Rabu, 23 Oktober 2019

5 Prinsip Berinternet

LIMA PRINSIP BERINTERNET 


Lima prinsip dalam berinternet ini perlu diaplikasikan oleh semua pihak yang terlibat agar teknologi digital dapat dimanfaatkan secara baik dan bijak.
a.      Keep Playing or Stop
Dunia internet memang menyajikan banyak hal yang menyenangkan, salah satunya Game Online. Namun sayangnya masih banyak orang yang belum bisa menggunakannya secara bijak. Akibatnya mereka menyalahgunakannya hingga menjadi kecanduan. Khususnya pada anak-anak dan remaja, game online yang dimainkan secara berlebihan justru dapat sangat merugikan. Perlu sebuah ketegasan dari orangtua dalam mengontrol kegemaran anak-anak mereka dalam memainkan tersebut.
Orangtua perlu mendampingi dan mengajarkan anak untuk mampu membatasi diri dan menghentikan permainan antara lain ketika : game yang mereka mainkan ternyata tidak sesuai dengan usia mereka, mereka telah mencapai durasi waktu bermain yang disepakati, mereka menemukan konten game yang mengandung kekerasan yang tidak sesuai dengan usia mereka, pornografi dan judi. Dibawah ini daftar rating game yang dapat menjadi panduan orangtua dalam mendampingi anak-anak ketika bermain:

b.     Click or Close
Konten pornografi begitu banyak bertaburan di internet, dalam bentuk tulisan, audio, gambar, foto maupun video. Konten tersebut bisa saja terdapat di setiap aplikasi : media sosial, game, chat messanger, situs, dan sebagainya. Dengan adanya internet, para produsen pornografi memang semakin mudah menyebarkan produknya dalam beragam bentuk. Sekali orang melihat pornografi, sulit berhenti untuk melihatnya lagi, dan akhirnya mengalami kecanduan. Randy Hyde, seorang Psikolog terapis pornografi mengatakan bahwa sekali tombol ON itu menyala, tak mudah dimatikan.
Kecanduan pornografi dapat menyebabkan orang mengalami kerusakan otak di bagian otak pre frontal cortex, (letaknya diatas kanan alis kanan). Tingkat kerusakannya setara dengan kerusakan otak pada orang yang mengalami kecelakaan mobil dengan kecepatan sangat tinggi (Dr. Donald Hilton Jr, ahli bedah otak dari University of Texas). Akibat kerusakan otak dibagian tersebut, seorang pecandu pornografi tidak dapat mengambil keputusan dengan tepat sesuai logika, aturan, dan norma, dan ia beresiko kehilangan kontrol diri lalu melakukan adegan porno yang pernah dilihatnya. Contohnya banyak pelaku kejahatan seksual melakukan perbuatannya setelah menonton pornografi.

c.      Think before Posting
Bagi para orangtua yang akan mengizinkan anaknya menggunakan media sosial, mulailah dengan mendiskusikan tiga hal ini :
1)       Diskusikan Kebutuhannya. Ketika anak meminta gadget dan akses ke internet, perlu tuntas dibicarakan mengapa anak perlu memiliki gadget dan atau mendapatkan akses ke internet. Orang tua tidak perlu khawatir dianggap gagap teknologi atau tidak "kekinian”, karena justru disinilah kesempatan mengajari anak bahwa membeli atau memiliki sesuatu harus berdasarkan kebutuhan, bukan karena latah atau mengikuti tren. Harus dipastikan juga, bahwa teknologi yang dipakai, termasuk biaya yang harus (rutin) dibayarkan, sesuai dengan kebutuhan.
2)     Diskusikan Tanggung Jawabnya. Sebelum anak menggunakan untuk pertama kalinya gadget atau internet yang disedikan orangtua, pastikan sudah ada kesepakatan mengenai aturan penggunaan dan konsekwensinya. Anak harus paham, bahwa orang tua berhak menanyakan untuk apa dan bagaimana teknologi tersebut digunakan. Orangtua juga berhak memeriksa isi ponsel anak. Tetapkan dan tegaskan konsekwensi kepada anak apabila gadget atau internet terbukti disalahgunakan.
3)      Diskusikan Resikonya. Baik orang tua maupun anak harus memahami tentang penyalahgunaan, resiko ataupun hal negatif yang dapat timbul dari penggunaan gadget atau internet; sekaligus cara pencegahan dan bagaimana menghindarinya. Selalu ingatkan kepada anak untuk menceritakan kepada orangtua tentang hal yang membuatnya tidak nyaman saat menggunakan gadget atau internet.
4)     Ingatkan pula 10 hal ini kepada anak berulang kali
5)     Komunikasi tatap muka dengan orang lain tetap harus mendapat porsi yang lebih besar di banding komunikasi melalui internet.
6)     Bermain dan berinteraksi bersama teman-teman secara langsung lebih sehat di banding main game di layar.
7)     Konten yang sudah ia posting, apapun bentuknya (tulisan, foto, video, gambar) bisa tersebar di dunia maya tanpa terkontrol, dan memiliki konsekwensi bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
8)     Menghina orang lain akan berdampak hukum pada diri sendiri karena bisa saja orang yang dihina akan menuntut secara hukum (pencemaran nama baik, hate speech).
9)     Mengakses dan menyebar materi pornografi akan terkena UU Pornografi.
10)  Etika pergaulan di dunia nyata berlaku juga di dunia maya, termasuk menyapa dengan sopan.
11)    Internet sama dengan dunia nyata : ada orang baik, dan ada juga orang jahat. Di internet, orang jahat makin mudah menyamar menjadi orang baik.
12)   Segera putuskan obrolan dengan seseorang di internet, ketika anak merasa obrolan itu membuatnya tidak nyaman.
13)   Sampaikan kepada ayah ibu lebih dahulu sebelum memenuhi permintaan orang melalui internet, misalnya diminta mengirim lokasi, data diri, kegiatan harian, apalagi foto diri.
14)   Bertanggung jawab artinya melaksanakan komitmen untuk menggunakan internet sesuai tujuan, menjalani aturan yang telah dibuat dan disepakati.

d.     Saring before Sharing
Ada beberapa hal yang perlu kita ajarkan kepada anak ketika ia menggunakan media sosial dan memposting sesuatu. Tidak semua hal pas dan pantas disebarluaskan kepada orang lain. Sebelum mengupdate status media sosial, latih anak untuk melakukan beberapa hal dibawah ini : 
1)       Cepat Tapi Tak Tepat
Di media sosial maupun media online lainnya, setiap orang berlomba-lomba menyebarkan kabar, ingin dianggap paling dahulu atau paling cepat menyebarkan sesuatu. Demi mengejar kecepatan, mereka akhirnya mengabaikan ketepatan. Sudah merasa cepat mengupdate status, ternyata informasinya tidak tepat, bahkan salah. Ini sangat memalukan dan merusak reputasi. Jadi kalau belum yakin atas ketepatan informasi, pikirkan dulu berulang kali: merugikan diri sendiri kah? Merugikan orang lain kah ? apa dampaknya ya? Posting gak ya?.
2)     Hindari Copas atau Plagiat
Hampir sama dengan poin pertama, ini adalah soal kesoktahuan. Ada saja netizen yang menuliskan informasi dengan tujuan ingin dianggap tahu banyak hal. Padahal informasi yang ia baca dari sumber yang sama-sama dibaca oleh jutaan orang. Sebaiknya informasi publik yang kita sampaikan di media sosial, di sebutkan juga sumber atau referensinya. Hal ini selain menghargai ilmu pengetahuan, juga mencegah cemoohan orang pada kita sebagai spesialis copas (copy/paste) atau plagiator.
3)      Sampaikan ke Orangnya Saja
Jika punya masalah dengan seseorang, sebaiknya tidak diposting di media sosial. Bedakan mana ranah pribadi dan mana ranah publik. Sampaikan saja masalah langsung kepada orang tersebut, sebab mengumbarkan di media sosial bukannya menyelesaikan persoalan malah bisa menjadi boomberang jika yang bersangkutan mengadukan kita ke polisi dengan pasal 27 ayat 3 UU ITE.
4)     Tahan Diri, Teliti Kembali
Jika mendapatkan sebaran informasi baik berupa teks, gambar, link berita, sebaiknya teliti kembali apa isinya. Tahan diri untuk menyebarkan informasi tersebut, sebab bisa jadi isinya adalah berita bohong yang dibuat oleh media online yang berprinsip asalh cepat (walaupun tidak tepat dan tidak akurat), atau gambar HOAX.
5)     Jadi Tidak Boleh Mengkritik ?
Jangan salah paham. Jadikan media sosial sebagai media untuk menyampaikan kabar yang benar dan kritik terhadap yang tidak baik. lakukan kritik jika itu bermanfaat untuk kepentingan publik. Namun tetap sampaikan dengan bahasa yang baik dan tidak melanggar hukum dan norma sosial.

e.        Wise While Online
 Berikut tips aman ketika online yang harus diperhatikan :
1)       Gunakan Password Yang Unik Dan Kuat
Pada saat membuat account, pilih password yang unik dan sulit ditebak. Gunakan password yang berbeda untuk masing-masing situs. Tujuannya agar jika satu account disusupi, account lain aman.


2)     Cek URL Situs Sebelum Login
Aksi kejahatan phishing biasanya tampil dalam bentuk bujukan kepada korban untuk memberikan username dan password, setelah itu phisher (pelaku phishing) mengirimkan spam ke semua pengikut (follower) account media sosial kita. Seringkali phisher mencoba menipu korban dengan memberikan link yang mengarahkan korban ke halaman login palsu.
3)      Manfaatkan Fitur Pelindung Privasi
Sebenarnya fitur ini sudah tersedia baik di facebook atau twitter. Cuma kita sering mengabaikannya. Padahal fitur ini penting. Dengan fitur ini kita bisa memblokir orang yang mengganggu kita, atau bisa juga dibatasi agar hanya orang tertentu saja yang bisa melihat profil dan postingan kita.
4)     Update dan Sign Out
Rutinlah meng-update browser dan sistem operasi anda dengan patch dan versi terbaru. Jika menggunakan komputer umum, seperti komputer di perpustakaan atau sekolah, pastikan selalu sign-out dan account media sosial setelah selesai.
Berikut adalah cara-cara pencegahan agar anak tidak kecanduan konten pornografi :
a.      Jadilah teladan bagi anak : jangan pernah mengakses, mengirim, dan menyimpan konten pornografi di gadget Anda. Banyak anak terpapar pertama kali dari gadget orangtuanya.
b.      Sebelum memberikan gadget kepadanya. Informasikan bahwa pornografi adalah konten yang buruk yang harus ia hindari. Jelaskan larangan untuk melihat pornografi sesuai dengan agama masing-masing, serta peraturan negara (UU Pornografi). Ceritakan tentang proses kecanduan dan kerusakan otak dan segala akibatnya. 
c.       Pasang filter di gadgetnya.
d.      Ajak sekolah untuk bekerjasama memasang filter di komputer sekolah dan mengawasi aktivitas internet anak.
e.      Kembangkan komunikasi yang hangat dengan anak. Ulangi secara berkala pesan agar ia menghindari pornografi. Anak tidak cukup diberitahu sekali.
f.        Ayah mengambil peran yang lebih besar dalam komunikasi soal pornografi. Riset membuktikan bahwa anak yang ayahnya berkomunikasi tentang pornografi lebih tercegah dari mengakses pornografi.
g.      Latih anak untuk mampu menahan diri dan mengendalikan keinginannya melihat terus pornografi yang ia temukan secara tidak sengaja, dengan cara mengalihkan pandangannya dan segera menutup laman tersebut, atau mematikan gadgetnya jika gambar tersebut tidak bisa ditutup. Ajarkan juga mereka untuk meminta bantuan orangtua jika gadget mereka tetap memunculkan iklan-iklan pornografi.
h.      Ajarkan dia menolak tawaran temannya untuk melihat pornografi. Ajari juga cara menjawab ledekan teman-temannya ketika dia menolak. Mereka akan senang dan lega mendapat bekal tersebut dari orangtua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penguatan Integrasi Pendidikan

PENGUATAN INTEGRASI PENDIDIKAN DALAM ERA DISUPSI Oleh :  Asep Rohiman Lesmana, M.Pd. Pendidikan merupakan suatu entitas yang s...