang ia baca dari sumber yang sama-sama dibaca oleh jutaan orang.
Sebaiknya informasi publik yang kita sampaikan di media sosial, di sebutkan
juga sumber atau referensinya. Hal ini selain menghargai ilmu pengetahuan, juga
mencegah cemoohan orang pada kita sebagai spesialis copas (copy/paste) atau plagiator.
3)
Sampaikan ke Orangnya Saja
Jika
punya masalah dengan seseorang, sebaiknya tidak diposting di media sosial.
Bedakan mana ranah pribadi dan mana ranah publik. Sampaikan saja masalah
langsung kepada orang tersebut, sebab mengumbarkan di media sosial bukannya
menyelesaikan persoalan malah bisa menjadi boomberang jika yang bersangkutan
mengadukan kita ke polisi dengan pasal 27 ayat 3 UU ITE.
4)
Tahan Diri, Teliti Kembali
Jika
mendapatkan sebaran informasi baik berupa teks, gambar, link berita, sebaiknya
teliti kembali apa isinya. Tahan diri untuk menyebarkan informasi tersebut,
sebab bisa jadi isinya adalah berita bohong yang dibuat oleh media online yang
berprinsip asalh cepat (walaupun tidak tepat dan tidak akurat), atau gambar
HOAX.
5)
Jadi Tidak Boleh Mengkritik ?
Jangan
salah paham. Jadikan media sosial sebagai media untuk menyampaikan kabar yang
benar dan kritik terhadap yang tidak baik. lakukan kritik jika itu bermanfaat
untuk kepentingan publik. Namun tetap sampaikan dengan bahasa yang baik dan
tidak melanggar hukum dan norma sosial.
e.
Wise
While Online
Berikut tips aman
ketika online yang harus diperhatikan :
1)
Gunakan Password Yang Unik Dan
Kuat
Pada saat membuat account, pilih password
yang unik dan sulit ditebak. Gunakan password yang berbeda untuk masing-masing
situs. Tujuannya agar jika satu account disusupi, account lain aman.
2) Cek
URL Situs Sebelum Login
Aksi kejahatan phishing biasanya tampil dalam bentuk bujukan kepada korban untuk
memberikan username dan password, setelah itu phisher (pelaku phishing) mengirimkan spam ke semua pengikut (follower) account media sosial kita. Seringkali phisher mencoba menipu korban dengan memberikan link yang
mengarahkan korban ke halaman login palsu.
3)
Manfaatkan Fitur Pelindung
Privasi
Sebenarnya fitur ini sudah tersedia baik
di facebook atau twitter. Cuma kita sering mengabaikannya. Padahal fitur ini
penting. Dengan fitur ini kita bisa memblokir orang yang mengganggu kita, atau
bisa juga dibatasi agar hanya orang tertentu saja yang bisa melihat profil dan
postingan kita.
4)
Update dan Sign Out
Rutinlah meng-update browser dan sistem operasi anda dengan
patch dan versi terbaru. Jika menggunakan komputer umum, seperti komputer di
perpustakaan atau sekolah, pastikan selalu sign-out dan account media sosial
setelah selesai.
Berikut adalah cara-cara pencegahan agar
anak tidak kecanduan konten pornografi :
a. Jadilah
teladan bagi anak : jangan pernah mengakses, mengirim, dan menyimpan konten
pornografi di gadget Anda. Banyak anak terpapar pertama kali dari gadget
orangtuanya.
b. Sebelum
memberikan gadget kepadanya. Informasikan bahwa pornografi adalah konten yang
buruk yang harus ia hindari. Jelaskan larangan untuk melihat pornografi sesuai
dengan agama masing-masing, serta peraturan negara (UU Pornografi). Ceritakan
tentang proses kecanduan dan kerusakan otak dan segala akibatnya.
c. Pasang
filter di gadgetnya.
d. Ajak
sekolah untuk bekerjasama memasang filter di komputer sekolah dan mengawasi
aktivitas internet anak.
e. Kembangkan
komunikasi yang hangat dengan anak. Ulangi secara berkala pesan agar ia
menghindari pornografi. Anak tidak cukup diberitahu sekali.
f.
Ayah mengambil peran yang
lebih besar dalam komunikasi soal pornografi. Riset membuktikan bahwa anak yang
ayahnya berkomunikasi tentang pornografi lebih tercegah dari mengakses
pornografi.
g. Latih
anak untuk mampu menahan diri dan mengendalikan keinginannya melihat terus
pornografi yang ia temukan secara tidak sengaja, dengan cara mengalihkan
pandangannya dan segera menutup laman tersebut, atau mematikan gadgetnya jika
gambar tersebut tidak bisa ditutup. Ajarkan juga mereka untuk meminta bantuan
orangtua jika gadget mereka tetap memunculkan iklan-iklan pornografi.
h. Ajarkan
dia menolak tawaran temannya untuk melihat pornografi. Ajari juga cara menjawab
ledekan teman-temannya ketika dia menolak. Mereka akan senang dan lega mendapat
bekal tersebut dari orangtua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar