Pendekatan Konseling Karir Komprehensif
Oleh :
Iman Lesmana
Sebelum membahas konseling karir komprehensif ini, pada
pembahasan sebelumnya telah dikemukakan tentang pendekatan-pendekatan utama
dalam konseling karir serta kritiknya masing-masing. Sebagai dasar sebelum
masuk ke pemahaman konseling karir komprehensif, Tabel dibawah ini menggambarkan perbandingan-perbandingan singkat dari
kelima pendekatan konseling karir .
Tabel
Model Konseling
Karir Komprehensif
Pendekatan
|
Diagnosis
|
Proses
|
Hasil
|
Trait
and Factor
|
Perbedaan treatment
bersumber dari sikap yang salah pada diri klien
|
Melibatkan banyak konselor dalam pengumpulan dan interpretasi data
klien; konseli hanya membantu dalam
menentukan treatment atau konseling untuk menghasilkan penyesuaian yang diinginkan dan proses
tindak lanjut
|
§ Tujuan jangka pendek : untuk memecahkan masalah konseli
yang ada pada saat ini
§ Tujuan jangka panjang : Untuk menolong konseli agar
lebih mengerti dan dapat mengatur sifat-sifat dan tanggung jawabnya, sehingga
konseli dapat memecahkan masalahnya dimasa yang akan datang.
|
Client Centered
|
Rogers dan Peterson menganggap diagnosis disebabkan gangguan hubungan
yang ada antara konselor dan klien; Sehingga mereka memutuskan tentang ada
tidaknya masalah peakerjaan dari klien
|
Patterson melihat proses seperti kata Rogers mencakup tingkat tertinggi
pada penyesuaian individu secara
Psikoterapi.Tingkat penyesuaian dari seorang konseli yang mengikuti
psikoterapi terhadap suatu karir ditentukan sebelum konseling dimulai, yaitu
ketika konseli mampu menemukan siapa dirinya dan apa yang sebenarnya
dibutuhkan.
|
Tujuan untuk memfasilitasi dalam mengklarifikasi dan mengimplementasikan
konsep diri dalam peranan vokasional yang cocok pada diri konseli dan
menghubungkan hasi psikoterapi secara keseluruhan dan menghasilkan individu
yang terkendali , dan dapat menerima dan merubah gambaran diri dengan
kenyataan yang ada dan peran yang harus dimainkan dalam dunia kerja.
|
Psikodinamik
|
Bordin menetapkan bahwa diagnosis harus dari dasar untuk memilih treatment,
ia juga menginginkan konstruk yang didasari secara psikologis (seperti pilihan treatment
untuk kasus kecemasan, pertahanan, konflik diri) untuk digunakan dalam diagnosis.
|
1.
Tahap eksplorasi
dan pembuatan langkah kerja
2.
Keputusan kritis
yang konseli putuskan dari segi penyesuaian diri dan tidak hanya mengejar kariernya saja
3.
Bekerja untuk
berubah. Pada tahap ini yang ditingkatkan pemahaman diri kien sebagai tujuan
utama dalam konseling
|
1.
Membantu konseli
dalam membuat keputusan karier
2.
Lebih luas lagi
menyebabakan perubahan positif dalam diri klien.
|
Developmental
|
Super lebih menggunakan kata “appraisal” daripada kata diagnosis.
Super menggambarkan tiga tipe yang berfokus pada potensi masalah konseli,
yaitu :
1.
Penilaian masalah
2.
Penilaian Pribadi
3.
Penilaian
Prognostik
Dengan catatan: konseli harus aktif dalam proses penilaian tersebut.
|
Sasaran jangka pendek adalah membantu konseli untuk mengembangkan
kariernya, sedangkan Super menyebutkan
sasaran yang lebih luas membantu konseli menyesuaikan dirinya.
|
Kemajuan dari proses perkembangan karir dimulai dari orientasi dan
kesiapan konseli untuk memilih karir sampai pembuatan keputusan san pengujian
realitas;
Konselor memulai konseling pada tahap kemajuan yang dicapai oleh klien.
|
Behavioral
|
Godstain dalam pendekatan behavioral teoritisnya menghubungkan
peran sentral kecemasan dengan masalah pilihan karir dalam proses diagnosis.
Krumboltz dan Thorensen lebih berfokus pada analisis perilaku
identifikasi masalah dalam menspesifikasikan tujuan konseling; pada
pendekatan behavioral pragmatis ini
mereka memusatkan perhatian pada kecemasan atau diagnosis.
|
Menurut Godstain,
proses diselingi dengan etiologi permasalahan konseli, yaitu kecemasan
yang mendahului proses konseling yang memerlukan counterconditioning
dan pembelajaran instrumental, sementara kecemasan berikutnya diperlukan pada
proses konseling selanjutnya.
|
Hasil dari pendekatan teori Behavioral Godstain adalah :
1.
Penghilangan
kecemasan pendahulu dan kecemasan yang muncul kemudian.
2.
Pemerolehan
keterampilan dalam pembuatan keputusan.
Hasil dari pendekatan behavioral pragmatis Krumboltz dan Thorensen adalah
: pemerolehan keterampilan mengubah perilaku salah suai, belajar proses
pembuatan keputusan dan mencegah timbulnya masalah.
|
METODE
|
Teknik Wawancara
|
Interpretasi Tes
|
Informasi Pekerjaan
|
Trait
and Factor
|
Mencakup metode yang berupa: Establishing rapport (menumbuhkan
hubungan baik antara konselor dengan klien, Cultivating self understanding
(upaya pemahaman diri klien), advising or planning a program of action
(pemberian advis atau merencanakan sebuah program tindakan, carrying out
the plan (membuat perencanaa tindakan nyata), dan referral.
|
Melibatkan konselor yang berwenang membuat interpretasi pada hasli tes,
dan menggambarkan kesimpulan dan merekomendasikan dari tes untuk pertimbangan
klien.
|
Konselor memberikan informasi hendaknya mencakup tiga fungsi yaitu :
fungsi informational, readjustive, dan motivational.
|
Client Centered
|
Konselor merespon lebih dulu, menerima, menerangkan, dan menyatakan
dengan maksud untuk mencapai pemahaman diri, konselor memusatkan pada
refleksi perasaan semata-mata dengan menggantikan teknik menerangkan
tujuannya agar konseli memperoleh gambaran, dan konselor dapat lebih efektif
dalam wawancara sesuai dengan kebutuhan.
|
Konselor menjadikan tes sebagai alat utama yang digunakan untuk
mengidentifikasi konseli dan apa yang diinginkan, digunakan jika betul-betul
dibutuhkan dan diminta oleh klien. Super menyebut
nya “uji kecermatan”
|
Diperkenalkan ketika konseli mmebutuhkan; konselor harus memastikan bahwa informasi memiliki
arti pribadi bagi klien, serta dipahami dan diteliti melalui konteks
kebutuhan dan nilai dan kenyataan secara objektif.
|
Psychodynamic
|
Ada tiga kategori respons interpretatif konselor yang dapat digunakan
dalam konseling (menurut Bordin) yaitu: 1) clarification yaitu
dimaksudkan untuk melakukan wawancara dan verbalisasi bahan-bahan yang sesuai
dengan permasalahan, 2) comparison,
yaitu membandingkan untuk memperlihatkan persamaan dan perbedaan secara
tajam, 3) interpretation
of wish defence system, interpretasi pada system “harapan yang
diinginkan, menunjukkan gabungan praktis pendekatan psikodinamik, trait
and factor dan client centered.
|
Tiga tujuan utama menurut Bordin, yaitu:
1) bahwa konseli menjadi partisipan yang aktif dalam memilih dan
menentukan jenis tes yang akan dilakukan;
2) bahwa te3s memberikan informasi diagnostikbagi konselor untuk
mendorong eksplorasi diri klien; 3) bahwa secara verbal konselor memberikan
interpretasi tes, sebagai mana yang dibutuhkan (bandingkan dengan pendekatan trait
and factor yang menggunakan keseluruhan penafsiran tes).
|
Informasi berdasarkan atas analisis kebutuhan mengenai
kewajiban-kewajiban dan tugas-tugas pekerjaan, mirip dengan pendekatan trait
and factor dalam menyesuaikan individu dengan pekerjaan, tapi berbeda
dalam variabel kebutuhan kepribadian dan kondisi kerja yang memuaskan,
daripada karakteristik statis individu dan pekerjaan.
|
Developmental
|
Menurut Super yang berhubungan dengan perubahan pendekatan dalam merespon
secara langsung isi pernyataan oleh konseli dan yang secara tidak langsung
untuk mengekspresikan perasaan.
|
Informasi yang tepat dalam menggambarkan contoh karir dalam membedakan
jabatan, menurut Super ada enam pola yang menggambarkan pola karir yang
dibutuhkan untuk pendekatan ini.
|
Tujuannya untuk memaksimalkan nilai tes dalam membuat keputusan dengan
mengadministrasikannya secara berbeda, dengan melibatkan konseli dalam setiap
fase proses; menampilkan uji kecermatan dibandingkan dengan uji kejenuhan
seperti pada pendekatan trait and factor.
|
Behavioral
|
Goodstein mengajukan teknik psikoterapi untuk mengurangi kecemasan. Ia
sependapat dengan Krumboltz dan Thoresen dalam pandangan pragmatisnya merekan
berpendapat bahwa konselor seharusnya menguatkan keinginan konseli, mendorong
terjadinya proses sosial model, dan mengajarkan pembelajaran berbeda dalam
memperoleh kemahiran membuat keputusan.
|
Penggunakan tes dalam setiap teori atau pandangan secara pragmatik,
hampir diabaikan sejak mereka mengukur perbedaan individual dalam hal
perilaku, dibanding mencerminkan interaksi antara individu dan lingkungan.
Yang menjadi perhatian utama konselor behavioral yaitu mengumpulkan
data perilaku individu.
|
Konselor behavioral telah mengembangkan beragam jenis yang berguna
dalam menumbuhkan semangat eksplorasi karir dan membuat keputusan daripada
membuat informasi yang sederhana.
|
Dalam Tabel di atas, secara garis digambarkan lima pendekatan
konseling karir yang dihubungkan dengan komponen-komponen model dan metode
konseling karir. Model pendekatan konseling karir menunjuk kepada kerangka
teoretis. Itu mencakup atas tiga fase kronologis pokok dalam setiap pertemuan
konseling karir (tanpa memperhatikan jangka waktu) sebagai berikut : pertama,
selama diagnosis masalah konseli pada tiap tipe-tipenya, kedua, ketika
proses intervensi terhadap konseli dilaksanakan, ketiga, ketika hasil
dari proses dibahas dan dievaluasi oleh konseli dan konselor.
Berbeda dengan model, metode-metode lebih bersifat
pragmatis daripada teoretis. Orientasi dari metode adalah menterjemahkan model
ke wujud yang lebih operasional. Metode mencakup antara lain teknik-teknik
wawancara, prosedur interpretasi tes dan penggunaan informasi pekerjaan. Secara
bersama-sama, model dan metode tersebut mendefinisikan wujud konseling karirnya
masing-masing sesuai dengan pendekatan-pendekatan yang sudah ada. Skema metode
dan model pendekatan itu dapat memadukan pendekatan-pendekatan yang ada ke
dalam sebuah pendekatan konseling karir komprehensif yang akan lebih maksimal
dalam proses dan hasil dari konseling karir.
Tidak ada satu model dan metode pun dari pendekatan-pendekatan utama itu yang
dominan dalam membentuk pendekatan konseling karir komprehensif. Masing-masing
pendekatan mempunyai kontribusi terhadap pendekatan konseling karir
komprehensif. Sintesis dari pendekatan-pendekatan itu diharapkan bukan hanya
penempelan bagian-bagian dari pendekatan konseling karir utama yang ada secara
serampangan. Tujuan dari perpaduan pendekatan ini adalah mewujudkan pendekatan
konseling karir komprehensif yang
benar-benar berdasar atas hubungan-hubungan rasional antar-elemen dari
pendekatan-pendekatan utama itu dan sesuai dengan konteks interaksi antar
konseli dan konselor. Garis besar pendekatan konseling karir komprehensif
terbagi kepada tiga bagian yaitu pertama, bagian model atau teori, kedua,
metode-metode atau teknik dan ketiga, penyimpulan pokok atau studi kasus yang
menggambarkan konsep-konsep dan prosedur pokok dengan perhitungan dan analisis
kasus konseling karir.
1.
Model
Dalam merumuskan model konseling karir komprehensif,
konsep dan prinsip-prinsip pokok yang digunakan tidak hanya bersumber dari
pendekatan konseling karir utama tetapi juga bersumber dari sistem umum
konseling dan psikoterapi (Ford & Urban, 1963; Corsini; 1973). Di samping
itu, model ini merupakan perwujudan dari pengalaman yang diambil dari berbagai
sesi presentasi dan pengawasan konferensi kasus yang membuktikan karakteristik
bentuknya. Maka dari itu, konsep diagnosis, proses-proses, dan hasil yang dihasilkan
dibentuk dari pengalaman dibuat selogis tujuan yang ada untuk memadukan antara
aspek teoritis dan pragmatis yang penuh makna.
a.
Diagnosis
Isu utama dalam
mensintesiskan berbagai aspek dari model konseling karir komprehensif adalah
mengenai perlu tidaknya pemakaian diagnosis dalam proses konseling. Pada
dasarnya, semua pendekatan kecuali client centered menyatakan perlunya
diagnosis dalam proses konseling; client centered pun sebenarnya tidak
konsisten mengenai perlu tidaknya diagnosis dalam proses konseling ini.
Dari pendekatan trait and factor diperoleh konsep
yang baik dalam diagnosis sebagai klasifikasi differensial yang sesuai untuk
konseli dari ciri karakteristik permasalahan karir.
Beberapa sistem yang digunakan dalam diagnosis
differensial masalah-masalah pekerjaan sudah pernah dikembangkan, tapi sistem
tersebut ditemukan ketidakhandalan para konselor dalam menggunakannya.
Diagnosis differensial mengacu pada
pertanyaan-pertanyaan; apa sebenarnya masalah konseli dalam memutuskan
karirnya? Diagnosis dinamik memunculkan pertanyaan; mengapa konseli mempunyai
masalah? Jawaban untuk ini telah diformulasikan lebih luas dalam pendekatan
konseling karir psikodinamik.
Sintesis. Ketika konseli memerlukan konseling karir komprehensif, pertanyaan yang
muncul adalah 1) apa sebenarnya masalah konseli? dan 2) mengapa konseli sampai
mengalami masalah itu? Jika disepakati bahwa diagnosis diperlukan dalam
konseling komprehensif, proses diagnosis yang dilakukan adalah 1) diagnosis
differensial yang bersumber dari teori konseling karir trait and factor; 2)
diagnosis dinamik dilakukan untuk mengetahui asal-usul; kemunculan
permasalahan; 3) menggunakan Career Maturity Inventory untuk mengetahui
hubungan sikap dan kompetensi karir seseorang.
b.
Proses
Pendekatan client centered dimulai dengan
eksplorasi diri (self exploration) dari kesulitan dalam pembuatan
keputusan karir, pendalaman lanjutan atau owning dari masalah ini.
Konseling karir psikodinamik, terdiri dari tiga tahapan:
eksplorasi dan kontrak tata cara, keputusan kritis, dan bekerja untuk
perubahan.
Dalam pendekatan perkembangan, terdapat banyak kesamaan
tahapan yang jelas terlihat, proses dimulai dengan orientasi untuk dan kesiapan
dari pembuatan keputusan, kemajuan dari eksplorasi diri dan pekerjaan, dan
pencapaian dalam perencanaan untuk masa depan. Konseling karir behavioral, baik
teoretis maupun pragmatis, mengikuti banyak kesamaan tiga tahapan dari
identifikasi masalah, intervensi (sebagai contoh, counterconditioning, modeling),
dan generalisasi.
Persiapan untuk tahap pertama proses konseling karir
adalah diagnosis, tahap pertengahan dari proses konseling karir mempergunakan
waktu untuk mengklarifikasi dan menspesifikasikan masalah. Proses dari
konseling karir mencapai puncaknya dalam tahapan bahwa dia bisa menggolongkan
pemecahan masalah secara mudah.
c.
Hasil
Hasil yang diharapkan dari konseling karir adalah
sebagian besar dipengaruhi oleh diagnosis masalah karir konseli, differensial,
dinamika, dan diagnosis keputusan. Diharapkan campur tangan konseling karir dan
keputusan kerja sama antara konselor dan konseli dapat menjadi jalan bagi
pemecahan masalah.
Hasil dari konseling karir adalah penyelesaian yang
tepat bagi permasalahan konseli. Bagaimanapun pengertian dari hasil
merupakan perwujudan yang tidak memerlukan perkataan dan hasilnya akan terlihat
jika proses konseling karir telah selesai.
Keberhasilan yang diakui dan satu jalan pintas pokok dari
pendekatan konseling karir adalah untuk
membantu konseli membuat keputusan karir. Harapan masyarakat sosial agar semua
orang dapat bekerja dengan lebih baik dalam keadaan perekonomian yang
menguntungkan dalam asumsi konseling karir jarang dinyatakan hasil dari
konseling karir yang membantu konseli dalam keputusan untuk tidak bekerja.
Secara sah hasil yang diputuskan merupakan keputusan individu.
Terkadang konselor karir mengikuti keputusan konseli
untuk penundaan proses konseling, karena kurangnya pemahaman mereka terhadap
keputusan yang dapat menyebabkan kegagalan perkembangan.
Dua hasil yang diharapkan dari konseling karir
adalah 1) tercapainya kemampuan
konseli untuk membuat keputusan yang tepat baik dengan pendekatan developmental
ataupun behavioral yang menekankan dan lebih berorentasi pada kemahiran
dalam membuat keputusan karir ataupun sebaliknya dengan trait and factor; 2)
memperoleh penyesuaian umum status konselor dan konseli. Bukti lain
mengindikasikan bahwa konseling karir menghasilkan konseli yang kesesuaiannya
menjadi lebih baik dalam fungsi kehidupan lain di samping dalam pekerjaannya.
Sintesis. Secara garis besar dalam konseling karir, sebuah landasan pemikiran adalah
bahwa semua aspek fungsi kehidupan dan perkembangan hidup itu berhubungan.
Ketika karir mengenai keputusan spesifik dibuat, atau ketika kompetensi dan
perilaku pembuatan keputusan dipelajari kemudian dampak dari hasil konseling
karir berpengaruh terhadap filsafat kehidupan, hubungan interpersonal, konsep
diri dan sebagainya.
2.
Metode
Pada permulaannya metode-metode yang banyak digunakan
dalam konseling karir, seperti teknik wawancara, interpretasi tes dan informasi
pekerjaan, digolongkan ke dalam pendekatan didaktik dan direktif, yakni
konselor bertindak sebagai pemberi informasi kepada klonseli. Namun,
revolusi dari Rogerian di awal tahun 1940-an membawa perubahan dramatis pada
teknik yang digunakan oleh konselor karir, yaitu lebih banyak mengadopsi gaya
nondirektif, atau memilih di antara keduanya. Sekarang, kedua gaya tersebut
telah dimodifikasi dan dikombinasikan dengan metode behavioral untuk
menghasilkan sebuah sintesis yang mencerminkan beberapa pendekatan terbaik
dalam konseling karir.
a.
Teknik Wawancara
Isu pertama yang paling penting adalah klasifikasi
masalah dalam tahap diagnosis yang akan menentukan pilihan penanganan kasus.
Teknik wawancara meliputi beberapa tahap, mulai dari tahap eksplorasi latar belakang masalah
dengan membuka komunikasi yang merefleksikan isi perasaan konseli, lalu tahap
pembatasan masalah dengan komunikasi secara eksplisit mengemukakan masalah, dan
terakhir tahap pemecahan masalah ketika konselor diharapkan bersikap lebih
aktif dan direktif, dengan membuka konseli dan menguatkan dirinya untuk
bersama-sama secara dewasa memecahkan masalah tersebut.
Hasil wawancara ditentukan oleh seberapa efektif teknik
wawancara yang digunakan dalam menempuh tahapan-tahapannya secara seksama,
dengan penekanan kepada ketegasan jawaban konseli yang rasional yang diawali
dengan tahap pembukaan yang baik, yang meyakinkan konseli bahwa konselor
bermaksud baik dan ingin membantu konseli memecahkan masalahnya. Wawancara
sebaiknya dikendalikan agar tidak mengarah kepada respon konseli yang
berlebihan atau berputar-putar dalam menceritakan masalahnya, karena konselor
harus mempertimbangkan waktu termasuk lamanya ia merespon. Semua tahapan
hendaknya tidak terlalu lama dan jangan pula terlalu singkat/ cepat melompat ke
tahap berikutnya sehingga konseli merasa tertekan dan segera memutuskan
hubungan komunikasi.
b.
Interpretasi Tes
Lahirnya interpretasi
tes adalah sesudah munculnya konseling karir trait and factor. Konsep
utama dari pendekatan tes ini dapat memprediksi karir di masa depan agar sesuai
(mencapai kesuksesan dan kepuasan) dan membuat konseli berpikir rasional untuk
memilih karir. Pertama, ketika konseling karir client centered muncul,
bagaimanapun buaian yang mengayun jauh berasal dari interpretasi tes untuk
fokus saat pihak vokasional sedang membuat keputusan, dan ayunan jauhnya tidak
cukup besar. Kedua, konseling karir psychodinamic dan behavioral
sebagian besar melakukan tes atau menggunakan gelombang yang unik (Crites, 1974a). Ukuran konsep inti,
yaitu kematangan karir, bukan seperti biasanya yang selalu ada. Selain itu,
bertambahnya petunjuk terakumulasi pada saat janji awal bahwa tes tidak
disadari; prediksi kebenaran menunda banyak keinginan (Bloom, 1964; Ghiselli,
1966; Holland & Lutz, 1967). Hasil tes akan mengecewakan konselor bila
mereka melakukan konseling berlebih-lebihan dan bagi mereka itu tidak ada
gunanya dan sangat tidak tepat. Peran tes dalam konseling karir
komprehensif, tidak hanya dalam masalah konseptual, tetapi tes ini juga
memberikan konseling karir model dan metode baru untuk menggabungan dengan
diagnosis, proses, dan hasil sehingga sanggup membantu konseli dalam mengatasi
masalah dalam membuat keputusan karir.
Hal yang khusus saat membuat keputusan diagnosis yang
benar, ketika konseli dan konselor secara sistematis menganalisis masalah
apapun dapat diidentifikasi dan membuat pilihan. Untuk menjelaskan hal yang
berbeda dalam mendiagnosis konseli dalam membuat keputusan seharusnya diagnosis
dinamis itu individu yang dapat menuruti kata hatinya dalam membuat keputusan.
Nilai tidak terletak pada hasil jangka pendek namun untuk
memudahkan proses konseling karir harus terus menerus, tetapi tujuan jangka panjang adalah ingatan dan
pemahaman. Bukti penelitian dapat dipercaya bahwa dalam setiap hasil tes
tradisional menafsirkan hasil yang berubah atau terlupakan oleh konseli.
Asumsi interpretasi tes mencapai valensi penting dalam
pencapaian hasil konseling karir. Sehingga menyediakan informasi yang relevan
untuk konseli dalam membuat karir spesifik; model kecakapan keputusan dan
bagaimana itu dapat memecahkan masalah dan dapat menyesuaikan diri secara lebih
baik lagi dan pemahaman diri yang lebih besar sehingga dapat mengakibatkan rasa
kepercayaan diri dengan hasil yang lebih baik lagi.
c.
Informasi Pekerjaan
Informasi pekerjaan telah diterbitkan dalam jumlah yang
besar, tetapi banyak konselor yang berpura-pura saja dalam memberikan informasi
pekerjaan tersebut, mereka memberikan informasi tentang pekerjaan seperlunya
namun tidak bisa menyemangati konseli.
Adanya proses/prinsip utama dalam memberikan informasi
pekerjaan pada konseli. Pertama, konselor bisa memadukan penggunaan
informasi dengan konseling karir, tetapi hal ini mempunyai kerugian ganda yang
mengharuskan konselor untuk menjadi "ahli" daripada "teman
bekerja sama" yang harus mengikuti perkembangan informasi tentang
pekerjaan yang selalu berubah. Kedua, konseli dapat dibentuk dan
dikuatkan oleh konselor dengan menyimpulkan informasi dari dalam maupun dari
luar konseli. Ketiga, sistem informasi pekerjaan dengan menggunakan
teknologi canggih (komputerisasi) (Super, 1970) yang akan bermanfaat bagi
peningkatan konseling karir, yakni konseli menjadi akrab dengan dunia kerja
dengan meminta komputer menyajikan tentang berbagai informasi kemungkinan
karirnya.
3.
Materi
Materi yang umum digunakan dalam metode konseling karir
komperehensif adalah kegiatan wawancara antara konselor dan konseli, termasuk
kegiatan di dalamnya adalah interaksi dan tes, yang dimulai dari perkenalan
data pribadi atau inisial sampai ke pertanyaan berikutnya. Metode yang
digunakan dalam konseling karir komprehensif merupakan penggabungan dari kelima
metode pendekatan sebelumnya yaitu client centered, behavioral, developmental,
trait and factor, serta psychodynamic. Itu sebabnya menggunakan
metode antara konseli dengan konselor, karena dalam penggabungan kelima
pendekatan tersebut membutuhkan perpaduan teori dan praktek terbaik dan
didukung oleh penelitian dan fakta. Dalam kegiatan konseling karir
konferehensif ini terdiri dari diagnosis, proses dan hasil yang
diperoleh. Sedangkan dalam metode (teknik) mencakup kegiatan wawancara,
interpretasi tes, dan penggunaan informasi pekerjaan yang didiskusikan dalam
interaksi konseli dan konselor, sampai tahap cara mengimplementasikannya.
a.
Diagnosis
Studi kasus yang
dilakukan sebagai contoh adalah wawancara pada seorang yang bernama Karen yang
bersekolah di tingkat atas. Permasalahan yang dikembangkan adalah mengenai
pemilihan dan keputusan karir setelah ia bersekolah. Setelah perkenalan,
wawancara, dan interaksi dari berbagai macam pertanyaan serta pengenalan bidang
karir yang diperlukan, keputusan konseli tersebut adalah memilih untuk menjadi
antara tenaga pengajar atau tenaga sosial. Ibunya adalah seorang
tenaga pengajar atau guru dan ia menyukai pekerjaan yang dilakukan oleh ibunya
tersebut, tapi di sisi lain ia lebih menyukai keberadaan sebagai pekerja sosial
yang bergerak di bidang pemberian bantuan terhadap sesama di lingkungannya.
Dalam pemilihan keputusan karir ini dirasakan sulit karena kedua macam
pekerjaan itu adalah sama-sama baik dan berpengaruh terhadap lingkungan. Tetapi
sebagai jalan alternatif, konselor memberi bantuan berupa perbandingan
antara kedua macam pekerjaan tersebut kepada Karen sebagai konseli, karena
pembuatan keputusan berada di tangan konseli. Konselor menggunakan diagnosis
dinamika dan mewawancarai konseli berdasarkan pengalaman yang ia dapatkan
di sekolah dan keluargnya. Konselor berperan besar dalam membimbing dan
mengarahkan dalam penentuan keputusan karir konseli. Selain diagnosis dinamika,
wawancara dan tes, konseli mampu menggambarkan tipe pekerjaan yang diminati dan
berpengaruh berdasarkan pengalaman hidupnya. Konselor membantu konseli dalam
menemukan konsep dirinya karena inventori kematangan karir sangat diperlukan.
Melalui beberapa tes dan hasil tes yang didapatkan, ternyata tingkat kematangan
konseli dalam pemilihan keputusan karir adalah rendah. Dan hasil yang diperoleh
dari diagnosis dan wawancara tersebut adalah konseli belum bisa menetapkan
keputusan pekerjaan yang akan ia pilih sebagai karir dalam hidupnya. Sehingga peran
konselor lebih kepada pengarahan dan memberi gambaran dari beberapa macam
pekerjaan yang akan dipilih konseli,
tetapi konseli diharapkan dapat belajar untuk mengambil keputusannya sendiri
berdasarkan latar belakang permasalahan yang dihadapinya sehingga keputusan
yang diambil dapat dipertanggungjawabkan pada masa sekarang dan yang akan
datang.
b.
Proses
Ada beberapa tahap dalam proses karir konseling
komprehensif, yaitu sebagai berikut.
1)
Eksplorasi masalah
awal (screening dan wawancara awal). Tahap pertama ini memfokuskan pada diagnosis permasalahan individu. Proses
ini juga membuka proses-proses yang kompleks untuk membangun komunikasi dan
hubungan kerja yang efektif antara konseli dan konselor. Rasio bicara yng sehat
antara konseli dan konselor adalah 50:50. Tapi, hendaknya kita juga
mengutamakan kualitas bicara konseli di samping kuantitasnya.
Untuk memecahkan kekakuan tahap awal
konseling ini di antaranya adalah dengan cara mengajukan pertanyaan terbuka
mengenai hal-hal yang menurut konselor tidak dilihat sebagai penyebab masalah
oleh konseli.
Contohnya dalam kasus Karen, ketika
konseli menyebutkan bahwa dia tidak tahu mengenai dirinya, kemudian konselor
bertanya “mengapa tidak tahu?” dan ditambah dengan pertanyaan “siapa yang akan
mengetahui diri kamu jika bukan diri kamu sendiri?” dia menjawab bahwa biasanya
dia menyandarkan ke-diri-annya kepada orang tuanya terutama ayahnya dan tidak
kepada keunikan dirinya sendiri. Kemudian untuk menjaga tingkat kealamiahan
hubungan wawancara konseli dan konselor, konselor bertanya : “maukah kamu saya
bantu untuk mengetahui identitas diri kamu yang sebenarnya?” dia menjawab:
“saya telah melakukannya tapi saya rasa tidak berhasil” konselor menjawab :
“mungkin itu betul, tapi saya akan berupaya lebih untuk hal tersebut” akhirnya
konseli menjawab “baiklah saya akan melakukannnya”. Dari sini masalah mulai
tereksplorasi dan menuju pada arah yang
lebih jelas. Komunikasi terbuka, hubungan terbangun, kontak permulaan telah
dimasuki. Inilah beberapa tujuan dari tahap pertama proses konseling karir.
2)
Klarifikasi masalah
dan identifikasi orang terkait. Pihak paling awal yang berkontribusi atas permasalahan individu kebanyakan
adalah keluarga. Dalam contoh di atas, Karen sebagai tokohnya, sangat
dipengaruhi oleh ayahnya yang seorang pekrja keras dan berharap Karen akan sama
dengan dirinya. Di sisi lain, ibunya berkepribadian sangat kekeluargaan yang
mendahulukan karir di bidang pelayanan sosial. Dalam hal ini Karen mengalami
keragu-raguan keputusan yang disebabkan kekonstanan sifat orang tuanya. Itu
pula yang menyebabkan keraguan dalam keputusan karir. Ketika konselor mulai
mengungkapkan hal ini, Karen bertanya : “lalu bagaimana caranya saya melepaskan
diri dari bayang-bayang mereka?” dalam tahap ini, konseling mulai masuk pada
tahap renegosiasi antara konseli dengan situasi yang mengikatnya selama ini
dangan difasilitasi oleh konselor.
3)
Pembicaraan
alternatif karir yang sesuai. Proses ketiga ini
biasanya lebih membicarakan mengenai beragam pilihan karir yang sesuai dengan
harapan konseli daripada dengan harapan orang tuanya. Mungkin pada awalnya
konseli merasa berat, tapi justru di situ konseli secara bertahap akan lebih
mengerti bahwa karir dan hidup dalah miliknya, bukan milik orang tuanya.
Di antara beberapa
tes yang dilibatkan dalam proses
konseling karir dalam kasus Karen antara lain : Differential
Apptitude Test, Holland Vocational Preference Inventory dan Career
Maturity Inventory, serta menggambarkan efek orang tua pada pilihan
karirnya. Tahap ketiga ini diakhiri dengan pengulangan pilihan karir yang
prospektif dan terbuka cerah kemungkinannya bagi Karen.
c.
Hasil
Hasil dari proses
konseling terhadap contoh kasus tersebut antara lain sebagai berikut.
1)
Meskipun tidak
mencapai satu pilihan karir yang pasti, setidaknya Karen telah mempelajari
penyebab mengapa ia sulit untuk menentukan pilihan karir. Karen biasanya tidak berani mencoba kompromi
antara harapan dan keinginan dirinya dengan keinginan orang tuanya atas
sesuatu. Dengan proses konseling dia jadi lebih berani untuk berkompromi antara
keinginannya dengan orang lain.
2)
Konseli mulai
mengetahui identitas dirinya dengan lebih baik dan mampu mengkomunikasikan tentang konsep dirinya pada
konselor.
3)
Konseli nampak lebih
terarah dan lebih beradaptasi dalam proses konseling karir. Tidak hanya dalam penentuan karir tapi lebih percaya
diri untuk menjalani hidupnya secara keseluruhan. Mengenai perbaikan pemilihan
karir dan penyesuaian dirinya, keduanya tercakup dalam proses konseling karir
kompherensif.
Referensi
:
Uman
Suherman. (2013). Bimbingan dan Konseling
Karir : Sepanjang Rentang Kehidupan. Bandung : Rizki Press.
Daftar Rujukan :
ABKIN. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan
dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta : ABKIN.
American School Counseling Association. (1996). Code
of Ethic and Standard of Practice.
Cappelo, Richardo (2007). Konsep Bimbingan Karir.
[Online]. Tersedia di : Farhanzen. Wordpress.com [29 Mei 2008].
Cavanagh, M.E. (1982). The Counseling Experience a
Theoretical and Practice Approach. Monterey, California : Brooks/Cole
Publishing Company.
Crites, John O. (1981). Career Counseling : Models,
Methods, and Materials. New York : McGrawHill Book Company.
Djiwandono, Sri Esti W. (2005). Konseling dan Terapi
(Dengan Anak dan Orang Tua). Jakarta : Grasindo
Drever, J. (1952). A Dictionary of Psychology. New
York: Penguin Books.
e-psikologi. (2007). Psikologi Remaja.
[Online]. Tersedia di: http://www.e-psikologi.com/remaja/130802.htm. [5 Agustus
2004].
Gysbers, N.C & Henderson, P. (2006). Developing
& Managing: Your School Guidance and Counseling Program (Fourth Edition).
USA: American Counseling Association.
Herr, E.L., Crammer, S.H. (1979). Career Guidance and
Counseling Through the Life Span. Toronto: Little, Brown & Company.
Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan
(terjemahan). Jakarta : Erlangga.
Kartadinata, S. (2002). “Paradigma Baru Bimbingan dan
Konseling”. Makalah di sampaikan pada Konvensi IPBI di Lampung.
Keputusan Menteri P & K. (1994). Kurikulum Pendidikan
Dasar (Pedoman BK Di SD). Depdikbud Dirjen Dikdasmen.
Makmun, A.S. (1996). Psikologi Kependidikan.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Manrihu, M.T. (1992). Pengantar Bimbingan dan
Konseling Karir. Jakarta : Bumi Aksara.
Munandir. (1996). Program Bimbingan Karir di Sekolah.
Jakarta: Dikti Depdikbud.
Muro, J. J & Kottman, T. (1995). Guidance and
Counseling in the Elementary and Middle Schools: A Practical Approach.
Lowa: Wm. C. Brown Communication, Inc.
Nurihsan, J. & Yusuf, S. (2006). Peranan Dosen sebagai
Pembimbing Akademik (PA) Mahasiswa. Makalah: tidak diterbitkan.
Osipow, S.H. (1983). Theories of Career Development.
New Jersey: Prentice-Hall Inc.
Santrock, J. (1995). Life-Span Development:
Perkembangan Masa Hidup. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Sciarra, D.T. (2004). School Counseling : Foundations
and Contemporary Issues. Canada : Thomson Brooks/Cole.
Sharf, R. S. (1992). Applying Career Development
Theory to Counseling. California: Brooks/Cole Publishing Company.
Shertzer, B. and Stone, S.C. (1980). Fundamental of
Counseling. Boston : Houghton Mifflin Company.
Surya, M. (1988). Dasar-dasar Konseling pendidikan
(Konsep dan teori). Bandung : Bhakti Winaya.
Suherman AS.,Uman, (2007). Manajemen
Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.
Suherman
AS., Uman, dkk (2007), Pengembangan Karir Mahasiswa di Perguruan Tinggi,
Program Unggulan Jurusan PPB FIP UPI.
Whiston, S.C. (2000). Principles and Application of
Assessment in Counseling. United States : Brooks/Cole.
Winkel, W.S. (1997). Bimbingan dan Konseling di
Institusi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Yusuf LN, S. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Bandung : Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar