KONSEP BIMBINGAN
DAN KONSELING PERKEMBANGAN
A. DEFINISI
Sejatinya,
keberadaan layanan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan di Indonesia bukan sesuatu yang dipaksakan
karena bimbingan dan konseling merupakan konsekuensi logis dari hakikat
pendidikan itu sendiri. Dalam perspektif historis, eksistensi bimbingan dan
konseling di Indonesia mulai dirintis pada
pertengahan tahun enam puluhan. Dalam kurun waktu lebih dari empat puluh tahun,
perkembangan bimbingan dan konseling
telah melewati beberapa periode yaitu dekade 60-an (perintisan), dekade
70-an (penataan), dekade 80-an (pemantapan), dan dekade 90-an
(profesionalisasi).
Model bimbingan dan konseling berbeda secara substansial dengan model
bimbingan yang berlangsung selama ini. Perbedaan ini mencakup aspek filosofi,
prinsip, tujuan, isi, strategi, dan komponen. Adopsi inovasi model bimbingan
dan konseling sejatinya mengindahkan lingkungan perkembangan siswa. Dengan
demikian, mengimplementasikan model bimbingan dan konseling perkembangan
secara langsung tanpa
memperhatikan konteks lingkungan perkembangan siswa yang riil
merupakan tindakan kurang bijaksana.
Model
bimbingan dan konseling komprehensif
bersifat sistemik, bukan sekedar sistematis. Model bimbingan dan konseling yang sistematik adalah pelaksanaannya sesuai dengan rencana,
tertata baik sejak perencanaan, pendataan, implementasi, dan evaluasi.
Sementara model bimbingan dan konseling yang
sistemik adalah model bimbingan dan konseling yang
dirancang untuk menjangkau berbagai pihak, mulai dari siswa sebagai individu
maupun kelompok, komunitas sekolah, keluarga, komunitas, dan masyarakat.
Pendekatan sistemik dalam model bimbingan dan konseling perkembangan menempatkan individu sebagai pusat sistem dan menciptakan
hubungan antar subsistem yang mempengaruhi individu ke arah perkembangan
positif (Erford, 2004).
Model bimbingan dan konseling perkembangan (yang sistemik)
membutuhkan kebijakan pendidikan di sekolah yang integratif, yaitu adanya
keselarasan antara kebijakan dalam bidang pengajaran, bimbingan, pelatihan,
kegiatan ekstrakurikular, kebijakan keuangan-sarana-prasarana, personalia.
Model bimbingan dan konseling perkembangan membutuhkan
dukungan sekolah (dengan payung kebijakan) yang adil dan setara sehingga
sekolah memberikan perhatian memadai dan setara kepada semua unsur yang penting
bagi jalannya proses pendidikan. Dukungan finansial memadai, fasilitas memadai,
pemberian waktu yang memadai untuk pembimbingan, pengajaran, dan kegiatan
pendidikan lain di sekolah adalah bukti kebijakan pendidikan yang integratif di
sebuah
lembaga pendidikan.
Selain
sebagai prasyarat, kebijakan pendidikan yang terintegrasi juga (dapat)
merupakan dampak dari model bimbingan dan konseling perkembangan yang terbukti kualitasnya.
Kualitas model bimbingan dan konseling,
hasil dan dampaknya yang positif akan melahirkan kepercayaan masyarakat sekolah
(dewan guru, administrator sekolah, siswa-siswi, orang tua, komite sekolah).
Kepercayaan masyarakat sekolah yang besar akan melahirkan dukungan optimal bagi
model bimbingan dan konseling tersebut,
sehingga model bimbingan dan konseling menjadi semakin komprehensif.
Model
bimbingan dan konseling perkembangan
dirancang menjadi bagian integral dari proses pendidikan di sekolah. Integrasi
antara model bimbingan dan konseling perkembangan dan
keseluruhan program pendidikan di sekolah yang bertujuan mengembangkan aspek
intelektual, dan berbagai keterampilan hidup diharapkan akan memberi pengaruh
terhadap pembentukan kompetensi peserta didik yang lebih utuh. Integrasi
semacam ini membutuhkan kesamaan visi lembaga pendidikan dan semua komponen
yang terlibat dalam proses pendidikan, sehingga proses pendidikan (bimbingan dan konseling sebagai upaya pedagogis) yang
kolaboratif dapat diciptakan.
