Inquiry Model
A.
ORIENTATION TO THE MODEL
1.
Goal and Assumptions
Model
ini didasarkan pada konsepsi masyarakat di mana setiap orang memiliki pandangan
dan prioritas yang berbeda dan juga nilai-nilai sosial yang saling bertentangan
satu sama lain. Penyelesaian yang kompleks, isu-isu kontroversial dalam konteks
tatanan sosial yang produktif mewajibkan setiap warga negara untuk berdiskusi
satu sama lain dan berhasil bernegosiasi mengenai perbedaan-perbedaan mereka.
Warga
negara yang demikian dapat dengan cerdas menganalisis dan mengambil sikap
mengenai isu-isu publik. Sikap harus mencerminkan konsep-konsep keadilan dan
martabat manusia, dua nilai fundamental dari masyarakat yang demokratis. Oliver dan Shaver menggambarkan tentang
warga negara yang terampil sangat banyak yang menjadi seorang hakim yang
kompeten. Bayangkan sejenak bahwa anda adalah Mahkamah Agung keadilan sidang
kasus penting. Tugas Anda adalah untuk mendengarkan bukti yang disajikan,
menganalisis posisi hukum yang diambil oleh kedua belah pihak timbang ini
posisi dan bukti, menilai makna dan ketentuan hukum, dan akhirnya, untuk
membuat keputusan terbaik. Ini adalah peran siswa, mereka diminta untuk mempertimbangkan isu-isu publik.
Untuk
memainkan peran tersebut, ada tiga jenis kompetensi yang diperlukan. Yang pertama adalah keakraban dengan
'nilai-nilai dari keyakinan negara, seperti tertanam dalam prinsip-prinsip
konstitusi dan Deklarasi Kemerdekaan. Prinsip-prinsip ini membentuk kerangka
nilai-nilai dasar untuk mempertimbangkan masalah publik dan untuk membuat
keputusan legal. Jika sikap bijak harus benar-benar berasal dari pertimbangan
etika seseorang, maka harus menyadari dan memahami nilai-nilai kunci yang
membentuk inti dari sistem etika masyarakat kita.
Kompetensi kedua adalah seperangkat
keterampilan untuk memperjelas dan menyelesaikan masalah. Biasanya, kontroversi
muncul karena adanya konflik antara dua nilai yang sangat penting atau karena
kebijakan publik, bila diteliti dengan seksama, tidak mematuhi nilai-nilai inti
masyarakat kita. Apabila muncul konflik nilai-nilai, tiga macam kemungkinan
akan muncul.
Masalah
jenis pertama (problem nilai) yang melibatkan mengklarifikasi nilai-nilai atau
prinsip-prinsip hukum dalam konflik, dan memilih di antara mereka. Kedua
(masalah faktual) melibatkan mengklarifikasi fakta-fakta sekitar dari konflik
yang telah dikembangkan. Yang ketiga, (masalah definisi) melibatkan memperjelas
arti atau menggunakan kata-kata yang menggambarkan controversy.
Proses
klarifikasi dan menyelesaikan masalah melibatkan mengklarifikasi definisi,
es-tablishing fakta, dan mengidentifikasi nilai-nilai yang penting untuk setiap
masalah.
Area Kompetensi yang
ketiga
adalah pengetahuan tentang isu-isu politik dan publik kontemporer, yang
mensyaratkan bahwa siswa akan terkena spektrum politis, sosial, dan
masalah-masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat Amerika. Meskipun pemahaman
yang luas dari alam, sejarah, dan ruang lingkup masalah ini sangat penting,
dalam Yurisprudensi Inquiry Model,
siswa mengeksplorasi isu-isu dalam hal kasus hukum tertentu, bukan dalam hal
nilai-nilai study umum.
2.
Major Concepts
Dialog
Sokrates Pada gaya Socrates, guru meminta siswa untuk mengambil posisi pada
masalah atau untuk membuat penilaian dan kemudian ia menantang asumsi yang
mendasari implikasinya. Jika mahasiswa berpendapat untuk kebebasan dalam
beberapa situasi, guru akan menguji apakah argumen yang dimaksudkan berlaku
untuk semua situasi. Fungsi guru adalah untuk menyelidiki posisi siswa dengan
mempertanyakan relevansi, konsistensi
kespesifisifikan, dan kejelasan ide siswa sampai mereka menjadi lebih jelas dan lebih
kompleks.
Sebagian
besar karakteristik gaya Sokrates adalah penggunaan analogi yang berarti
pernyataan umum siswa yang bertentangan. Misalnya, jika mahasiswa berpendapat
bahwa orang tua harus adil dengan anak-anak, guru mungkin bertanya-tanya apakah
fungsi orang tua sedang dibandingkan dengan pengadilan. Analog situasi yang
menguji dan menentukan batas-batas logika dan posisi yang dipilih.
Kebijakan
Isu Publik. Konteroversi umum cenderung menguasai halaman surat kabar
kita dan juga jam liputan televisi.
Sebuah isu kebijakan publik merupakan cara mensintesiskan kontroversi atau
kasus dalam hal keputusan untuk tindakan atau pilihan.
Kebijakan isu-isu publik adalah pertanyaan yang melibatkan
sebuah pilihan atau keputusan tindakan warga negara atau pejabat dalam urusan
yang menyangkut pemerintahan atau masyarakat. Salah satu tugas yang paling
sulit bagi guru adalah membantu siswa dalam mengintegrasi rincian kasus menjadi
pertanyaan kebijakan publik.
Kerangka Nilai ( A frame work of values), politik dan
nilai-nilai sosial, seperti kebebasan pribadi, kesetaraan, dan keadilan,
perhatian Oliver dan Shaver dalam strategi mereka menjadi "konsep utama yang digunakan oleh pemerintah dan kelompok swasta untuk membenarkan
kebijakan publik dan keputusan. Ketika kita berbicara tentang kerangka nilai
untuk menganalisa isu-isu publik, kita menyatakan kerangka hukum-etika yang
mengatur kebijakan-kebijakan sosial Amerika dan keputusan. Sebuah daftar dari
sebagian prinsip-prinsip dari pemerintah Amerika (seperti yang ditemukan dalam
Deklarasi kemerdekaan dan Konstitusi Amerika Serikat) akan ditampilkan dalam
tabel 15-1.
Tabel
15-1 Kerangka Hukum-Etis: Beberapa Nilai Sosial Dasar
Supremasi hukum
|
Tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah harus disahkan oleh hukum dan berlaku sama kepada seluruh orang.
|
Persamaan
perlindungan di bawah hukum.
|
Hukum harus diberikan secara adil dan
tidak bisa memperpanjang hak khusus atau denda kepada satu orang atau
kelompok.
|
Karena proses.
|
Pemerintah tidak bisa menghilangkan
warga negara individu hidup, kebebasan, atau properti tanpa pemberitahuan
yang tepat dari tindakan yang akan datang (hak untuk mendapatkan pengadilan
yang adil).
|
Keadilan
|
Equal kesempatan
|
Pelestarian
perdamaian dan ketertiban
|
Pencegahan gangguan dan kekerasan
(alasan sebagai cara menghadapi konflik).
|
Kebebasan pribadi
|
Kebebasan berbicara, Hak untuk
memiliki dan menguasai kekayaan, kebebasan beragama, kebebasan asosiasi
pribadi, hak privasi.
|
Pemisahan kekuasaan
|
Perbandingan dan keseimbangan antara
tiga cabang pemerintahan
|
Kendali lokal atas
permasalahan lokal
|
Pembatasan
kekuasaan pemerintahfederal dan pelestarian hak-hak negara '.
|
Penyelesaian
kontroversi melibatkan penyaringan rincian kasus tersebut melalui kerangka
hukum-etika, mengidentifikasi nilai-nilai dan kebijakan yang bersangkutan.
Nilai- nilai finansial membantu kami untuk menganalisis situasi kontroversial
karena mereka memberikan kerangka kerja umum yang melampaui suatu
kontroversi tertentu. Namun, dalam
situasi paling kontroversial, dua peraturan umum konflik perilaku etis dengan
satu sama lain. Jadi meskipun kerangka nilai-nilai sosial memungkinkan kita
untuk berbicara tentang situasi konflik beragam dalam hal umum, ia tidak
mengatakan kepada kita bagaimana cara menyelesaikan kontroversi.
Beberapa tahun terakhir ini, banyak masalah sosial yang
terjadi, sering melibatkan nilai-nilai yang bertentangan. Beberapa bidang
masalah dan konflik yang mendasarinya nilai tercantum pada tabel 15 - 2. Ketika
Anda membaca topik-topik ini, Anda akan mencatat bahwa meskipun nilai-nilai
diidentifikasi, kontroversi yang tetap, Alternatif kebijakan sikap yang mungkin
tentang topik apapun, dan isu-isu yang bisa dikatakan pada sejumlah alasan.
Table
15-2 Identifikasi area masalah-masalah umum
Area Masalah
|
Contoh Topik Masalah
|
Nilai-nilai Konflik
|
Konflik rasial dan
etnik
|
-
Penghapusan sekolah berdasarkan warna
kulit
-
Hak sipil bagi warga kulit hitam dan
etnis minoritas
-
Kesempatan kerja bagi warga kulit
hitam dan etnis
|
-
Persamaan perlindungan
-
Proses yang harus dilakukan
-
Persaudaraan antar manusia
-
Kedamaian dan ketentraman
-
Hak kepemilikan minoritas
-
Kebijakan imigrasi
|
Konflik agama dan
ideologi
|
-
Hak-hak partai orang komunis di
Amerika
-
Pendidikan Agama dan pendidikan umum
-
Kontrol terhadap bahan bacaan yang
berbahaya atau tidak bermoral.
-
Keamanan agama dan negara: sumpah
jabatan, pengelak wamil (conscientious objector)
|
-
Kebebasan berbicara dan menyatakan
pendapat dan suara hati nurani
-
Persamaan perlindungan
-
Keamanan lembaga demokrasi
|
Rasa aman individu
|
Kejahatan dan
Pelanggaran
|
-
Standar kebebasan Kedamaian
-
Proses yang harus dilakukan
-
Kedamaian dan ketentraman
-
kesejahteraan masyarakat
|
Konflik antar kelas
kelompok ekonomi
|
-
Organisasi buruh
-
Kompetisi dan monopoli bisnis
-
Produksi yang berlebihan di
perkebunan
-
Perlindungan sumber daya alam
|
-
Nilai tawar yang sama
-
Kekuasaan dan kompetisi
-
Kemakmuran secara umum dan
perkembangan masyarakat
|
Kesehatan,
Pendidikan dan Kesejahteraan
|
-
Perawatan medis yang memadai : untuk usia
lanjut dan orang miskin
-
Peluang pendidikan yang cukup memadai
-
Perlindungan untuk yang lanjut usia
-
Keamanan pekerjaan dan pendapatan
|
-
Kesempatan yang sama
-
Persaudaraan antar manusia
-
Hak kekayaan dan kontrol
|
Keamanan Bangsa
|
-
Program keamanan dan kesetiaan
(bakti) negara bagian
-
Kebijakan luar negeri
|
-
Kebebasan berbicara, menurut hati
nurani dan kebebasan berserikat
-
Hak pribadi
-
Keselamatan dan keamanan organisasi
demokrasi
|
Definisi, Nilai, dan
faktual Masalah pusat argumen terdapat pada tiga jenis masalah: definisi,
nilai, dan Peserta faktual dalam sesi diskusi perlu mengeksplorasi tiga jenis
asumsi dalam satu posisi lain untuk menilai kekuatan dari alternatif sikap.
Proses klarifikasi dan masalah dengan memecahkan masalah-masalah ini disebut
persetujuan rasional.
Masalah
dasar dalam pembahasan isu-isu sosial bersifat ambigu atau membingungkan dalam
penggunaan kata-kata. Kecuali kita mengenali makna umum dalam kata-kata yang
kita gunakan, diskusi yang sangat sulit, dan kesepakatan tentang isu-isu, kebijakan,
atau tindakan adalah hal yang mustahil. Untuk mengatasi perbedaan pendapat ini,
definisi pertama perlu untuk menentukan apakah peserta dalam sebuah diskusi
menggunakan istilah yang sama dengan cara yang berbeda atau istilah yang
berbeda untuk rujukan yang sama, dan kedua untuk membentuk makna umum untuk
istilah. Kemudian, (1) Membandingkan untuk penggunaan umum dengan mencari tahu
bagaimana kebanyakan orang menggunakan kata atau dengan konsultasi kamus, (2)
menetapkan arti kata untuk keperluan diskusi dengan daftar kriteria yang telah
disetujui; (3) mendapatkan fakta lebih lanjut tentang sebuah contoh untuk
melihat jika memenuhi kriteria yang telah disetujui untuk definisi.
Menilai
berarti mengelompokkan hal-hal, tindakan, atau gagasan baik atau buruk, benar
atau salah. Jika kita berbicara tentang sesuatu sebagai nilai (seperti
kejujuran), kita menilai berarti bahwa itu baik. Orang membuat pilihan
sepanjang hidup mereka, mereka selalu membuat penilaian nilai, bahkan jika
mereka tidak dapat verbalisasi nilai-nilai mereka. Kisaran item atau masalah
dimana masing-masing dari kita membuat pertimbangan nilai sangat luas-seni,
musik, politik, dekorasi, pakaian, dan orang-orang. Beberapa pilihan ini
tampaknya kurang penting daripada yang lain, dan tingkat pentingnya ada
hubungannya dengan apa yang kita maksud dengan nilai. Pilihan yang tidak begitu
penting adalah preferensi pribadi, bukan nilai. Nilai isu-isu seperti seni atau
lingkungan fisik melibatkan rasa artistik atau putusan dari keindahan, dan
pilihan seperti banyak ide, objek, atau tindakan lakukan menjadi subyek diskusi
dalam masyarakat kita.
Orang
membuat keputusan tentang isu-isu yang melibatkan nilai-nilai karena mereka
percaya (1) konsekuensi tertentu akan terjadi, (2) konsekuensi lainnya akan dihindari,
atau (3) nilai-nilai sosial yang penting akan dilanggar jika keputusan tersebut
tidak dibuat. Dalam konflik nilai sering ada ketidaksetujuan tentang
konsekuensi yang telah diprediksi, yang sebagian dapat diselesaikan dengan
mendapatkan bukti untuk mendukung prediksi, bagaimana , sampai batas tertentu
itu selalu merupakan spekulasi. "Hukum tindakan afirmatif akan menyamakan
kesempatan kerja" adalah contoh konsekuensi yang diprediksi. Meskipun ada
beberapa bukti bahwa hasil kerja pada kesempatan yang sama dari tindakan
afirmatif, ini sebagian merupakan prediksi berdasarkan alasan logis.
Ketika
ada konflik nilai, Oliver dan Shaver menunjukkan bahwa solusi terbaik adalah
satu di mana setiap nilai agak terganggu, atau dengan kata lain, setiap nilai
yang dilanggar hanya sedikit (lihat bagian berikut pada nilai-nilai
keseimbangan). Ketika nilai isu-isu konflik terjadi sebagai konsekuensi yang
sudah diprediksi, maka perselisihan menjadi masalah faktual.
Keandalan
sebuah klaim faktual dapat didirikan dengan dua cara: (1) dengan membangkitkan
klaim lebih spesifik, dan (2) dengan menghubungkannya dengan fakta-fakta umum
lainnnya dianggap sebagai suatu kebenaran. Kedua pendekatan, bukti yang
digunakan untuk mendukung kebenaran klaim faktual. Misalnya, kita mengklaim
bahwa menurunkan batas kecepatan akan mengurangi kecelakaan dan menyimpan gas.
Cara pertama kita bisa mendukung pernyataan tersebut adalah dengan melihat
klaim yang lebih spesifik. Kita mungkin menemukan bahwa:
1.
Di kota-kota yang telah mengadopsi lima
puluh lima mil per jam batas kecepatan, kecelakaan dapat diturunkan.
2.
Konsumsi bensin menurun di bawah lima
puluh lima kilometer per jam batas kecepatan, sementara jumlah kilometer yang
tetap sama.
Jumlah
yang lebih besar dari klaim tertentu kita dapat mengidentifikasinya untuk
mendukung kesimpulan yang kita coba untuk membuktikan, kesimpulan menjadi lebih
handal.
Cara
kedua untuk mendukung klaim tersebut untuk mengaitkannya dengan fakta-fakta
umum lainnya yang diterima sebagai kebenaran. Dalam contoh ini, kita mungkin
menemukan bahwa mobil bepergian pada lima puluh lima mil per jam dapat
menghentikan 25 persen lebih cepat daripada mobil bepergian pada enam puluh
lima mil per jam.
Menyeimbangkan Nilai:
Kebijakan Sikap Terbaik Oliver dan Shaver menekankan bahwa nilai dapat digunakan
pada dimensi serta dasar yang ideal. Jika nilai-nilai sosial ditafsirkan
sebagai cita-cita, mereka harus ditangani secara mutlak; apakah manusia hidup
menggunakan nilai atau tidak. Misalnya, jika Anda menyetujui kesetaraan dari
semua ras di hadapan hukum dalam arti ideal, Anda merasa itu baik telah atau
belum tercapai. Jika Anda melihat nilai-nilai atas dasar dimensi, maka Anda
menilai derajat kondisi yang diinginkan pada sebuah kontinum. Sebagai contoh,
Anda dapat menerima kompromi yang menjamin, tapi tidak semua, mungkin dalam
kesetaraan ras. Secara politis, Anda dapat memilih posisi seperti ini, berharap
untuk mendapatkannya lebih baik di masa depan.
Menggunakan
contoh kebebasan dalam berbicara, Oliver dan Shaver menyarankan bahwa jika kita
melihat kebebasan berbicara sebagai sesuatu yang ideal, maka harus
dipertahankan seacar total di semua kondisi dan kita tidak dapat mengatasi
situasi di manapun untuk menghalangi kebebasan berbicara untuk menghormati
kepentingan umum. Karena dalam sikap pembicara mungkin dicegah dari melanjutkan
pidato sebelum kerumunan bermusuhan akan mengaktifkan dia secara keras. Dalam
kasus seperti itu, orang mungkin membatasi kebebasan berbicara untuk memberikan
keselamatan dan mencegah orang dari tindakan merusak. Dasar dimensi
memungkinkan kebijakan yang seperti ini harus dipertimbangkan, walaupun warga
negara mungkin memilih secara ideal.
Oliver
dan Shaver merasa bahwa sikap terbaik masalah adalah untuk menjaga keseimbangan
nilai-nilai di mana setiap nilai hanya minimal dikompromikan. Untuk mencapai
keseimbangan, masing-masing pihak dalam kontroversi harus mencoba untuk
memahami alasan-alasan dan asumsi di balik posisi lain. Hanya dengan
persetujuan rasional manfaat kompromi bisa tercapai.
B.
THE MODEL OF TEACHING
1.
Syntax
Meskipun
eksplorasi sikap siswa melalui dialog konfrontatif adalah sebagai model utama,
beberapa kegiatan lainpun penting, seperti membantu siswa merumuskan sikap
akhirnya dalam membela dan membantu mereka memperbaiki posisi mereka setelah
argumentasi tersebut. Model dasar meliputi enam fase: (1) orientasi pada kasus
ini, (2) mengidentifikasi masalah, (3) mengambil posisi; (4) mengeksplorasi
sikap yang mendasari posisi yang diambil, (5) penyulingan dan kualifikasi
jabatan, dan (6 ) pengujian asumsi tentang fakta, definisi, dan konsekuensi.
Pada
tahap satu, guru memperkenalkan siswa untuk bahan kasus dengan membaca cerita
atau narasi sejarah dengan keras, menonton film menggambarkan kejadian
kontroversi nilai, atau membahas sebuah insiden dalam kehidupan para siswa,
sekolah, atau masyarakat. Langkah kedua dalam berorientasi siswa untuk kasus
ini untuk mengkaji fakta-fakta dengan menguraikan peristiwa dalam kasus ini,
menganalisa siapa melakukan apa dan mengapa, atau bertindak keluar kontroversi.
Pada
tahap dua siswa mensintesis fakta menjadi isu kebijakan publik dan mencirikan
nilai-nilai yang terlibat (misalnya, kebebasan berbicara, melindungi
kesejahteraan umum, otonomi daerah, atau kesempatan yang sama) dan
mengidentifikasi konflik diantara nilai-nilai.
table
15-3 Syntax of Jurisprudential Inquiry
Model
FASE
SATU:
Mengarahkan
siswa pada kasus
|
FASE
KEDUA:
Meng
identifikasi kasus
|
Guru
memperkenalkan materi kasus
Guru
mereview fakta
|
-
Siswa membuat sintesis antara fakta-fakta
dengan isu-isu kebijakan publik
-
Siswa memilih satu isu kebijakan
publik untuk didiskusikan
-
Siswa mengidentifikasi nilai dan
konflik
-
Siswa mengenali fakta dasar dan
permasalahan seputar definisi
|
FASE KETIGA:
Memilih Posisi
|
FASE KEEMPAT
Mengeksplorasi
sikap atau Pendirian serta Bentuk Argumentasi
|
-
Siswa mengartikulasi posisinya
-
Siswa mengungkapkan posisi dasar dari
nilai sosial atau konsekuensi sebuah keputusan
|
-
Menetapkan poin-poin nilai yang
dilanggar
-
Membuktikan konsekuensi posisi yang diinginkan
atau tidak diinginkan (faktual)
-
Membuat prioritas. Menegaskan
prioritas dan memaparkan kurangnya pelanggaran dalam nilai kedua
|
FASE
KELIMA:
MENEGASKAN
DAN MENGKUALIFIKASI POSISI
|
FASE
KEENAM :
MENGUJI
ASUMSI FAKTUAL DIBALIK POSISI YANG SUDAH QUALIFIED
|
-
Siswa menegaskan posisinya serta
alasan memilih posisi tersebut, menguji beberapa situasi yang sama
-
Siswa mengkualifikasi posisi
|
-
Mengidentifikasi asumsi-asumsi
faktual dan menetapkan kalau asumsi tersebut relevan atau tidak
-
Menentukan konsekuensi-konsekuensi
yang diprediksi dan menguji validitas faktualnya (apakah benar-benar akan
terjadi?
|
Dalam
dua tahap pertama, para siswa belum diminta untuk mengungkapkan pendapat mereka
atau mengambil sikap.
Pada
tahap ketiga mereka diminta untuk mengartikulasikan posisi pada isu untuk posisi mereka. Dalam kasus finansial
sekolah, misalnya siswa-siswa mengambil posisi bahwa negara tidak boleh
mengatur berapa banyak masing-masing distrik sekolah bisa menghabiskan pada
setiap murid, karena ini akan menjadi suatu pelanggaran yang tidak dapat
diterima otonomi daerah.
Pada tahap empat posisi dieksplorasi.
Guru sekarang beralih ke gaya konfrontatif
atau posisi dia menjajaki siswa. Dalam memberlakukan peran Socrates,
guru (atau siswa) dapat menggunakan satu atau lebih dari empat pola
argumentasi.
a)
Meminta siswa untuk mengidentifikasi
point di mana nilai dilanggar
b)
Klarifikasi konflik nilai melalui
analogi.
c)
Meminta siswa untuk membuktikan konsekuensi
yang diinginkan atau tidak diinginkan dari posisi.
d)
Meminta siswa untuk menetapkan
prioritas nilai: menegaskan prioritas satu nilai terhadap yang lain dan
menunjukkan kurangnya pelanggaran nilai kedua.
Tahap lima memperhalus dan kualifikasi
posisi. Fase ini sering mengalir alami dari dialog dalam fase empat, tapi
kadang-kadang guru mungkin perlu mendorong siswa untuk menyatakan kembali
posisi mereka. Tahap Lima menjelaskan penalaran dalam posisi nilai, fase enam
pemeriksaan lebih lanjut posisi tersebut dengan mengidentifikasi asumsi faktual
di balik itu dan memeriksa dengan hati-hati. Guru membantu siswa untuk
memeriksa apakah mereka memegang posisi di bawah kondisi yang dibayangkan
paling ekstrem.
Keenam fase dari yurisprudensi Inquiry
Model dapat dibagi ke dalam analisis (fase satu, dua, dan tiga) dan argumentasi
(fase empat, lima, dan enam). kegiatan analisis tersebut, yang terjadi dalam
bentuk diskusi hati-hati dari nilai-nilai dan isu-isu, mempersiapkan materi
untuk eksplorasi. Argumentasi, dilakukan dalam gaya konfrontatif, berusaha
untuk menghasilkan sikap yang paling kuat.
2.
Social System
Struktur dalam model berkisar dari
tinggi ke rendah. Pada awalnya, guru memulai fase dan bergerak dari fase ke
fase tergantung pada kemampuan siswa untuk menyelesaikan tugas. Setelah
pengalaman dengan model yang berbeda, siswa harus mampu melaksanakan proses
tanpa bantuan, sehingga mendapatkan proses kontrol maksimum. Iklim sosial yang
kuat dan keras.
3.
Principles of Reaction
Reaksi Para guru,
terutama dalam tahap empat dan lima, tidak dievaluasi dalam arti persetujuan
atau ketidaksetujuan. Mereka menjajaki/menelusuri substansi:
Guru
4.bereaksi terhadap
komentar siswa dengan mempertanyakan relevansi, konsistensi, spesifisitas atau
umum, dan kejelasan definisi. Guru juga memaksa kontinuitas pemikiran, sehingga
satu pikiran atau garis penalaran dikejar untuk kesimpulan logis argumentasi
lain sebelum dimulai.
Untuk memainkan peran
ini dengan baik, guru harus mengantisipasi nilai-klaim siswa dan bersiaplah
untuk tantangan dan menelusuri. Socrates, berpendapat guru menjajaki/menelusuri
satu siswa sebelum menantang siswa lain. Karena dialog Socrates dengan mudah
bisa menjadi silang mengancam atau
permainan
“dugaan apa jawaban yang tepat guru adalah” guru harus membuat jelas bahwa
klarifikasi masalah dan pengembangan posisi yang paling dipertahankan adalah
tujuan. Mempertanyakan bukti dan asumsi harus memijar dengan dukung manfaat
dari kasus tersebut. Siswa bukan merupakan dasar untuk evaluasi.
4.Support System
Dukungan
material utama untuk model ini adalah sumber dokumen yang fokus pada situasi
masalah. Ada beberapa materi kasus diterbitkan, tetapi relative mudah untuk
mengembangkan bahan kasus sendiri. Fitur yang membedakan pendekatan ini adalah
bahwa kasus menjabarkan situasi nyata atau hipotetis. Penting bahwa semua fakta
terkait situasi dimasukkan dalam materi perkara sehingga kasus tersebut tidak
akan kabur dan frustasi.
Sebuah
kasus kontroversial menggambarkan situasi tertentu yang bertentangan etika,
hukum, faktual, atau definisi interpretasi. Kasus ini dapat terdiri dari suatu
situasi sejarah atau hukum klasik, seperti Plessy u. Ferguson dalam hubungan
ras, atau Undang-Undang Wagner atau Kohler dalam hubungan mogok kerja, atau
mungkin cerita pendek atau menjabarkan fiksi dari kontroversi sosial, seperti Orwell Animal Farm. Umumnya, setiap
halaman surat kabar harian memuat artikel tiga atau empat yang secara eksplisit
atau implisit hadir sebuah pertanyaan kebijakan penting publik. Biasanya ada
beberapa fakta situasi yang disajikan, namun situasi asli yang memicu
kontroversi ini tidak dijelaskan secara rinci.
5.
Instructional and Nurturant Effects
Penguasaan kerangka untuk menganalisis
isu-isu adalah hasil belajar utama langsung. Ini termasuk keahlian dalam
mengidentifikasi pertanyaan kebijakan; penerapan nilai-nilai sosial untuk sikap
kebijakan; penggunaan analogi untuk mengeksplorasi isu-isu, dan kemampuan untuk
mengidentifikasi dan menyelesaikan faktual definisi, dan masalah nilai.
Kemampuan
untuk melakukan dialog kuat dengan orang lain merupakan hasil penting. Ini
memelihara kapasitas untuk keterlibatan sosial dan membangkitkan keinginan
untuk aksi sosial.
Akhirnya, model memelihara nilai-nilai pluralisme dan
menghormati sudut pandang orang lain. Hal ini juga pendukung kemenangan akal atas
emosi dalam hal kebijakan sosial, meskipun strategi itu sendiri sangat membawa
ke dalam bermain tanggapan emosional siswa.
Dalam
mengembangkan kerangka kerja alternatif mereka untuk mengajar program studi
sosial di sekolah-sekolah tinggi, Oliver
dan Shaver khawatir dengan kedua sub sikap dari yang diajarkan dan metode
mengajar itu. Akibatnya, model tersebut menyediakan kerangka kerja untuk
mengembangkan isi kursus kontemporer dalam urusan publik (kasus yang melibatkan
isu-isu publik) dan untuk mengembangkan suatu proses untuk bersepakat dengan
konflik dalam domain publik, yang menyebabkan siswa untuk pemeriksaan-nilai.
Model ini dirancang untuk siswa yang
lebih tinggi dan harus dimodifikasi jauh untuk digunakan di SMP dan SMA. Kami
telah berhasil melakukan model dengan siswa kelas tujuh dan kelas delapan namun
hasilnya telah memiliki sedikit keberhasilan dengan anak-anak muda.
Dialog konfrontatif yang mengelilingi argumentasi masalah
sosial cenderung sangat mengancam pada awalnya, terutama untuk siswa yang
memiliki kekurangan dalam verbal. Kami memiliki kelompok-kelompok kecil (tiga
atau empat siswa) yang melakukan debat dengan kelompok kecil yang lainnya.
Format ini memungkinkan untuk keluar waktu, mengkaji ulang sikap dengan satu
kelompok, dan mendiskusikan masalah lagi. Awalnya, kami mempresentasikan kasus
ini, dan setelah siswa telah memilih isu kebijakan kami meminta mereka untuk
mengambil sikap awal. Atas dasar ini kami membagi mereka menjadi
kelompok-kelompok kecil dan mengatakan kepada setiap kelompok untuk datang
dengan kasus yang paling kuat. Para siswa memahami bahwa, terlepas dari
kelompok mereka berada di pada awalnya, mungkin mereka memilih sikap yang
berbeda pada akhir diskusi.
Baik keterampilan penalaran atau rasa percaya diri untuk
mengambil sikap dan mendiskusikannya diperoleh dengan mudah atau dengan cepat.
Guru harus membiarkan kasus tunggal berkelanjutan untuk jangka waktu yang
panjang, memberikan siswa kesempatan untuk mendapatkan informasi, merefleksikan
ide-ide mereka, dan membangun keberanian mereka. Ini adalah mengalahkan diri
sendiri, debat singkat atas pertanyaan kompleks. sesi formal instruksional
mengajar siswa secara langsung tentang teknik analitik dan argumentatif mungkin
berguna, tapi ini harus diperkenalkan secara alami dan perlahan-lahan. Bahan
kasus awal harus relatif sederhana dan memerlukan latar belakang sebelumnya.
Beberapa harus ditarik dari pengalaman para siswa, mungkin di kelas atau di
rumah.
Selama bertahun-tahun instruktur telah mengorganisir program
IPS sekitar kasus, sedangkan yurisprudensi Inquiry Model mempertinggi semangat
dan intensitas dengan kasus-kasus seperti yang dipelajari. Tentu saja, kasus
harus memiliki masalah umum atau konflik nilai yang melekat pada mereka untuk
meminjamkan diri siap untuk pendekatan yurisprudensi. Tetapi jika sosial
menangani program studi dengan nilai-nilai, baik pribadi dan publik, mereka
akan melewatkan arus vital kepedulian sosial.
Setelah siswa menjadi fasih dalam penggunaan yurisprudensi
Inquiry Model, dapat diterapkan untuk konflik yang terjadi di sekitar kehidupan
mereka sendiri. Skenario pada awal bab ini adalah contoh dari eksplorasi siswa
dari sebuah isu yang menyentuh keprihatinan mereka sendiri. Tanpa permohonan
tersebut, kami berspekulasi bahwa studi tentang isu-isu publik, bahkan penuh
semangat mengejar, bisa tampak abstrak dan tidak relevan dengan kehidupan
siswa. Karena siswa yang tinggal di komunitas dimana penuh dengan isu-isu ,
studi mereka nilai seharusnya tidak terbatas pada kasus-kasus yang jauh dari
mereka, tetapi harus diterapkan pada dinamika kehidupan mereka sendiri dan
masyarakat sekitar mereka.
Adaptasi Level-usia
Model ini tidak mudah diterapkan di bawah tingkat SMP.
Kelihatannya mungkin dengan beberapa siswa SD yang sangat verbal atas untuk
memperkenalkan aspek model, seperti mengidentifikasi masalah dan posisi nilai
alternatif.
Adaptasi Lingkungan Belajar
Awalnya,
yurisprudensi Inquiry Model membutuhkan cukup banyak aktivitas guru-terarah dan
instruksi langsung. Lambat laun, siswa menjadi kompeten. Setiap fase Model harus berbaur dengan diskusi
siswa secara langsung.
Kesimpulan
Saat
siswa beranjak dewasa, kajian tentang masalah-masalah sosial dalam masyarakat,
nagara, bangsa, dan tingkat internasional seharusnya dapat dirancang untuk
mereka. Dalam hal ini, model hokum memang dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut. Diciptakan secara khusus bagi siswa-siswa SMP-SMA pada pelajaran IPS
(sosial), model ini melibatkan siswa mulai dari studi kasus, pendidikan hokum,
hongga proses pendidikan (Oliver dan Shaver, 1966,1971;Shaver,1995). Siswa
mengkaji kasus-kasus masalah sosial dimana kebijakan public perlu dibuat
(misalnya, isu-isu seputar keadilan dan kesetaraan, kemiskinan dan kekuatan).
Mereka dibimbing untuk mengidentifikasi isu-isu kebijakan public seperti
pilihan-pilihan yang berhubungan dengan kebijakan tersebut dan nilai-nilai yang
mendasari pilihan itu. Walaupun dikembangkan untuk pelajaran IPS, model ini
sebenarnya dapat diterapkan pada bidang-bidang lain yang berkaitan dengan
isu-isu kebijakan public, seperti; etika dalam sains, bisnis, olahraga dan
sebagainya.
Model
yurispudensi ini termasuk pada rumpun sosial. Sebagaimana namanya,
menitikberatkan pada tabiat sosial kita, bagaimana kita mempelajari tingkah
laku sosial, dan bagaimana interaksi sosial tersebut dapat mempertinggi hasil
capaian pembelajaran akademik. Hampir semua penggagas teori model sosial ini
percaya bahwa peran utama pendidikan adalah untuk mempersiapkan warga Negara
yang akan mengembangkan tinkah laku demokratis yang terpadu, baik tataran
pribadi maupun sosial serta meningkatkan taraf kehidupan yang berbasisi
demokrasi sosial yang produktif.
Model ini
didasarkan pada konsepsi masyarakat di mana setiap orang memiliki pandangan dan
prioritas yang berbeda dan juga nilai-nilai sosial yang saling bertentangan
satu sama lain. Penyelesaian yang kompleks, isu-isu kontroversial dalam konteks
tatanan sosial yang produktif mewajibkan setiap warga negara untuk berdiskusi
satu sama lain dan berhasil bernegosiasi mengenai perbedaan-perbedaan mereka.
Model ini dapat menggunakan strategi yang tampaknya
mencerminkan tujuan dan cara berpikir mereka dengan menggunakan gaya diskusi
Socrates, dan cara berpkir itu haruslah sesuai logika dan dapat diterima oleh umum/publik. Berikut akan dipaparkan mengenai gaya Socrates.
Socrates (470
SM - 399
SM) adalah filsuf dari Athena-Yunani dan
merupakan salah satu figur paling penting dalam tradisi filosofis Barat.
Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli
filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles.
Socrates adalah yang mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar
Aristotel.
Socrates dikenal sebagai
seorang yang tidak tampan, berpakaian sederhana, tanpa alas kaki dan
berkelilingi mendatangi masyarakat Athena berdiskusi soal filsafat.
Dia melakukan ini pada awalnya didasari satu motif religius untuk membenarkan
suara gaib yang didengar seorang kawannya dari Oracle
Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih bijak dari
Socrates. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling membuktikan kekeliruan suara
tersebut, dia datangi satu demi satu orang-orang yang dianggap bijak oleh masyarakat
pada saat itu dan dia ajak diskusi tentang berbagai masalah kebijaksanaan.
Metode berfilsafatnya inilah yang dia sebut sebagai metode kebidanan. Dia
memakai analogi seorang bidan yang membantu kelahiran seorang bayi dengan
caranya berfilsafat yang membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang
dan mendalam. Dia selalu mengejar definisi absolut tentang satu masalah kepada
orang-orang yang dianggapnya bijak tersebut meskipun kerap kali orang yang
diberi pertanyaan gagal melahirkan definisi tersebut. Pada akhirnya Socrates
membenarkan suara
gaib tersebut berdasar satu pengertian bahwa dirinya adalah yang paling bijak
karena dirinya tahu bahwa dia tidak bijaksana sedangkan mereka yang merasa
bijak pada dasarnya adalah tidak bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka
tidak bijaksana.
Cara berfilsatnya inilah
yang memunculkan rasa sakit hati terhadap Sokrates karena setelah penyelidikan
itu maka akan tampak bahwa mereka yang dianggap bijak oleh masyarakat ternyata
tidak mengetahui apa yang sesungguhnya mereka duga mereka ketahui. Rasa sakit
hati inilah yang nantinya akan berujung pada kematian Sokrates melalui
peradilan dengan tuduhan resmi merusak generasi muda, sebuah tuduhan yang
sebenarnya dengan gampang dipatahkan melalui pembelaannya sebagaimana tertulis
dalam Apologi karya Plato. Socrates pada akhirnya wafat pada usia tujuh puluh
tahun dengan cara meminum racun sebagaimana keputusan yang diterimanya
dari pengadilan dengan hasil voting 280 mendukung hukuman
mati dan 220 menolaknya.
Socrates sebenarnya dapat
lari dari penjara,
sebagaimana ditulis dalam Krito, dengan bantuan para sahabatnya namun dia
menolak atas dasar kepatuhannya pada satu "kontrak" yang telah dia
jalani dengan hukum di kota Athena. Keberaniannya dalam menghadapi maut
digambarkan dengan indah dalam Phaedo karya Plato. Kematian Socrates dalam
ketidakadilan peradilan menjadi salah satu peristiwa peradilan paling
bersejarah dalam masyarakat Barat di samping peradilan Yesus
Kristus.
Peninggalan pemikiran Socrates yang paling
penting ada pada cara dia berfilsafat dengan mengejar satu definisi absolut
atas satu permasalahan melalui satu dialektika.
Pengejaran pengetahuan hakiki melalui penalaran dialektis menjadi pembuka jalan
bagi para filsuf
selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari memikirkan alam menjadi manusia juga
dikatakan sebagai jasa dari Sokrates. Manusia
menjadi objek filsafat yang penting setelah sebelumnya dilupakan oleh para
pemikir hakikat alam semesta. Pemikiran tentang manusia
ini menjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika dan epistemologis di
kemudian hari.
Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi
pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak
diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal
sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara
umum
Joyce, B. & Weil,
M. (1978). Model of
Teaching. Englewood Cliffs, N.J. Prentic Hall.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar