Selasa, 17 September 2019

Konsep Dasar BK Perkembangan


KONSEP BIMBINGAN DAN KONSELING PERKEMBANGAN

Oleh:
Asep Rohiman Lesmana
imanlesmana382@gmail.com

A.    DEFINISI
Sejatinya, keberadaan layanan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan di  Indonesia bukan sesuatu yang dipaksakan karena bimbingan dan konseling merupakan konsekuensi logis dari hakikat pendidikan itu sendiri. Dalam perspektif historis, eksistensi bimbingan dan konseling di Indonesia mulai dirintis pada  pertengahan tahun enam puluhan. Dalam kurun  waktu lebih dari empat puluh tahun, perkembangan bimbingan dan konseling  telah melewati beberapa periode yaitu dekade 60-an (perintisan), dekade 70-an (penataan), dekade 80-an (pemantapan), dan dekade 90-an (profesionalisasi). 
Model bimbingan dan konseling berbeda secara substansial dengan model bimbingan yang berlangsung selama ini. Perbedaan ini mencakup aspek filosofi, prinsip, tujuan, isi, strategi, dan komponen. Adopsi inovasi model bimbingan dan konseling sejatinya mengindahkan lingkungan perkembangan siswa. Dengan demikian, mengimplementasikan model bimbingan dan konseling perkembangan secara langsung tanpa memperhatikan konteks lingkungan perkembangan siswa yang riil merupakan tindakan kurang bijaksana.
Model bimbingan dan konseling  komprehensif bersifat sistemik, bukan sekedar sistematis. Model bimbingan dan konseling yang sistematik adalah pelaksanaannya sesuai dengan rencana, tertata baik sejak perencanaan, pendataan, implementasi, dan evaluasi. Sementara model bimbingan dan konseling yang sistemik adalah model bimbingan dan konseling yang dirancang untuk menjangkau berbagai pihak, mulai dari siswa sebagai individu maupun kelompok, komunitas sekolah, keluarga, komunitas, dan masyarakat. Pendekatan sistemik dalam model bimbingan dan konseling perkembangan menempatkan individu sebagai pusat sistem dan menciptakan hubungan antar subsistem yang mempengaruhi individu ke arah perkembangan positif (Erford, 2004).
Model bimbingan dan konseling perkembangan (yang sistemik) membutuhkan kebijakan pendidikan di sekolah yang integratif, yaitu adanya keselarasan antara kebijakan dalam bidang pengajaran, bimbingan, pelatihan, kegiatan ekstrakurikular, kebijakan keuangan-sarana-prasarana, personalia. Model bimbingan dan konseling perkembangan membutuhkan dukungan sekolah (dengan payung kebijakan) yang adil dan setara sehingga sekolah memberikan perhatian memadai dan setara kepada semua unsur yang penting bagi jalannya proses pendidikan. Dukungan finansial memadai, fasilitas memadai, pemberian waktu yang memadai untuk pembimbingan, pengajaran, dan kegiatan pendidikan lain di sekolah adalah bukti kebijakan pendidikan yang integratif di sebuah lembaga pendidikan.
Selain sebagai prasyarat, kebijakan pendidikan yang terintegrasi juga (dapat) merupakan dampak dari model  bimbingan dan konseling perkembangan yang terbukti kualitasnya. Kualitas model bimbingan dan konseling, hasil dan dampaknya yang positif akan melahirkan kepercayaan masyarakat sekolah (dewan guru, administrator sekolah, siswa-siswi, orang tua, komite sekolah). Kepercayaan masyarakat sekolah yang besar akan melahirkan dukungan optimal bagi model bimbingan dan konseling tersebut, sehingga model  bimbingan dan konseling menjadi semakin komprehensif.
Model bimbingan dan konseling perkembangan dirancang menjadi bagian integral dari proses pendidikan di sekolah. Integrasi antara model bimbingan dan konseling perkembangan dan keseluruhan program pendidikan di sekolah yang bertujuan mengembangkan aspek intelektual, dan berbagai keterampilan hidup diharapkan akan memberi pengaruh terhadap pembentukan kompetensi peserta didik yang lebih utuh. Integrasi semacam ini membutuhkan kesamaan visi lembaga pendidikan dan semua komponen yang terlibat dalam proses pendidikan, sehingga proses pendidikan  (bimbingan dan konseling sebagai upaya pedagogis) yang kolaboratif dapat diciptakan.
Supriatna (2011:30) menjelaskan bimbingan dan konseling perkembangan adalah pemberian bantuan kepada peserta didik yang dirancang dengan memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan, minat, dan isu-isu yang berkaitan dengan tahapan perkembangan peserta didik dan merupakan bagian dan integral dari keseluruhan program pendidikan. Bimbingan perkembangan mengutamakan pertumbuhan aspek positif dari setiap individu, ketimbang menekankan pada orientasi krisis. Model ini melibatkan guru kelas, dan kepala sekolah, serta melibatkan orang tua dalam kerja sama yang merupakan suatu tim bimbingan. Model bimbingan dan konseling perkembangan memungkinkan guru pembimbing (konselor) untuk memfokuskan tidak sekedar terhadap gangguan emosional peserta didik, melainkan lebih mengupayakan pencapaian tujuan dalam kaitan penguasaan tugas-tugas perkembangan, menjembatani tugas-tugas yang muncul pada saat tertentu, dan meningkatkan sumber daya serta kompetensi dalam memberikan bantuan terhadap perkembangan peserta didik secara optimal. Isi program bimbingan dan konseling perkembangan dilaksanakan melalui komponen layanan dasar bimbingan, layanan responsif, layanan perencanaan individual,  dan pendukung sistem.
Menurut Gysbers dan Henderson (2006) program bimbingan dan konseling perkembangan seyogyanya terintegrasi dengan kurikulum  yang mendukung misi sekolah dan pemerintah, dan melengkapi program-program akademik yang ada, selain itu menyediakan berbagai layanan konseling, referal, konsultasi, informasi, dan penilaian. Konselor sekolah yang menggunakan program bimbingan dan konseling komprehensif agar lebih efektif seyogyanya diberikan melalui pendekatan tim (sistem). Konselor dalam melakukan tugasnya berkonsultasi dan kolaborasi dengan staf sekolah, orang tua dan masyarakat. Program bimbingan dan konseling komprehensif dilaksanakan secara teratur, sistematis, menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mencapai kompetensi yang terfokus pada pertumbuhan dan perkembangannya (Gysbers dan Henderson, 2006). Program bimbingan dan konseling di sekolah akan efektif apabila direncanakan, berurutan, kurikulum yang fleksibel melengkapi kurikulum akademis dan menekankan keterampilan hidup dan membekali peserta didik untuk sukses disekolah dan sukses dimasa dewasa (Myrick, 1997).
Berdasarkan pemaparan beberapa ahli, bimbingan dan konseling perkembangan merupakan layanan yang proaktif, preventif, dan ditunjukkan untuk membantu semua siswa dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, kesadaran diri, dan sikap yang diperlukan untuk mencapai perkembangan yang normal. Program bimbingan dan konseling perkenmbangan selayaknya menyediakan berbagai layanan konseling sekolah, menawarkan kepada siswa dalam memberi kesempatan untuk belajar keterampilan, pengetahuan dan sikap yang diperlukan untuk perkembangan kesehatan mental, mewujudkan visi misi sekolah, pelengkap program sekolah, dan melibatkan seluruh staf sekolah, orang tua, dan anggota masyarakat (pendekatan sistem). Bimbingan dan konseling komprehensif di sekolah merupakan hal yang pokok dalam meningkatkan kemampuan semua siswa dalam pendidikan yang terintegrasi dengan program pendidikan secara keseluruhan. Fokus utamanya yaitu membantu kemajuan belajar siswa melalui aktivitas yang terorganisasi dan mendapat dukungan dari semua pihak di sekolah, guru, tenaga administrasi, siswa dan orang tua.
Bimbingan dan konseling perkembangan (karena menggarap semua aspek kehidupan peserta didik) merupakan kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang didasari fungsi perkembangan dengan prinsip antara lain: dibutuhkan oleh semua peserta didik, fokus pada kegiatan belajar peserta didik, konselor dan guru merupakan fungsionaris yang bekerja sama, berorientasi tim, dan pelayanan konselor profesional, serta memiliki dasar dalam psikologi perkembangan.
Tujuan bimbingan dan konseling perkembangan yakni dapat mengenal dan memahami potensi, kekuatan dan tugas-tugas perkembangannya, mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada dilingkungannya, mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri, menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya, dan mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara tepat dan teratur secara optimal.
Model bimbingan dan konseling perkembangan berawal daripada tahun 1992, Asosiasi Konselor Sekolah Amerika (ASCA) megembangkan model program ini. Program tersebut berkali-kali direvisi, terakhir pada tahun 2005, sehingga tidak berlebihan apabila bimbingan dan konseling komprehensif (perkembangan) termasuk model program bimbingan dan konseling baru yang memiliki karakteristik atau orientasi yang berbeda dibandingkan dengan bimbingan dan konseling model lama (tradisional).

Perbedaan  Pendekatan Tradisional dengan Pendekatan Komprehensif

No
Pendekatan Tradisional
Pendekatan Komprehensif
1
Ditujukan untuk segolongan kecil peserta didik
Fokus pelayanan diberikan kepada semua peserta didik
2
Berfokus pada konselor
Kerja sama yang bertanggungjawab dengan sekolah
3
Konseling krisis
Konseling pengembangan/preventif
4
Lebih fokus pada bimbingan informasi
Program bimbingan terintegrasi dengan kurikulum, program perencanaan dan pengembangan karir, dan manajemen program (koordinasi, konsultasi dan konseling
5
Reaktif
Proaktif
6
Orientasi tugas
Orientasi pada tujuan
7
Biasanya kurang terstruktur
Aktivitas direncanakan,
8
Fokus pada menegakan kedisiplinan
Fokus pada evaluasi dan perubahan didasarkan pada kebutuhan peserta didik

Model bimbingan dan konseling komprehensif (perkembangan) dirangkumkan dalam bagan sebagai berikut.





Wilayah Garapan Bimbingan dan Konseling Komprehensif


Model bimbingan dan konseling komprehensif memiliki empat unsur, yaitu: (1) content elemen, (2) organizational framework, (3) resource element, (4) development, management, and accountability element.  Elemen isi berisi kompetensi standar yang harus dikuasai oleh siswa; elemen kerangka kerja pengorganisasian  terdiri dari komponen struktural (definisi, asumsi, rasional) dan komponen program (kurikulum bimbingan, perencanaan individual, layanan responsif, sistem dukungan);  elemen sumberdaya (personel, finansial, politis) dan  elemen manajemen (perencanaan, disain, implementasi, evaluasi, dan penguatan) Gysbers dan Henderson (2006).
Elemen inti (content element) model bimbingan komprehensif didasarkan konsep pengembangan diri melalui integrasi peran, latar, dan peristiwa dalam kehidupan pribadi (Gysbers & Moore, 1985).  Model bimbingan ini menekankan tiga aspek pengembangan diri yaitu pengembangan pemahaman diri dan kompetensi-kompetensi antarpribadi, pengembangan peran-peran dalam berbagai setting dan peristiwa kehidupan, dan  pengembangan perencanaan karir kehidupan.
Dalam mengembangkan pemahaman diri, bimbingan berfokus pada upaya membantu siswa untuk memahami dan menerima diri serta orang lain, menyadari karakteristik-karakteristik pribadinya yang meliputi minat-minatnya, aspirasi-aspirasinya, serta kompetensi-kompetensinya. Dalam mengembangkan kompetensi-kompetensi antarpribadi, bimbingan berfokus pada kegiatan belajar hubungan interaksi antardiri dan lingkungan, membantu siswa belajar bagaimana menciptakan dan memelihara hubungan antarpribadi serta mengembangkan standar dan tujuan hidup. Dalam mengembangkan peran-peran dalam berbagai latar dan peristiwa kehidupan, bimbingan berfokus pada upaya membantu siswa memahami aspek-aspek sosiologis, psikologis, dan struktur ekonomi masyarakat yang ada di sekitarnya; mendorong siswa untuk mengatasi prasangka; dan membantu siswa merencanakan masa depannya. Sedangkan dalam mengembangkan perencanaan karir kehidupan, bimbingan berfokus pada upaya membantu siswa memahami keputusan-keputusan yang dibuatnya dan membantu merencanakan kehidupannya.

Elemen Model Bimbingan dan Konseling Komprehensif



            Elemen isi  berkenaan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki oleh siswa setelah berpartisipasi dalam aktivitas dan layanan bimbingan dan konseling komprehensif. Untuk mengembangkan komponen elemen isi ini dapat dilakukan telaah terhadap tujuan  pendidikan, visi dan misi sekolah, rencana strategis daerah. Rujukan utama untuk pengembangan elemen isi adalah kajian terhadap perkembangan aspek pribadi, sosial, belajar dan karir sebagai dasar penetapan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dari setiap tingkat pendidikan.
            Komponen struktural, komponen ini adalah bagian penting kerangka pengorganisasian karena menunjukkan esensi program dan dasar filosofi program. Komponen struktural terdiri dari definisi, asumsi, dan rasional. Definisi merupakan titik sentral bimbingan dan konseling dalam segenap proses pendidikan sekaligus arah  kompetensi yang akan dikuasai oleh siswa setelah terlibat dalam program bimbingan dan komprehensif. Aspek rasional menjelaskan pentingnya program bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari proses pendidikan dan mendeskripsikan alasan mengapa siswa harus menguasai kompetensi tertentu. Keefektifan implementasi program bimbingan dan konseling komprehensif ditentukan oleh sejumlah kondisi. Asumsi merupakan pernyataan mengenai prakondisi program terkait dengan siswa, staf dan program.
Komponen program, jika ada proposisi yang menyatakan bahwa posisi tradisional bimbingan dan konseling sudah tidak tepat lagi, maka pertanyaannya adalah apa formulasi yang tepat. Salah satu cara untuk menjawab pertanyaan ini adalah apa yang diharapkan dari program BK komprehensif. Berdasarkan kajian teori, teknik, metode, dan sumberdaya program terdiri dari empat komponen interaktif, yaitu kurikulum bimbingan (layanan dasar), layanan responsif, layanan perencanaan, dan sistem dukungan.
Elemen sumber daya program,  faktor sumberdaya personel, finansial, dan kebijakan diperlukan untuk implementasi program. Sumber daya personel meliputi konselor, staf bimbingan, guru, kepala sekolah, orang tua, siswa, angota masyarakat, dunia usaha yang dapat berperan dalam implementasi program. Sumber daya finansial mencakup anggaran, peralatan, dan fasilitas yang merupakan hal krusial bagi keberhasilan program bimbingan dan konseling komprehensif. Sumber daya politis berkaitan regulasi pemeritah pusat dan daerah mengenai layanan bimbingan dan konseling, termasuk pedoman yang dikeluarkan oleh ABKIN.
Elemen pengembangan, manajemen, dan akuntabilitas  adalah lima fase transisi yang diperlukan untuk operasional program bimbingan dan konseling komprehensif yang mencakup perencanaan, disain, implementasi, evaluasi dan penguatan. Termasuk ke dalam elemen ini adala berbagai tugas manajerial yang semestinya dilaksanakan dalam setiap fase transisi sehingga proses perubahan dapat berlangsung secara elegan dan efektif. Terakhir, akuntabilitas program, personel, dan hasil dapat memberikan kontribusi bagi penguatan program bimbingan dan konseling komprehensif di sekolah.


B.     VISI
Visi dalam bimbingan dan konseling komprehensif yakni sebagai berikut:
1.      Visi dan misi harus tertulis dalam program bimbingan dan konseling sekolah
2.      Visi dan misi dirancang dengan tujuan bagi perkembangan peserta didik sebagai konseli yang utama
3.      Visi dan Misi dirancang bagi seluruh peserta didik
4.      Mengindikasikan materi atau kompetensi yang akan dipelajari
5.      Berhubungan dengan visi, misi dan tujuan negara, distrik dan sekolah dalam di bidang pendidikan
6.      Mengindikasikan hasil jangka panjang yang diinginkan bagi seluruh peserta didik
7.      Pernyataan visi dan misi telah dipresentasikan pada dan diterima oleh administrasi, tim konselor, dewan penasehat dan lembaga sekolah


C.    MISI
Salah satu aspek esensial dari pembentukan suatu program konseling adalah pernyataan misi program. Pada pengembangan program mutakhir, penentuan pernyataan misi yang merangkum keseluruhan arah dan visi program merupakan hal yang kritis. Karena itu, pernyataan misi harus spesifik, ringkas dan jelas sesuai program bimbingan dan konseling bermaksud. Program bimbingan dan konseling perkembangan di sekolah menjamin bahwa semua siswa memperoleh dan memperlihatkan kompetensi dalam bidang perkembangan akademik, perkembangan karir dan perkembangan pribadi/sosial. Sepanjang hayatnya siswa akan: (1) Belajar bangaimana belajar, (2) Belajar bagaimana bekerja (menghasilkan), dan (3) Belajar bagaimana hidup.


D.    STRUKTUR PROGRAM

Suherman AS (2013) terdapat tiga hal yang mendasar perlu diperhatikan dalam penyusunan program bimbingan dan konseling perkembangan di sekolah, yaitu: (1) ruang lingkup layanan yang menyeluruh; (2) dirancang lebih berorientasi pada pencegahan; dan (3) tujuannya pengembangan potensi siswa.
Proses penyusunan program bimbingan dan konseling perkembangan di sekolah dilakukan melalui delapan tahap aktivitas, yaitu:
1.      Mengkaji kebijakan dan produk hukum yang relevan
2.      Menganalisis harapan dan kondisi sekolah
3.      Menganalisis karakteristik dan kebutuhan siswa
4.      Menganalisis program, pelaksanaan, hasil, dukungan serta faktor-faktor penghambat program sebelumnya
5.      Merumuskan tujuan program baik umum maupun khusus
6.      Merumuskan alternatif komponen dan isi kegiatan
7.      Menetapkan langkah-langkah kegiatan pelaksanaan program
8.      Merumuskan rencana evaluasi pelaksanaan dan keberhasilan program.
Program bimbingan dan konseling perkembangan memuat unsur-unsur yang terdapat dalam berbagai ketentuan tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah seperti : (1) visi dan misi, (2) tujuan, (3) kegiatan, (4) strategi dan teknik, (5) pelaksana dan penanggung jawab, (6) waktu, (7) tempat, (8) biaya dan fasilitias lainnya, dan (9) rencana evaluasi.
Struktur program bimbingan dan konseling komprehensif di sekolah itu dibagankan sebagai berikut.


ABKIN (2007) menjelaskan struktur pengembangan program bimbingan dan konseling perkembangan berbasis tugas-tugas perkembangan sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik. Dalam merumuskan program, struktur dan isi/materi program ini bersifat fleksibel yang disesuaikan dengan kondisi atau kebutuhan peserta didik berdasarkan hasil penilaian kebutuhan di masing-masing Sekolah/Madrasah. Struktur program bimbingan dan konseling perkembangan diantaranya yakni sebagai berkut:
1.      Rasional
2.      Visi dan misi
3.      Deskripsi kebutuhan
4.      Tujuan
5.      Komponen program
6.      Rencana operasional
7.      Pengembangan tema
8.      Pengembangan SKLBK
9.      Evaluasi
10.  Anggaran

Cobia dan Henderson (2003:43) proses pengembangan program bimbingan dan konseling komprehensif diantaranya: 1) discussion; 2) awareness; 3) design; 4) implementation; dan 5) evaluation.  Sedangkan Florida’s School (1987:51) menjelaskan tahap pengembangan dan impelementasi program bimbingan dan konseling komprehensif di sekolah diantaranya: 1) organize; 2) plan; 3) design; 4) implement; dan 5) evaluate.
Connecticut State Department of Education (2008:6) menjelaskan standar program : struktur dan operasi program bimbingan dan konseling komprehensif di sekolah diantaranya sebagai berikut:


Standar Program : Struktur dan Operasi Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif

No
Elemen Program
Standar
1
Landasan program
1. Filosofi & misi
2. Tujuan
3. Kompetensi
4. Kebijakan & prosedur
2
Penyampaian/strategi komponen program
5. Kurikulum bimbingan
6. Perencanaan individual
7. Layanan responsif
8. Kolaborasi dengan komunitas di luar sekolah
3
Manajemen program
9. Manajemen program (evaluasi program, peran konselor sekolah dalam evaluasi, supervisi kinerja konselor sekolah,pengelolaan waktu, penasihat komite, pengembangan staf yang profesional, standar etik/kode etik, fasilitas dan anggaran)
4
Akuntabilitas program
10.  Akuntabilitas program (pengambangan dan implementasi program : dampak bagi peserta didik yang sukses)


Gysbers dan Henderson (2006) menjelaskan enam aspek yang harus diperhatikan dalam penyusunan program bimbingan dan konseling komprehensif di sekolah sebagai berikut:
1.      Pahami bahwa program bimbingan dan konseling yang komprehensif adalah berorientasi pada perkembangan siswa, bukan berorientasi pada pengelolaan administrasi sekolah atau berorientasi pada sekolah;
2.      Mengoperasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif sebagai 100% program di mana empat komponen program merupakan program total tanpa pengaya;
3.      Mulailah program bimbingan dan konseling yang komprehensif di hari pertama sekolah (bukan di tengah Oktober) dan mengakhiri hari terakhir sekolah (bukan pada akhir April);
4.      Pahami bahwa program bimbingan dan konseling yang komprehensif adalah terfokus pada program;
5.      Memahami bahwa sebuah program bimbingan dan konseling komprehensif adalah berbasis pendidikan, bukan berdasarkan  agen atau klinik; dan
6.      Memahami bahwa meskipun program bimbingan dan konseling yang komprehensif menggunakan kerangka organisasi umum, isi, kegiatan, dan alokasi waktu konselor sekolah dirancang untuk memenuhi siswa lokal, sekolah, dan kebutuhan masyarakat dan sumber daya.
                 Program bimbingan dan konseling komprehensif di sekolah menggunakan kerangka dari empat unsur yaitu : (a) isi, (b) kerangka organisasi, struktur, aktivitas, dan waktu; (c) sumber daya , dan (d) pengembangan, pengelolaan dan akuntabilitas.

Comprehensive Counseling and Guidance Program Overview
(IOWA Model)

Kerangka Kerja
Komponen Penyampaian Program
Ranah/Aspek
Sumber Daya

Kerangka kerja konseptual
1.      Kurikulum bimbingan
2.      Perencanaan individual
3.      Layanan responsif
4.      Dukungan sistem
1.      Perkembangan pribadi-sosial
2.      Perkembangan akademik
3.      Perkembangan karir
Sumberdaya Manusia

1.      Pernyataan misi
2.      Rasional
3.      Manfaat
4.      Asumsi
1.      Komite sekolah
2.      Bisnis & tenaga kerja


Sumberdaya Politik

1.       Dewan sekolah
2.       Legislatif
Kerangka kerja Struktural

1.      Kepengurusan komite
2.      Penasihat komite
3.      Pola staff
4.      Anggaran
5.      Sumberdaya bimbingan
6.      Fasilitas
Sumberdaya Finansial

1.      Dana negara
2.      Beasiswa


Sumberdaya Teknologi

1.      Peralatan
2.      Pengelolaan sistem informasi


Siklus  Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif Sekolah Umum Texas Model

No
Aspek
Deskripsi
1
Organize
1. Mengorganisir
a. Komitmen dalam tindakan
b. Mengidentifikasi kepemimpinan untuk upaya program peningkatan
2
Planning
2. Perencanaan
a. Mengadopsi bimbingan konseling perkembangan dan model program dan pengembangan program proses yang akan digunakan
b. Menilai program saat ini
3
Designing
3. Mendesain
a. Menetapkan rancangan program yang diinginkan
b. Publikasikan kerangka program
c. Rencana transisi ke program yang diinginkan
d. Mengembangkan dan menerapkan rencana induk perubahan pelaksanaan 
4
Action
4. Melaksanakan
a. Buatlah program perbaikan
b. melaksanakan layanan  sesuai dengan kompetensi siswa di sekolah
5
Evaluation
5. Mengevaluasi
a. Evaluasi program bimbingan dan
konseling perkembangan


Referensi


ABKIN. (2007). Rambu-Rambu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta. Depdiknas.

America School Counselor Association (ASCA). (1997). National Standards for School Counseling Programs.

ASCA. (1997). Connecticut Comprehensive Scholl Counseling Program (Online). Tersedia di http://www.state.et.us.

Cobia & Henderson (2003). Handbook of School Counseling. New Jersey : Pearson Education, Inc.

Connecticut State Department of Education. (2008). Comprehensive School Counseling: A Guide to Comprehensive School Counseling Program Development. State of Connecticut State Board of Education. 

Florida Department of Education. (1995). Florida’s School Counseling and Guidance Framework: A Comprehensive Student Development Program Model.

Gysbers & Henderson. (2006). Developing & Managing Your School Guidance and Counseling Program. (4th ed). Alexandria USA: ACA.

Iowa Guide Kindergarten-Community College. (2001).  The Iowa Comprehensive Counseling and Guidance Program Development Guide. State of Iowa Department of Education. Des Moines : Grimes State Office Building.

Muro J.J. & Kottman T. (1995). Guidance and Counseling in Elementary and Middle School. Madison: WmC Brown Com Inc.

Myrick Robert D. (2003). Developmental Gudance and Counseling : A Practical Aproach Menneapolis. Educational Media Corporation.

Suherman. Uman. (2013).  Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rizqy Press.

Supriatna, Mamat. (2011). Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi : Orientasi Dasar Pengembangan Profesi Konselor. Edisi Revisi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Texas Education Agency, (1997). The Comprehensive Guidance Program for Texas Public School, A Guide for Program Development Pre-K-12th Grade,



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penguatan Integrasi Pendidikan

PENGUATAN INTEGRASI PENDIDIKAN DALAM ERA DISUPSI Oleh :  Asep Rohiman Lesmana, M.Pd. Pendidikan merupakan suatu entitas yang s...