Supriatna
(2011:30) menjelaskan bimbingan dan konseling perkembangan adalah pemberian
bantuan kepada peserta didik yang dirancang dengan memfokuskan pada kebutuhan,
kekuatan, minat, dan isu-isu yang berkaitan dengan tahapan perkembangan peserta
didik dan merupakan bagian dan integral dari keseluruhan program pendidikan.
Bimbingan perkembangan mengutamakan pertumbuhan aspek positif dari setiap
individu, ketimbang menekankan pada orientasi krisis. Model ini melibatkan guru
kelas, dan kepala sekolah, serta melibatkan orang tua dalam kerja sama yang
merupakan suatu tim bimbingan. Model bimbingan dan konseling perkembangan
memungkinkan guru pembimbing (konselor) untuk memfokuskan tidak sekedar
terhadap gangguan emosional peserta didik, melainkan lebih mengupayakan
pencapaian tujuan dalam kaitan penguasaan tugas-tugas perkembangan,
menjembatani tugas-tugas yang muncul pada saat tertentu, dan meningkatkan
sumber daya serta kompetensi dalam memberikan bantuan terhadap perkembangan
peserta didik secara optimal. Isi program bimbingan dan konseling perkembangan
dilaksanakan melalui komponen layanan dasar bimbingan, layanan responsif,
layanan perencanaan individual, dan
pendukung sistem.
Menurut
Gysbers dan Henderson (2006) program bimbingan dan konseling perkembangan
seyogyanya terintegrasi dengan kurikulum
yang mendukung misi sekolah dan pemerintah, dan melengkapi
program-program akademik yang ada, selain itu menyediakan berbagai layanan
konseling, referal, konsultasi, informasi, dan penilaian. Konselor sekolah yang
menggunakan program bimbingan dan konseling komprehensif agar lebih efektif
seyogyanya diberikan melalui pendekatan tim (sistem). Konselor dalam melakukan
tugasnya berkonsultasi dan kolaborasi dengan staf sekolah, orang tua dan
masyarakat. Program bimbingan dan
konseling komprehensif dilaksanakan secara teratur, sistematis, menyediakan
kesempatan bagi siswa untuk mencapai kompetensi yang terfokus pada pertumbuhan
dan perkembangannya (Gysbers dan Henderson, 2006). Program bimbingan dan
konseling di sekolah akan efektif apabila direncanakan, berurutan, kurikulum
yang fleksibel melengkapi kurikulum akademis dan menekankan keterampilan hidup
dan membekali peserta didik untuk sukses disekolah dan sukses dimasa dewasa
(Myrick, 1997).
Berdasarkan
pemaparan beberapa ahli, bimbingan dan konseling perkembangan merupakan layanan
yang proaktif, preventif, dan ditunjukkan untuk membantu semua siswa dalam
memperoleh pengetahuan, keterampilan, kesadaran diri, dan sikap yang diperlukan
untuk mencapai perkembangan yang normal. Program bimbingan dan konseling perkenmbangan
selayaknya menyediakan berbagai layanan konseling sekolah, menawarkan kepada
siswa dalam memberi kesempatan untuk belajar keterampilan, pengetahuan dan
sikap yang diperlukan untuk perkembangan kesehatan mental, mewujudkan visi misi
sekolah, pelengkap program sekolah, dan melibatkan seluruh staf sekolah, orang
tua, dan anggota masyarakat (pendekatan sistem). Bimbingan dan konseling
komprehensif di sekolah merupakan hal yang pokok dalam meningkatkan kemampuan
semua siswa dalam pendidikan yang terintegrasi dengan program pendidikan secara
keseluruhan. Fokus utamanya yaitu membantu kemajuan belajar siswa melalui
aktivitas yang terorganisasi dan mendapat dukungan dari semua pihak di sekolah,
guru, tenaga administrasi, siswa dan orang tua.
Bimbingan
dan konseling perkembangan (karena menggarap semua aspek kehidupan peserta
didik) merupakan kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang didasari fungsi
perkembangan dengan prinsip antara lain: dibutuhkan oleh semua peserta didik,
fokus pada kegiatan belajar peserta didik, konselor dan guru merupakan
fungsionaris yang bekerja sama, berorientasi tim, dan pelayanan konselor
profesional, serta memiliki dasar dalam psikologi perkembangan.
Tujuan
bimbingan dan konseling perkembangan yakni dapat mengenal dan memahami potensi,
kekuatan dan tugas-tugas perkembangannya, mengenal dan memahami potensi atau
peluang yang ada dilingkungannya, mengenal dan menentukan tujuan dan rencana
hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, memahami dan mengatasi
kesulitan-kesulitan sendiri, menggunakan kemampuannya untuk kepentingan
dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, menyesuaikan diri
dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya, dan mengembangkan segala
potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara tepat dan teratur secara optimal.
Model
bimbingan dan konseling perkembangan berawal daripada tahun 1992, Asosiasi
Konselor Sekolah Amerika (ASCA) megembangkan model program ini. Program
tersebut berkali-kali direvisi, terakhir pada tahun 2005, sehingga tidak
berlebihan apabila bimbingan dan konseling komprehensif (perkembangan) termasuk
model program bimbingan dan konseling baru yang memiliki karakteristik atau
orientasi yang berbeda dibandingkan dengan bimbingan dan konseling model lama
(tradisional).
Perbedaan Pendekatan Tradisional dengan Pendekatan
Komprehensif
No
|
Pendekatan Tradisional
|
Pendekatan Komprehensif
|
1
|
Ditujukan untuk segolongan kecil
peserta didik
|
Fokus pelayanan
diberikan kepada semua peserta didik
|
2
|
Berfokus pada konselor
|
Kerja sama yang
bertanggungjawab dengan sekolah
|
3
|
Konseling krisis
|
Konseling
pengembangan/preventif
|
4
|
Lebih fokus pada bimbingan informasi
|
Program bimbingan
terintegrasi dengan kurikulum, program perencanaan dan pengembangan karir,
dan manajemen program (koordinasi, konsultasi dan konseling
|
5
|
Reaktif
|
Proaktif
|
6
|
Orientasi tugas
|
Orientasi pada tujuan
|
7
|
Biasanya kurang terstruktur
|
Aktivitas
direncanakan,
|
8
|
Fokus pada menegakan kedisiplinan
|
Fokus pada evaluasi
dan perubahan didasarkan pada kebutuhan peserta didik
|
Model bimbingan dan
konseling komprehensif (perkembangan) dirangkumkan dalam bagan sebagai berikut.
Wilayah
Garapan Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Model bimbingan dan konseling komprehensif memiliki empat unsur, yaitu: (1) content
elemen, (2) organizational framework, (3) resource element, (4) development,
management, and accountability element. Elemen isi berisi kompetensi standar yang harus dikuasai oleh siswa;
elemen kerangka
kerja pengorganisasian terdiri dari
komponen struktural (definisi, asumsi, rasional) dan komponen program
(kurikulum bimbingan, perencanaan individual, layanan responsif, sistem dukungan); elemen sumberdaya (personel, finansial,
politis) dan elemen manajemen
(perencanaan, disain, implementasi, evaluasi, dan penguatan) Gysbers dan Henderson (2006).
Elemen inti (content element)
model bimbingan komprehensif didasarkan
konsep pengembangan diri melalui integrasi peran, latar, dan peristiwa dalam
kehidupan pribadi (Gysbers & Moore, 1985).
Model bimbingan ini menekankan tiga aspek pengembangan diri yaitu
pengembangan pemahaman diri dan kompetensi-kompetensi antarpribadi,
pengembangan peran-peran dalam berbagai setting dan peristiwa kehidupan,
dan pengembangan perencanaan karir
kehidupan.
