PEMBELAJARAN BERBASIS KETERAMPILAN BERPIKIR SECARA
INDUKTIF
Oleh :
Asep Rohiman Lesmana
imanlesmana382@gmail.com
imanlesmana382@gmail.com
Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan
manusia. Kegiatan belajar dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawa sejak
lahir. Komponen-komponen yang ada dalam kegiatan pembelajaran adalah guru dan
siswa. Seorang guru dituntut mempunyai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
profesional dalam memberikan pembelajajaran terhadap siswa-siswanya.
Perkembangan pengetahuan saat ini telah melaju dengan pesat dan erat
hubungannya dengan perkembangan tekhnologi. Maka seharusnya seorang guru harus
mampu menyesuaikan kondisi perkembangan yang telah ada saat ini dengan lebih
mengembangkan sesuatu pembelajaran atau metode yang harus dilakukan ketika
melakukan pembelajaran kepada siswanya.
Terdapat banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran. Dalam memilih metode pembelajaran, guru tidak boleh memilih
secara asal-asalan. Metode yang digunakan haruslah metode yang direncanakan
berdasarkan pertimbangan perbedaan individu diantara siswa, yang dapat memberi feedback dan inisiatif murid untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya. Dapat dikatakan berhasil atau tidaknya
kegiatan pembelajaran, tergantung pada efektif tidaknya metode pembelajaran
yang dipergunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Namun berdasarkan hasil pengamatan, dengan metode pembelajaran
konvesional yang selama ini diterapkan oleh seorang guru, hasil pembelajaran
yang diinginkan belum dapat tercapai secara optimal, karena siswa belum diberi
kesempatan secara luas untuk mengembangkan minat, bakat, dan kemampuannya.
Pembelajaran yang dilakukan terkesan monoton dan tidak menggairahkan siswa
untuk belajar lebih aktif lagi. Hal itu mengakibatkan siswa kurang
berminat untuk mengikuti dan melaksanakan proses pembelajaran, sehingga tujuan
pembelajaran yang diinginkan tidak dapat tercapai secara optimal.
Pada dasarnya metode pembelajaran dapat dilihat melalui dua sudut
pandang yaitu pertama siswa dipandang sebagai objek belajar, dalam hal ini
pembelajaran menuntut keaktifan guru. Kedua siswa sebagai subjek dan objek
belajar, siswa dituntut keaktifannya dalam proses pembelajaran.
A. Konsep Belajar
Dalam proses
pendidikan di sekolah, belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Karena
berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan tergantung pada proses belajar yang
dialami siswa, baik di sekolah, keluarga, maupun, lingkungan masyarakat.
Menurut Benny (2011:6) menyatakan
“Belajar adalah
kegiatan yang dilakukan seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan
dan pengetahuan yang diperlukan”. Sedangkan Slameto (2003:2) menyatakan definisi belajar
sebagai berikut “Belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Berdasarkan rumusan konsep di atas dapat
menyangkut hal yang sangat luas, menyangkut aspek semua aspek kepribadian
individu. Perubahan tersebut dapat berkenaan dengan penguasaan dan penambahan
pengetahuan, kecakapan, sikap, nilai motivasi kebiasaan minat, apresiasi dan
sebagainya. Demikian juga dengan pengalaman, berkenaan dengan segala bentuk pengalaman
atau hal-hal yang pernah dialami. Pengalaman karena membaca, melihat,
mendengar, merasakan, melakukan, menghayati, membayangkan, merencanakan,
melaksanakan, menilai, mencoba, menganalisis, memecahkan dan sebagainya.
Berdasarkan beberapa rumusan atau definisi di atas, maka belajar adalah proses
perubahan tingkah laku individu yang disebabkan oleh pengalamannya sendiri
dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
B. Konsep Berpikir Induktif
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik)
yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan
sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah
proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut
menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut
dengan premis (antesedens) dan hasil
kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Induksi adalah
cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk
menentukan hukum yang umum (KBBI, 2006: 444). Berpikir induktif adalah metode
yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum.
Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis
yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir
induktif.
Berfikir secara induktif merupakan suatu cara berfikir dengan
mendasarkan pada pengalaman pengalaman yang diulang ulang. Bisa juga merupakan
sebuah kumpulan fakta yang berserakan yang kemudian kita cari kesesuaian
diantara fakta-fakta tersebut sehingga masing masing fakta memiliki keterkaitan
satu sama lain. Dengan demikian berfikir secara induktif merupakan suatu
rekayasa dari berbagai macam kasus yang unik atau khusus yang kemudian
dikembangkan menjadi suatu penalaran tunggal yang menggabungkan kasus kasus
khusus tersebut kedalam suatu bentuk pemahaman yang umum. Secara singkat
berfikir secara induktif berarti berfikir dari kasus khusus menjadi kasus umum.
Berfikir secara induktif merupakan suatu alat generalisasi dari
pemikiran kita untuk kemudian dijadikan suatu pegangan umum atas kejadiaan
tertentu. Sains probabilistik biasa sangat menyukai cara pandang seperti ini.
Kebanyakan dari pengetahuan sehari hari kita juga merupakan hasil dari berfikir
induktif. Dengan demikian berfikir secara induktif merupakan suatu rekayasa
dari berbagai macam kasus yang unik atau khusus yang kemudian dikembangkan
menjadi suatu penalaran tunggal yang menggabungkan kasus kasus khusus tersebut
kedalam suatu bentuk pemahaman yang umum. Secara singkat berfikir secara
induktif berarti berfikir dari kasus khusus menjadi kasus umum.
1. Pedoman Pembentukan Lingkungan Belajar Induktif
Contoh skenario :
Diana Schuetz menyediakan umbi-umbian
tulip yang telah diklasifikasikan pada siswa-siswanya di kelas satu. Siswa-siwa
itu kemudian membentuk kelompok-kelompok menurut ukuran, seperti tulip yang
bertunas (“beberapa dari umbi tersebut memiliki tunas”), tulip yang ber”lapis”,
dan tulip yang tampak sperti “akar”. Kemudian, siswa mulai menanam umbi-umbian
mereka, mencoba untuk menemukan apakah variasi dalam ciri-ciri yang mereka
klasifikasi dapat berpengaruh pada bagaimana tulip itu tumbuh. (“Apakah umbi-umbian
yang besar akan tumbuh lebih besar?” “Apakah justru tunas-tunas mereka yang
tumbuh lebih dulu?” dan sebagainya). Dalam hali ini, Diana sebenarnya tengah
merancang bidang kurikulum ilmu pengetahuan seputar proses-proses dasar
membangun kategori, membuat prediksi, dan menguji validitasnya.
Pada salah satu contoh skenario di atas
pada dasarnya sama seperti skenario lainnya yang juga menjelaskan proses
pembelajaran induktif. Dalam setiap kasus, sasaran-sasaran proses (berupa
belajar membangun, menguji, dan menggunakan katagori) dikombinasikan dengan
objek-objek bahan berupa penelitian dan pemahaman topik penting dalam
kurikulum. Yakin dengan kemempuan siswa sebagai konseptor alamiah, yang selalu
melakukan konseptualisasi setiap saat, membandingkan dan membedakan objek,
kejadian, dan emosi semua hal.
Pedoman-pedoman dalam membentuk
lingkungan belajar induktif :
a. Fokus, membantu siswa
untuk berkonsentrrasi pada suatu ranah (bidang penelitian) yang dapat mereka
kuasai, tanpa menciutkan hati mereka yang justru dapat membuat mereka tidak
bisa menggunakan seluruh kemampuannya untuk menghasilkan gagasan.
b. Pengawasan/kontrol
konseptual : membantu siswa mengembangkan pemahaman konseptual tentang ranah
tertentu.
c. Mengkonversi
pemahaman konseptual menjadi keterampilan.
Lingkungan
dibuat berdsarkan pengembangan komunitas pemelajaran, penciptaan seperangkat
data, dan tugas-tugas pembelajaran, klasifikasi, reklasifikasi, dan
pengembangan hipotesis. Selain itu, guru mengamati siswa (scaffolding)
penelitian mereka dengan membantunya mengelaborasi dan mengembangkan konsep.
Model
induktif dapat membantu siswa mengumpulkan informasi dan mengujinya dengan
teliti, mengolah informasi ke dalam konsep-konsep, dan belajar memanipulasi
konsep-konsep tersebut. Digunakan secara bertahap, strategi ini juga dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk membentuk konsep-konsep secara efisiensi dan
meningkatkan jangkauan perspektif dari sisi mana mereka memandang suatu
informasi.
2. Penelitian mengenai Metode Berpikir secara Induktif
Walaupun
hanya sedikit penelitian tentang model-model pengajaran memproses informasi
yang difokuskan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membentuk da
menggunakan konsep-konsep hipotesis-hipotesis, banyak pertanyaan yang diajukan oleh
praktisi dan orang awam berhubungan dengan hal tersebut. Pada dasarnya,
pertanyaan-pertanyaan itu merefleksikan suatu kekhawatiran bahwa
konsentrasi pada model berpikir bisa jadi akan merintangi penguasaan siswa
terhadap isi / bahan pengjaran.
Banyak guru mengajukan pertanyaan “Saya
punya banyak bahan untuk dipelajari. Jika saya menghabiskan energi untuk
mengajar model berpikir, tidaklah siswa akan kehilangan keterampilan dasar dan
materi yang menjadi inti suatu kurikulum?” beberapa review penelitian telah
mencantumkan pertanyaan ini.
El-Nemr (1979) melakukan studi yang
fokus pada pengajaran biologi sebagai penelitian di sekolah tinggi. Dia melihat
pengaruh prestasi siswa pada pengembangan keterampilan proses informasi dan
pada sikap-sikap mereka terhadap ilmu pengetahuan. Kurikulum-kurikulum biologi
yang berorientasi pada eksperimen menghasilkan pengaruh-pengaruh positif
terhadap tiga hasil ini. Sedangkan analisis Bredderman (1983) lebih mencakup
program ilmu pengetahuan dari kelas-kelas dasar. Dia juga melaporkan pengaruh
positif berpikir induktif bagi pemrolehan informasi, kreativitas, dan proses
ilmiah. Selain itu, dia juga melaporkan adanya pengaruh –pengaruh pola berpikir
induktif atau pendekatan-pendekatan berbasis penelitian dalam pengajaran
menulis menghasilkan ukuran pengaruh rata-rata sekitar 0,6 dibandingkan dengan
proses-proses yang menggunakan bahan yang sama, tetapi tanpa pendekatan
induktif dalam proses belajar mengajar.
Beberapa peneliti lain telah melakukan
pendekatan untuk menemukan rata-rata pengaruh dalam hal transfer pengajaran
berpikir dari satu kurikulum ke kurikulum lain, dan mereka juga telah
mendapatkan bahwa kurikulum berorentasi penelitian hadir untuk menstimulasi
pertumbuhan dalam bidang-bidang lain yang tampak tidak berhubungan. Contoh,
analisis Smith (1980) tentang kurikulum estetika menunjukkan bahwa implementasi
kurikulum berorientasi pada kesenian berpengaruh positif pada bidang-bidang
keterampilan dasar.
Model pembelajaran yang sama dapat
menjangkau seluruh siswa, tetapi ini merupakan penemuan biasa dalam
kajian-kajian pengajaran dan strategi-strategi pengajaran. Selain itu, para
guru yang “menjangkau” siswa keluar dari rutinitas yang membosankan juga
mendorong siswa-siswa terbaik ke dalam keadaan pertumbuhan yang lebih tinggi
dari pada hal-hal yang sudah terbiasa terjadi.
3. Struktur (Syntax) Pembelajaran
Berbasis Induktif
Strategi pembelajaran ini menghendaki penarikan kesimpulan
didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin. Semakin banyak
fakta semakin mendukung hasil simpulan. Langkah-langkah yang harus
tempuh dalam strategi pembelajaran dengan pendekatan induktif yaitu:
a.
guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan
disajikan dengan pendekatan induktif
b.
guru menyajikan contoh-contoh khusus, prinsip, atau
aturan yang memungkinkan siswa memperkirakan sifat umum yang terkandung dalam
contoh,
c.
guru menyajikan bukti yang berupa contoh tambahan
untuk menunjang atau mengangkat perkiraan.
d.
menyimpulkan, memberi penegasan dari beberapa contoh
kemudian disimpulkan dari contoh tersebut serta tindak lanjut.
Berpikir induktif melibatkan tiga tahapan dan karenanya ia mengembangkan
tiga strategi cara mengajarkannya. Tiga keterampilan berpikir
induktif yakni sebagai berikut:
a.
Konsep Pembentukan (Belajar Konsep)
Tahap ini mencakup tiga langkah utama: item daftar (lembar, konsep),
kelompok barang yang sama secara bersama-sama, beserta label tersebut (dengan
nama konsep).
Langkah-langkah:
1)
Membuat daftar konsep.
2)
Pengelompokkan konsep berdasarkan karakteristik yang
sama.
3)
Pemberian label atau kategorisasi.
b.
Interpretasi data
Strategi kedua ini merupakan cara mengajarkan bagaimana menginterpretasi
dan menyimpulkan data. Sama halnya dengan strategi pertama (pembentukan
konsep), cara ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tertentu.
Langkah-langkah:
1)
mengidentifikasi dimensi-dimensi dan
hubungan-hubungannya.
2)
menjelaskan dimensi-dimensi dan hubungan-hubungannya.
3)
membuat kesimpulan.
c.
Penerapan Prinsip-Prinsip
Strategi ini merupakan kelanjutan dari strategi pertama dan kedua.
Setelah siswa dapat merumuskan suatu konsep, menginterpretasikan dan
menyimpulkan data, selanjutnya mereka diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip
tertentu ke dalam suatu situasi permasalahan yang berbeda.. Atau siswa
diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip untuk menjelaskan suatu fenomena
baru.
Langkah-Langkah:
1) Membuat
hipotesis, memprediksi konsekuensi.
2)
Menjelaskan teori yang mendukung hipotesis atau prediksi.
3) Menguji
hipotesis/prediksi
Srategi belajar mengajar induktif
dalam strategi belajar mengajar induktif, pesan atau materi pelajaran
diolah mulai dari yang khusus, bagian atau atribut, menuju yang umum yaitu generalisasi
atau rumusan konsep atau aturan. Model pembelajaran induktif dipelopori oleh
Taba (Joyce & Weil; 2002:127), model yang didesain untuk meningkatkan
kemampuan berpikir. Taba (Joyce dkk, 2002) membangun model ini dengan
pendekatan yang didasarkan atas tiga asumsi, yaitu:
a)
Proses berpikir dapat dipelajari. Mengajar seperti
yang digunakan oleh Taba berarti membantu siswa mengembangkan kemampuan
berpikir induktif melalui latihan (practice).
b)
Proses berpikir adalah suatu transaksi aktif antara
individu dan data. Ini berarti bahwa siswa menyampaikan sejumlah data dari
beberapa domain pelajaran. Siswa menyusun data ke dalam sistem konseptual,
menghubungkan poin-poin data dengan data yang lain, membuat generalisasi dari
hubungan yang mereka temukan, dan membuat kesimpulan dengan hipotesis,
meramalkan dan menjelaskan fenomena.
c)
Mengembangkan proses berpikir dengan urutan yang “sah
menurut aturan”. Postulat Taba bahwa untuk menguasai keterampilan berpikir
tertentu, pertama seseorang harus menguasai satu keterampilan tertentu
sebelumnya, dan urutan ini tidak bisa dibalik.
4.
Keterampilan Mengajar secara Induktif
Tips mengajar induktif menurut Bruce
Joyce, Marsha Weil dan Emily Calhoun :
a) Praktik, praktik dan
praktik : membangun komunikasi melalui pembelajaran.
b) Amati dan kaji
begaimana siswa berpikir.
c) Cobalah untuk terus
membantu siswa belajar bagaimana cara belajar.
d) Proses induktif
membawa anak-anak untuk mengeksplorasi suatu bidang materi sebagai suatu
komunitas pembelajaran yang berlatih untuk menguasai bidang tersebut.
e) Kecuali
berkonsentrasi pada elemen-elemen fonetik dan kosa kata yang baru dipelajari,
kata-kata seharusnya diajikan dalam kalimat-kalimat yang menyediakan isyarat
konteks dan jenis aktivitas dekat yang dibawa untuk meyakinkan bahwa ada makna
/ arti yang dibangun.
f) Gunakan model ini
dalam bidang-bidang kurikulum
g) Pastikan seperangkat
data memiliki sajian ciri atau sifat, baik untuk pembentukan konsep maupun
pencapaian konsep.
h) Berhati hatilah saat
mengajarkan kalimat “lengkap” dan “tak lengkap”
i) Membedakan antara
fakta dan pendapat mungkin tidak cocok untuk eksplorasi singkat
j) Dalam ilmu sains,
cobalah fokus pada benda-benda di mana siswa dapat mengumpulkan data mentah.
k) Siswa dapat membuat
atau mendapat katagori-katagori yang berciri ganda
l) Dalam mengajarkan
konsep-konsep seperti adverb, harus ingat ahwa di setiap konsep itu terdapat
banyak subkatagori.
m) Berilah penekanan
ulasan untuk serangkaian data yang tergolong rumit, seperti puisi.
n) Mempelajari ciri-ciri
sesuatu, seperti karakter dalam cerita, dapat menjadi inisiatif masalah yang
menarik.
o) Kembali pada Karakteristik-karakteristik
p) Pertimbangkanlah jika
ingin menyajikan objek dengan tatanan yang cukup rumit pada awal mula
pengajaran.
5. Dampak Instruksional dan Pengiring
Model pembelajaran dan pengajaran induktif
dirancang untuk melatih siswa membuat konsep dan sekaligus untuk mengajarkan
konsep-konsep dan cara penerapannya (generalisasi) pada mereka. Model ini
mengajar minat siswa pada logika, minat pada bahasa dan arti kata-kata, dan
minat pada sifat pengetahuan.
a. Dampak instruksional meliputi (proses pembentukan konsep, sistem
konsep, sistem dan aplikasi pembelajaran, pengolahan informasi, pembentukan
hipotesis, dan keterampilan berpikir).
b. Dampak pengiring meliputi (berpikir logis, kesdaran atas
sifat pengetahuan, dan semangat meneliti)
6. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
Induktif
a.
Kelebihan yang menonjol dan mudah dipahami diantaranya
:
1)
Pada model pembelajaran induktif guru langsung
memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan
ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, sehingga siswa
mempunyai parameter dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
2)
Ketika siswa telah mempunyai gambaran umum tentang
materi pembelajaran, guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu
dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tersebut sehingga pemerataan pemahaman
siswa lebih luas dengan adanya pertanyaan-pertanyaan antara siswa dengan guru.
3)
Model pembelajaran induktif menjadi sangat efektif
untuk memicu keterlibatan yang lebih mendalam dalam hal proses belajar karena
proses Tanya jawab tersebut.
b.
Kelemahan Model Belajar Berpikir secara Induktif
1)
Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam
bertanya (questioning) sehingga kesuksesan pembelajaran hamper sepenuhnya
ditentukan kemampuan guru dalam memberikan ilustrasi-ilustrasi.
2)
Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini,
jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan
pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat
siswa berpikir.
3)
Model pembelajaran ini sangat tergantung pada
lingkungan eksternal, guru harus bisa menciptakan kondisi dan situasi belajar
yang kondusif agar siswa merasa aman dan tak malu/takut mengeluarkan
pendapatnya. Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka tujuan pembelajaran
tidak akan tercapai secara sempurna.
4)
Saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model
pembelajaran induktif, guru harus telah menyiapkan perangkat-perangkat yang
akan membuat siswa beraktivitas dan mengobarkan semangat siswa untuk melakukan
observasi terhadap ilustrasi-ilustrasi yang diberikan, melalui
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dengan metode ini maka
kemandirian siswa tidak dapat berkembang optimal.
5)
Guru harus menjaga siswa agar perhatian mereka tetap
pada tugas belajar yang diberikan, sehingga peran guru sangat vital dalam
mengontrol proses belajar siswa.
6)
Kesuksesan proses belajar mengajar dengan menggunakan
model pembelajaran induktif bergantung pada contoh-contoh atau ilustrasi yang
digunakan oleh guru.
7)
Pembelajaran tidak dapat berjalan bila guru dan
muridnya tidak suka membaca, sehingga tidak mempunyai pilihan dalam proses
induktif.
Strategi pembelajaran induktif dirancang berlandaskan teori
konstruktivisme dalam belajar. Pembelajaran ini membutuhkan guru yang terampil
dalam bertanya (questioning) dalam
penerapannya.
Pola berpikir yang baik selalu
mengkombinasikan dua hal, yaitu disiplin dan fleksibilitas. Jika kita membantu
siswa menjadi pemikir yang hebat dan fleksibel, kita harus menguasai
paradoks-paradoks dan membuat lingkungan-lingkungan yang menawarkan tantangan
dan dukungan kuat tanpa perlu memaksakan kemampuan siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar