Selasa, 17 September 2019

Keterampilan Berpikir Induktif


PEMBELAJARAN BERBASIS KETERAMPILAN BERPIKIR SECARA INDUKTIF

Oleh :
Asep Rohiman Lesmana
imanlesmana382@gmail.com


Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawa sejak lahir. Komponen-komponen yang ada dalam kegiatan pembelajaran adalah guru dan siswa. Seorang guru dituntut mempunyai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang profesional dalam memberikan pembelajajaran terhadap  siswa-siswanya.
Perkembangan pengetahuan saat ini telah melaju dengan pesat dan erat hubungannya dengan perkembangan tekhnologi. Maka seharusnya seorang guru harus mampu menyesuaikan kondisi perkembangan yang telah ada saat ini dengan lebih mengembangkan sesuatu pembelajaran atau metode yang harus dilakukan ketika melakukan pembelajaran kepada siswanya.
Terdapat banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam memilih metode pembelajaran, guru tidak boleh memilih secara asal-asalan. Metode yang digunakan haruslah metode yang direncanakan berdasarkan pertimbangan perbedaan individu diantara siswa, yang dapat memberi feedback dan inisiatif murid untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Dapat dikatakan berhasil atau tidaknya kegiatan pembelajaran, tergantung pada efektif tidaknya metode pembelajaran yang dipergunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Namun berdasarkan hasil pengamatan, dengan metode pembelajaran konvesional yang selama ini diterapkan oleh seorang guru, hasil pembelajaran yang diinginkan belum dapat tercapai secara optimal, karena siswa belum diberi kesempatan secara luas untuk mengembangkan minat, bakat, dan kemampuannya. Pembelajaran yang dilakukan terkesan monoton dan tidak menggairahkan siswa untuk belajar lebih aktif lagi.  Hal itu mengakibatkan siswa kurang berminat untuk mengikuti dan melaksanakan proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan tidak dapat tercapai secara optimal.
Pada dasarnya metode pembelajaran dapat dilihat melalui dua sudut pandang yaitu pertama siswa dipandang sebagai objek belajar, dalam hal ini pembelajaran menuntut keaktifan guru. Kedua siswa sebagai subjek dan objek belajar, siswa dituntut keaktifannya dalam proses pembelajaran.

A.     Konsep Belajar
Dalam proses pendidikan di sekolah, belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Karena berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik di sekolah, keluarga, maupun, lingkungan masyarakat. Menurut Benny (2011:6) menyatakan “Belajar adalah kegiatan yang dilakukan seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan”. Sedangkan Slameto (2003:2) menyatakan definisi belajar sebagai berikut “Belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Berdasarkan rumusan konsep di atas dapat menyangkut hal yang sangat luas, menyangkut aspek semua aspek kepribadian individu. Perubahan tersebut dapat berkenaan dengan penguasaan dan penambahan pengetahuan, kecakapan, sikap, nilai motivasi kebiasaan minat, apresiasi dan sebagainya. Demikian juga dengan pengalaman, berkenaan dengan segala bentuk pengalaman atau hal-hal yang pernah dialami. Pengalaman karena membaca, melihat, mendengar, merasakan, melakukan, menghayati, membayangkan, merencanakan, melaksanakan, menilai, mencoba, menganalisis, memecahkan dan sebagainya. Berdasarkan beberapa rumusan atau definisi di atas, maka belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang disebabkan oleh pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

B.     Konsep Berpikir Induktif
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum (KBBI, 2006: 444). Berpikir induktif  adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Berfikir secara induktif merupakan suatu cara berfikir dengan mendasarkan pada pengalaman pengalaman yang diulang ulang. Bisa juga merupakan sebuah kumpulan fakta yang berserakan yang kemudian kita cari kesesuaian diantara fakta-fakta tersebut sehingga masing masing fakta memiliki keterkaitan satu sama lain. Dengan demikian berfikir secara induktif merupakan suatu rekayasa dari berbagai macam kasus yang unik atau khusus yang kemudian dikembangkan menjadi suatu penalaran tunggal yang menggabungkan kasus kasus khusus tersebut kedalam suatu bentuk pemahaman yang umum. Secara singkat berfikir secara induktif berarti berfikir dari kasus khusus menjadi kasus umum.
Berfikir secara induktif merupakan suatu alat generalisasi dari pemikiran kita untuk kemudian dijadikan suatu pegangan umum atas kejadiaan tertentu. Sains probabilistik biasa sangat menyukai cara pandang seperti ini. Kebanyakan dari pengetahuan sehari hari kita juga merupakan hasil dari berfikir induktif. Dengan demikian berfikir secara induktif merupakan suatu rekayasa dari berbagai macam kasus yang unik atau khusus yang kemudian dikembangkan menjadi suatu penalaran tunggal yang menggabungkan kasus kasus khusus tersebut kedalam suatu bentuk pemahaman yang umum. Secara singkat berfikir secara induktif berarti berfikir dari kasus khusus menjadi kasus umum.

1.     Pedoman Pembentukan Lingkungan Belajar Induktif
Contoh skenario :
Diana Schuetz menyediakan umbi-umbian tulip yang telah diklasifikasikan pada siswa-siswanya di kelas satu. Siswa-siwa itu kemudian membentuk kelompok-kelompok menurut ukuran, seperti tulip yang bertunas (“beberapa dari umbi tersebut memiliki tunas”), tulip yang ber”lapis”, dan tulip yang tampak sperti “akar”. Kemudian, siswa mulai menanam umbi-umbian mereka, mencoba untuk menemukan apakah variasi dalam ciri-ciri yang mereka klasifikasi dapat berpengaruh pada bagaimana tulip itu tumbuh. (“Apakah umbi-umbian yang besar akan tumbuh lebih besar?” “Apakah justru tunas-tunas mereka yang tumbuh lebih dulu?” dan sebagainya). Dalam hali ini, Diana sebenarnya tengah merancang bidang kurikulum ilmu pengetahuan seputar proses-proses dasar membangun kategori, membuat prediksi, dan menguji validitasnya.
Pada salah satu contoh skenario di atas pada dasarnya sama seperti skenario lainnya yang juga menjelaskan proses pembelajaran induktif. Dalam setiap kasus, sasaran-sasaran proses (berupa belajar membangun, menguji, dan menggunakan katagori) dikombinasikan dengan objek-objek bahan berupa penelitian dan pemahaman topik penting dalam kurikulum. Yakin dengan kemempuan siswa sebagai konseptor alamiah, yang selalu melakukan konseptualisasi setiap saat, membandingkan dan membedakan objek, kejadian, dan emosi semua hal.
Pedoman-pedoman dalam membentuk lingkungan belajar induktif :
a.       Fokus, membantu siswa untuk berkonsentrrasi pada suatu ranah (bidang penelitian) yang dapat mereka kuasai, tanpa menciutkan hati mereka yang justru dapat membuat mereka tidak bisa menggunakan seluruh kemampuannya untuk menghasilkan gagasan.
b.      Pengawasan/kontrol konseptual : membantu siswa mengembangkan pemahaman konseptual tentang ranah tertentu.
c.       Mengkonversi pemahaman konseptual menjadi keterampilan.
Lingkungan dibuat berdsarkan pengembangan komunitas pemelajaran, penciptaan seperangkat data, dan tugas-tugas pembelajaran, klasifikasi, reklasifikasi, dan pengembangan hipotesis. Selain itu, guru mengamati siswa (scaffolding) penelitian mereka dengan membantunya mengelaborasi dan mengembangkan konsep.
Model induktif dapat membantu siswa mengumpulkan informasi dan mengujinya dengan teliti, mengolah informasi ke dalam konsep-konsep, dan belajar memanipulasi konsep-konsep tersebut. Digunakan secara bertahap, strategi ini juga dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk membentuk konsep-konsep secara efisiensi dan meningkatkan jangkauan perspektif dari sisi mana mereka memandang suatu informasi.

2. Penelitian mengenai Metode Berpikir secara Induktif
Walaupun hanya sedikit penelitian tentang model-model pengajaran memproses informasi yang difokuskan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membentuk da menggunakan konsep-konsep hipotesis-hipotesis, banyak pertanyaan yang diajukan oleh praktisi dan orang awam berhubungan dengan hal tersebut. Pada dasarnya, pertanyaan-pertanyaan itu merefleksikan suatu kekhawatiran bahwa konsentrasi pada model berpikir bisa jadi akan merintangi penguasaan siswa terhadap isi / bahan pengjaran.
Banyak guru mengajukan pertanyaan “Saya punya banyak bahan untuk dipelajari. Jika saya menghabiskan energi untuk mengajar model berpikir, tidaklah siswa akan kehilangan keterampilan dasar dan materi yang menjadi inti suatu kurikulum?” beberapa review penelitian telah mencantumkan pertanyaan ini.
El-Nemr (1979) melakukan studi yang fokus pada pengajaran biologi sebagai penelitian di sekolah tinggi. Dia melihat pengaruh prestasi siswa pada pengembangan keterampilan proses informasi dan pada sikap-sikap mereka terhadap ilmu pengetahuan. Kurikulum-kurikulum biologi yang berorientasi pada eksperimen menghasilkan pengaruh-pengaruh positif terhadap tiga hasil ini. Sedangkan analisis Bredderman (1983) lebih mencakup program ilmu pengetahuan dari kelas-kelas dasar. Dia juga melaporkan pengaruh positif berpikir induktif bagi pemrolehan informasi, kreativitas, dan proses ilmiah. Selain itu, dia juga melaporkan adanya pengaruh –pengaruh pola berpikir induktif atau pendekatan-pendekatan berbasis penelitian dalam pengajaran menulis menghasilkan ukuran pengaruh rata-rata sekitar 0,6 dibandingkan dengan proses-proses yang menggunakan bahan yang sama, tetapi tanpa pendekatan induktif dalam proses belajar mengajar.
Beberapa peneliti lain telah melakukan pendekatan untuk menemukan rata-rata pengaruh dalam hal transfer pengajaran berpikir dari satu kurikulum ke kurikulum lain, dan mereka juga telah mendapatkan bahwa kurikulum berorentasi penelitian hadir untuk menstimulasi pertumbuhan dalam bidang-bidang lain yang tampak tidak berhubungan. Contoh, analisis Smith (1980) tentang kurikulum estetika menunjukkan bahwa implementasi kurikulum berorientasi pada kesenian berpengaruh positif pada bidang-bidang keterampilan dasar.
Model pembelajaran yang sama dapat menjangkau seluruh siswa, tetapi ini merupakan penemuan biasa dalam kajian-kajian pengajaran dan strategi-strategi pengajaran. Selain itu, para guru yang “menjangkau” siswa keluar dari rutinitas yang membosankan juga mendorong siswa-siswa terbaik ke dalam keadaan pertumbuhan yang lebih tinggi dari pada hal-hal yang sudah terbiasa terjadi. 

3.      Struktur (Syntax) Pembelajaran Berbasis Induktif
Strategi pembelajaran ini  menghendaki penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin. Semakin banyak fakta semakin mendukung hasil simpulan.  Langkah-langkah yang harus  tempuh dalam strategi pembelajaran dengan pendekatan induktif  yaitu:
a.       guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan induktif
b.      guru menyajikan contoh-contoh khusus, prinsip, atau aturan yang memungkinkan siswa memperkirakan sifat umum yang terkandung dalam contoh,
c.       guru menyajikan bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau mengangkat perkiraan.
d.      menyimpulkan, memberi penegasan dari beberapa contoh kemudian disimpulkan dari contoh tersebut serta tindak lanjut.
Berpikir induktif melibatkan tiga tahapan dan karenanya ia mengembangkan tiga strategi cara mengajarkannya.  Tiga keterampilan berpikir induktif yakni sebagai berikut:
a.       Konsep Pembentukan (Belajar Konsep)
Tahap ini mencakup tiga langkah utama: item daftar (lembar, konsep), kelompok barang yang sama secara bersama-sama, beserta label tersebut (dengan nama konsep).
Langkah-langkah:
1)     Membuat daftar konsep.
2)     Pengelompokkan konsep berdasarkan karakteristik yang sama.
3)     Pemberian label atau kategorisasi.
b.      Interpretasi data
Strategi kedua ini merupakan cara mengajarkan bagaimana menginterpretasi dan menyimpulkan data. Sama halnya dengan strategi pertama (pembentukan konsep), cara ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu.
Langkah-langkah:
1)     mengidentifikasi dimensi-dimensi dan hubungan-hubungannya.
2)     menjelaskan dimensi-dimensi dan hubungan-hubungannya.
3)     membuat kesimpulan.

c.       Penerapan Prinsip-Prinsip
Strategi ini merupakan kelanjutan dari strategi pertama dan kedua. Setelah siswa dapat merumuskan suatu konsep, menginterpretasikan dan menyimpulkan data, selanjutnya mereka diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip tertentu ke dalam suatu situasi permasalahan yang berbeda.. Atau siswa diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip untuk menjelaskan suatu fenomena baru.
Langkah-Langkah:
1)    Membuat hipotesis, memprediksi konsekuensi.
2)    Menjelaskan teori yang mendukung hipotesis atau prediksi.
3)    Menguji hipotesis/prediksi
Srategi belajar mengajar induktif  dalam strategi belajar mengajar induktif, pesan atau materi pelajaran diolah mulai dari yang khusus, bagian atau atribut, menuju yang umum yaitu generalisasi atau rumusan konsep atau aturan. Model pembelajaran induktif dipelopori oleh Taba (Joyce & Weil; 2002:127), model yang didesain untuk meningkatkan kemampuan berpikir. Taba (Joyce dkk, 2002) membangun model ini dengan pendekatan yang didasarkan atas tiga asumsi, yaitu:
a)       Proses berpikir dapat dipelajari. Mengajar seperti yang digunakan oleh Taba berarti membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir induktif melalui latihan (practice).
b)       Proses berpikir adalah suatu transaksi aktif antara individu dan data. Ini berarti bahwa siswa menyampaikan sejumlah data dari beberapa domain pelajaran. Siswa menyusun data ke dalam sistem konseptual, menghubungkan poin-poin data dengan data yang lain, membuat generalisasi dari hubungan yang mereka temukan, dan membuat kesimpulan dengan hipotesis, meramalkan dan menjelaskan fenomena.
c)        Mengembangkan proses berpikir dengan urutan yang “sah menurut aturan”. Postulat Taba bahwa untuk menguasai keterampilan berpikir tertentu, pertama seseorang harus menguasai satu keterampilan tertentu sebelumnya, dan urutan ini tidak bisa dibalik.
 
4.     Keterampilan Mengajar secara Induktif
Tips mengajar induktif menurut Bruce Joyce, Marsha Weil dan Emily Calhoun :
a)     Praktik, praktik dan praktik : membangun komunikasi melalui pembelajaran.
b)     Amati dan kaji begaimana siswa berpikir.
c)      Cobalah untuk terus membantu siswa belajar bagaimana cara belajar.
d)     Proses induktif membawa anak-anak untuk mengeksplorasi suatu bidang materi sebagai suatu komunitas pembelajaran yang berlatih untuk menguasai bidang tersebut.
e)     Kecuali berkonsentrasi pada elemen-elemen fonetik dan kosa kata yang baru dipelajari, kata-kata seharusnya diajikan dalam kalimat-kalimat yang menyediakan isyarat konteks dan jenis aktivitas dekat yang dibawa untuk meyakinkan bahwa ada makna / arti yang dibangun.
f)       Gunakan model ini dalam bidang-bidang kurikulum
g)     Pastikan seperangkat data memiliki sajian ciri atau sifat, baik untuk pembentukan konsep maupun pencapaian konsep.
h)     Berhati hatilah saat mengajarkan kalimat “lengkap” dan “tak lengkap”
i)       Membedakan antara fakta dan pendapat mungkin tidak cocok untuk eksplorasi singkat
j)       Dalam ilmu sains, cobalah fokus pada benda-benda di mana siswa dapat mengumpulkan data mentah.
k)     Siswa dapat membuat atau mendapat katagori-katagori yang berciri ganda
l)       Dalam mengajarkan konsep-konsep seperti adverb, harus ingat ahwa di setiap konsep itu terdapat banyak subkatagori.
m)   Berilah penekanan ulasan untuk serangkaian data yang tergolong rumit, seperti puisi.
n)     Mempelajari ciri-ciri sesuatu, seperti karakter dalam cerita, dapat menjadi inisiatif masalah yang menarik.
o)     Kembali pada Karakteristik-karakteristik
p)     Pertimbangkanlah jika ingin menyajikan objek dengan tatanan yang cukup rumit pada awal mula pengajaran.

5. Dampak Instruksional dan Pengiring
Model pembelajaran dan pengajaran induktif dirancang untuk melatih siswa membuat konsep dan sekaligus untuk mengajarkan konsep-konsep dan cara penerapannya (generalisasi) pada mereka. Model ini mengajar minat siswa pada logika, minat pada bahasa dan arti kata-kata, dan minat pada sifat pengetahuan.
a.       Dampak instruksional meliputi (proses pembentukan konsep, sistem konsep, sistem dan aplikasi pembelajaran, pengolahan informasi, pembentukan hipotesis, dan keterampilan berpikir).
b.      Dampak pengiring meliputi (berpikir logis, kesdaran atas sifat pengetahuan, dan semangat meneliti)

6.     Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Induktif  
a.       Kelebihan yang menonjol dan mudah dipahami diantaranya :
1)     Pada model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, sehingga siswa mempunyai parameter dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
2)     Ketika siswa telah mempunyai gambaran umum tentang materi pembelajaran, guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tersebut sehingga pemerataan pemahaman siswa lebih luas dengan adanya pertanyaan-pertanyaan antara siswa dengan guru.
3)     Model pembelajaran induktif menjadi sangat efektif untuk memicu keterlibatan yang lebih mendalam dalam hal proses belajar karena proses Tanya jawab tersebut.

b.      Kelemahan Model Belajar Berpikir secara Induktif
1)       Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) sehingga kesuksesan pembelajaran hamper sepenuhnya ditentukan kemampuan guru dalam memberikan ilustrasi-ilustrasi.
2)       Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswa berpikir.
3)       Model pembelajaran ini sangat tergantung pada lingkungan eksternal, guru harus bisa menciptakan kondisi dan situasi belajar yang kondusif agar siswa merasa aman dan tak malu/takut mengeluarkan pendapatnya. Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secara sempurna.
4)       Saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran induktif, guru harus telah menyiapkan perangkat-perangkat yang akan membuat siswa beraktivitas dan mengobarkan semangat siswa untuk melakukan observasi terhadap ilustrasi-ilustrasi yang diberikan, melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dengan metode ini maka kemandirian siswa tidak dapat berkembang optimal.
5)       Guru harus menjaga siswa agar perhatian mereka tetap pada tugas belajar yang diberikan, sehingga peran guru sangat vital dalam mengontrol proses belajar siswa.
6)       Kesuksesan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran induktif bergantung pada contoh-contoh atau ilustrasi yang digunakan oleh guru.
7)       Pembelajaran tidak dapat berjalan bila guru dan muridnya tidak suka membaca, sehingga tidak mempunyai pilihan dalam proses induktif.
Strategi pembelajaran induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar. Pembelajaran ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) dalam penerapannya.
Pola berpikir yang baik selalu mengkombinasikan dua hal, yaitu disiplin dan fleksibilitas. Jika kita membantu siswa menjadi pemikir yang hebat dan fleksibel, kita harus menguasai paradoks-paradoks dan membuat lingkungan-lingkungan yang menawarkan tantangan dan dukungan kuat tanpa perlu memaksakan kemampuan siswa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penguatan Integrasi Pendidikan

PENGUATAN INTEGRASI PENDIDIKAN DALAM ERA DISUPSI Oleh :  Asep Rohiman Lesmana, M.Pd. Pendidikan merupakan suatu entitas yang s...