Dalam mengembangkan pemahaman diri, bimbingan berfokus pada upaya membantu
siswa untuk memahami dan menerima diri serta orang lain, menyadari
karakteristik-karakteristik pribadinya yang meliputi minat-minatnya,
aspirasi-aspirasinya, serta kompetensi-kompetensinya. Dalam mengembangkan
kompetensi-kompetensi antarpribadi, bimbingan berfokus pada kegiatan belajar
hubungan interaksi antardiri dan lingkungan, membantu siswa belajar bagaimana
menciptakan dan memelihara hubungan antarpribadi serta mengembangkan standar
dan tujuan hidup. Dalam mengembangkan peran-peran dalam berbagai latar dan
peristiwa kehidupan, bimbingan berfokus pada upaya membantu siswa memahami
aspek-aspek sosiologis, psikologis, dan struktur ekonomi masyarakat yang ada di
sekitarnya; mendorong siswa untuk mengatasi prasangka; dan membantu siswa
merencanakan masa depannya. Sedangkan dalam mengembangkan perencanaan karir
kehidupan, bimbingan berfokus pada upaya membantu siswa memahami
keputusan-keputusan yang dibuatnya dan membantu merencanakan kehidupannya.
Elemen Model
Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Elemen isi berkenaan dengan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang dimiliki oleh siswa setelah berpartisipasi dalam aktivitas dan
layanan bimbingan dan konseling komprehensif. Untuk mengembangkan komponen
elemen isi ini dapat dilakukan telaah terhadap tujuan pendidikan, visi dan misi sekolah, rencana
strategis daerah. Rujukan utama untuk pengembangan elemen isi adalah kajian
terhadap perkembangan aspek pribadi, sosial, belajar dan karir sebagai dasar
penetapan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dari setiap tingkat
pendidikan.
Komponen struktural, komponen ini adalah
bagian penting kerangka pengorganisasian karena menunjukkan esensi program dan
dasar filosofi program. Komponen struktural terdiri dari definisi, asumsi, dan
rasional. Definisi merupakan titik sentral bimbingan dan konseling dalam
segenap proses pendidikan sekaligus arah
kompetensi yang akan dikuasai oleh siswa setelah terlibat dalam program
bimbingan dan komprehensif. Aspek rasional menjelaskan pentingnya program
bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari proses pendidikan dan
mendeskripsikan alasan mengapa siswa harus menguasai kompetensi tertentu.
Keefektifan implementasi program bimbingan dan konseling komprehensif
ditentukan oleh sejumlah kondisi. Asumsi merupakan pernyataan mengenai
prakondisi program terkait dengan siswa, staf dan program.
Komponen program, jika ada proposisi yang menyatakan bahwa posisi tradisional bimbingan
dan konseling sudah tidak tepat lagi, maka pertanyaannya adalah apa formulasi
yang tepat. Salah satu cara untuk menjawab pertanyaan ini adalah apa yang diharapkan
dari program BK komprehensif. Berdasarkan kajian teori, teknik, metode, dan
sumberdaya program terdiri dari empat komponen interaktif, yaitu kurikulum
bimbingan (layanan dasar), layanan responsif, layanan
perencanaan, dan sistem dukungan.
Elemen sumber daya
program,
faktor sumberdaya personel, finansial, dan kebijakan diperlukan untuk
implementasi program. Sumber daya personel meliputi konselor, staf bimbingan,
guru, kepala sekolah, orang tua, siswa, angota masyarakat, dunia usaha yang
dapat berperan dalam implementasi program. Sumber daya finansial mencakup
anggaran, peralatan, dan fasilitas yang merupakan hal krusial bagi keberhasilan
program bimbingan dan konseling komprehensif. Sumber daya politis berkaitan regulasi pemeritah pusat
dan daerah mengenai layanan bimbingan dan konseling, termasuk pedoman yang
dikeluarkan oleh ABKIN.
Elemen
pengembangan, manajemen, dan akuntabilitas
adalah
lima fase transisi yang diperlukan untuk operasional program bimbingan dan
konseling komprehensif yang mencakup perencanaan, disain, implementasi,
evaluasi dan penguatan. Termasuk ke dalam elemen ini adala berbagai tugas
manajerial yang semestinya dilaksanakan dalam setiap fase transisi sehingga
proses perubahan dapat berlangsung secara elegan dan efektif. Terakhir,
akuntabilitas program, personel, dan hasil dapat memberikan kontribusi bagi
penguatan program bimbingan dan konseling komprehensif di sekolah.
B. VISI
Visi dalam bimbingan dan konseling
komprehensif yakni sebagai berikut:
1. Visi dan misi harus tertulis dalam program
bimbingan dan konseling sekolah
2. Visi dan misi dirancang dengan tujuan bagi
perkembangan peserta didik sebagai konseli yang utama
3. Visi dan Misi dirancang bagi seluruh peserta didik
4. Mengindikasikan materi atau kompetensi yang akan
dipelajari
5. Berhubungan dengan visi, misi dan tujuan negara,
distrik dan sekolah dalam di bidang pendidikan
6. Mengindikasikan hasil jangka panjang yang
diinginkan bagi seluruh peserta didik
7. Pernyataan visi dan misi telah dipresentasikan
pada dan diterima oleh administrasi, tim konselor, dewan penasehat dan lembaga
sekolah
C. MISI
Salah
satu aspek esensial dari pembentukan suatu program konseling adalah pernyataan
misi program. Pada pengembangan program mutakhir, penentuan pernyataan misi
yang merangkum keseluruhan arah dan visi program merupakan hal yang kritis.
Karena itu, pernyataan misi harus spesifik, ringkas dan jelas sesuai program
bimbingan dan konseling bermaksud. Program bimbingan dan konseling perkembangan di sekolah menjamin bahwa semua siswa memperoleh dan memperlihatkan
kompetensi dalam bidang perkembangan akademik, perkembangan karir dan
perkembangan pribadi/sosial. Sepanjang hayatnya siswa akan: (1) Belajar bangaimana belajar, (2) Belajar bagaimana bekerja (menghasilkan), dan (3) Belajar bagaimana hidup.
D. STRUKTUR
PROGRAM
Suherman
AS (2013) terdapat tiga hal yang mendasar perlu diperhatikan dalam penyusunan
program bimbingan dan konseling perkembangan di sekolah, yaitu: (1) ruang
lingkup layanan yang menyeluruh; (2) dirancang lebih berorientasi pada pencegahan;
dan (3) tujuannya pengembangan potensi siswa.
Proses
penyusunan program bimbingan dan konseling perkembangan di sekolah dilakukan
melalui delapan tahap aktivitas, yaitu:
1. Mengkaji kebijakan dan produk hukum yang relevan
2. Menganalisis harapan dan kondisi sekolah
3. Menganalisis karakteristik dan kebutuhan siswa
4. Menganalisis program, pelaksanaan, hasil, dukungan
serta faktor-faktor penghambat program sebelumnya
5. Merumuskan tujuan program baik umum maupun khusus
6. Merumuskan alternatif komponen dan isi kegiatan
7. Menetapkan langkah-langkah kegiatan pelaksanaan
program
8. Merumuskan rencana evaluasi pelaksanaan dan
keberhasilan program.
Program
bimbingan dan konseling perkembangan memuat unsur-unsur yang terdapat dalam
berbagai ketentuan tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah
seperti : (1) visi dan misi, (2) tujuan, (3) kegiatan, (4) strategi dan teknik,
(5) pelaksana dan penanggung jawab, (6) waktu, (7) tempat, (8) biaya dan
fasilitias lainnya, dan (9) rencana evaluasi.
Struktur program bimbingan dan konseling komprehensif di sekolah itu
dibagankan sebagai berikut.
ABKIN
(2007) menjelaskan struktur pengembangan
program bimbingan dan konseling perkembangan berbasis tugas-tugas perkembangan
sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik. Dalam merumuskan
program, struktur dan isi/materi program ini bersifat fleksibel yang
disesuaikan dengan kondisi atau kebutuhan peserta didik berdasarkan hasil
penilaian kebutuhan di masing-masing Sekolah/Madrasah. Struktur program bimbingan
dan konseling perkembangan diantaranya yakni sebagai berkut:
1. Rasional
2. Visi dan misi
3. Deskripsi kebutuhan
4. Tujuan
5. Komponen program
6. Rencana operasional
7. Pengembangan tema
8. Pengembangan SKLBK
9. Evaluasi
10. Anggaran
Cobia
dan Henderson (2003:43) proses pengembangan program bimbingan dan konseling
komprehensif diantaranya: 1) discussion;
2) awareness; 3) design; 4) implementation;
dan 5) evaluation. Sedangkan Florida’s School (1987:51)
menjelaskan tahap pengembangan dan impelementasi program bimbingan dan
konseling komprehensif di sekolah diantaranya: 1) organize; 2) plan; 3) design; 4) implement; dan 5) evaluate.
Connecticut
State Department of Education (2008:6) menjelaskan standar program : struktur
dan operasi program bimbingan dan konseling komprehensif di sekolah diantaranya
sebagai berikut:
Standar Program : Struktur dan Operasi Program
Bimbingan dan Konseling Komprehensif
No
|
Elemen Program
|
Standar
|
1
|
Landasan program
|
1. Filosofi & misi
|
2. Tujuan
|
||
3. Kompetensi
|
||
4. Kebijakan & prosedur
|
||
2
|
Penyampaian/strategi komponen program
|
5. Kurikulum bimbingan
|
6. Perencanaan individual
|
||
7. Layanan responsif
|
||
8. Kolaborasi dengan komunitas di luar sekolah
|
||
3
|
Manajemen program
|
9. Manajemen program (evaluasi program, peran
konselor sekolah dalam evaluasi, supervisi kinerja konselor
sekolah,pengelolaan waktu, penasihat komite, pengembangan staf yang
profesional, standar etik/kode etik, fasilitas dan anggaran)
|
4
|
Akuntabilitas program
|
10.
Akuntabilitas program (pengambangan dan implementasi program : dampak
bagi peserta didik yang sukses)
|
Gysbers dan
Henderson (2006) menjelaskan enam
aspek yang harus diperhatikan dalam penyusunan program bimbingan dan konseling komprehensif
di sekolah sebagai berikut:
1. Pahami bahwa program
bimbingan dan konseling yang komprehensif adalah berorientasi pada perkembangan
siswa, bukan berorientasi pada pengelolaan administrasi sekolah atau berorientasi
pada sekolah;
2. Mengoperasikan program
bimbingan dan konseling yang komprehensif sebagai 100% program di mana empat
komponen program merupakan program total tanpa pengaya;
3. Mulailah program
bimbingan dan konseling yang komprehensif di hari pertama sekolah (bukan di
tengah Oktober) dan mengakhiri hari terakhir sekolah (bukan pada akhir April);
4. Pahami bahwa program
bimbingan dan konseling yang komprehensif adalah terfokus pada program;
5. Memahami bahwa sebuah program
bimbingan dan konseling komprehensif adalah berbasis pendidikan, bukan
berdasarkan agen atau klinik; dan
6. Memahami bahwa
meskipun program bimbingan dan konseling yang komprehensif menggunakan kerangka
organisasi umum, isi, kegiatan, dan alokasi waktu konselor sekolah dirancang
untuk memenuhi siswa lokal, sekolah, dan kebutuhan masyarakat dan sumber daya.
Program bimbingan dan konseling
komprehensif di sekolah menggunakan kerangka dari empat unsur yaitu : (a)
isi, (b) kerangka organisasi,
struktur, aktivitas, dan waktu; (c) sumber daya , dan (d)
pengembangan, pengelolaan dan akuntabilitas.
Comprehensive Counseling and Guidance
Program Overview
(IOWA Model)
Kerangka Kerja
|
Komponen Penyampaian Program
|
Ranah/Aspek
|
Sumber Daya
|
|
Kerangka kerja konseptual
|
1.
Kurikulum
bimbingan
2.
Perencanaan
individual
3.
Layanan
responsif
4.
Dukungan
sistem
|
1.
Perkembangan
pribadi-sosial
2.
Perkembangan
akademik
3.
Perkembangan
karir
|
Sumberdaya Manusia
|
|
1.
Pernyataan
misi
2.
Rasional
3.
Manfaat
4.
Asumsi
|
1.
Komite
sekolah
2.
Bisnis
& tenaga kerja
|
|||
|
||||
Sumberdaya Politik
|
||||
1.
Dewan
sekolah
2.
Legislatif
|
||||
Kerangka kerja Struktural
|
||||
1.
Kepengurusan
komite
2.
Penasihat
komite
3.
Pola
staff
4.
Anggaran
5.
Sumberdaya
bimbingan
6.
Fasilitas
|
||||
Sumberdaya Finansial
|
||||
1.
Dana
negara
2.
Beasiswa
|
||||
|
||||
Sumberdaya Teknologi
|
||||
1.
Peralatan
2.
Pengelolaan
sistem informasi
|
Siklus Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Sekolah Umum Texas Model
No
|
Aspek
|
Deskripsi
|
1
|
Organize
|
1. Mengorganisir
a. Komitmen dalam
tindakan
b. Mengidentifikasi kepemimpinan untuk upaya program peningkatan
|
2
|
Planning
|
2. Perencanaan
a. Mengadopsi bimbingan konseling perkembangan dan model program dan pengembangan program proses yang akan digunakan
b. Menilai program saat ini
|
3
|
Designing
|
3. Mendesain
a. Menetapkan rancangan program yang diinginkan
b. Publikasikan kerangka program
c. Rencana transisi ke program yang diinginkan
d. Mengembangkan dan menerapkan rencana induk perubahan
pelaksanaan
|
4
|
Action
|
4. Melaksanakan
a. Buatlah program perbaikan
b. melaksanakan layanan sesuai dengan
kompetensi siswa di sekolah
|
5
|
Evaluation
|
5. Mengevaluasi
a. Evaluasi program bimbingan dan konseling perkembangan |
Referensi
ABKIN. (2007). Rambu-Rambu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan
Formal. Jakarta. Depdiknas.
America School Counselor Association (ASCA). (1997). National Standards for School Counseling
Programs.
ASCA. (1997). Connecticut Comprehensive Scholl
Counseling Program (Online). Tersedia di http://www.state.et.us.
Cobia & Henderson (2003). Handbook of School
Counseling. New Jersey : Pearson Education, Inc.
Connecticut State Department of Education. (2008). Comprehensive School Counseling: A Guide to Comprehensive School Counseling Program Development. State of Connecticut State Board of Education.
Florida Department of Education. (1995). Florida’s School Counseling and Guidance Framework:
A Comprehensive Student Development Program Model.
Gysbers
& Henderson. (2006). Developing & Managing Your School Guidance and Counseling Program. (4th
ed). Alexandria USA: ACA.
Iowa
Guide Kindergarten-Community College. (2001).
The Iowa Comprehensive Counseling and Guidance Program Development
Guide. State of Iowa Department of Education. Des Moines : Grimes State Office
Building.
Muro J.J. & Kottman T. (1995). Guidance and
Counseling in Elementary and Middle School. Madison: WmC Brown Com Inc.
Myrick Robert D. (2003).
Developmental Gudance and Counseling : A Practical Aproach Menneapolis.
Educational Media Corporation.
Suherman. Uman. (2013). Manajemen Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Rizqy Press.
Supriatna, Mamat. (2011). Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi : Orientasi Dasar
Pengembangan Profesi Konselor. Edisi Revisi. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Texas Education
Agency, (1997). The Comprehensive Guidance Program for Texas Public School,
A Guide for Program Development Pre-K-12th Grade,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar