Selasa, 21 April 2020

Pendekatan Konseling Karir Komprehensif


Pendekatan Konseling Karir Komprehensif


Oleh :
Iman Lesmana


Sebelum membahas konseling karir komprehensif ini, pada pembahasan sebelumnya telah dikemukakan tentang pendekatan-pendekatan utama dalam konseling karir serta kritiknya masing-masing. Sebagai dasar sebelum masuk ke pemahaman konseling karir komprehensif, Tabel dibawah ini menggambarkan perbandingan-perbandingan singkat dari kelima pendekatan konseling karir .

Tabel
Model  Konseling Karir Komprehensif

Pendekatan
Diagnosis
Proses
Hasil






Trait
and Factor
















Perbedaan treatment  bersumber dari sikap yang salah pada diri klien
Melibatkan banyak konselor dalam pengumpulan dan interpretasi data klien;  konseli hanya membantu dalam menentukan treatment atau konseling untuk menghasilkan  penyesuaian yang diinginkan dan proses tindak lanjut
§  Tujuan jangka pendek : untuk memecahkan masalah konseli yang ada pada saat ini
§  Tujuan jangka panjang : Untuk menolong konseli agar lebih mengerti dan dapat mengatur sifat-sifat dan tanggung jawabnya, sehingga konseli dapat memecahkan masalahnya dimasa yang akan datang.










Client Centered
Rogers dan Peterson menganggap diagnosis disebabkan gangguan hubungan yang ada antara konselor dan klien; Sehingga mereka memutuskan tentang ada tidaknya masalah peakerjaan dari klien
Patterson melihat proses seperti kata Rogers mencakup tingkat tertinggi pada penyesuaian  individu secara Psikoterapi.Tingkat penyesuaian dari seorang konseli yang mengikuti psikoterapi terhadap suatu karir ditentukan sebelum konseling dimulai, yaitu ketika konseli mampu menemukan siapa dirinya dan apa yang sebenarnya dibutuhkan.
Tujuan untuk memfasilitasi dalam mengklarifikasi dan mengimplementasikan konsep diri dalam peranan vokasional yang cocok pada diri konseli dan menghubungkan hasi psikoterapi secara keseluruhan dan menghasilkan individu yang terkendali , dan dapat menerima dan merubah gambaran diri dengan kenyataan yang ada dan peran yang harus dimainkan dalam dunia kerja.





Psikodinamik
Bordin menetapkan bahwa diagnosis harus dari dasar untuk memilih treatment, ia juga menginginkan konstruk yang didasari secara psikologis               (seperti pilihan treatment untuk kasus kecemasan, pertahanan, konflik diri) untuk digunakan dalam diagnosis.
1.      Tahap eksplorasi dan pembuatan langkah kerja
2.      Keputusan kritis yang konseli putuskan dari segi penyesuaian diri dan tidak hanya  mengejar kariernya saja
3.      Bekerja untuk berubah. Pada tahap ini yang ditingkatkan pemahaman diri kien sebagai tujuan utama dalam konseling
1.    Membantu konseli dalam membuat keputusan karier
2.    Lebih luas lagi menyebabakan perubahan positif dalam diri klien.



Developmental
Super lebih menggunakan kata “appraisal” daripada kata diagnosis. Super menggambarkan tiga tipe yang berfokus pada potensi masalah konseli, yaitu :

1.      Penilaian masalah
2.      Penilaian Pribadi
3.      Penilaian Prognostik

Dengan catatan: konseli harus aktif dalam proses penilaian tersebut.
Sasaran jangka pendek adalah membantu konseli untuk mengembangkan kariernya, sedangkan Super menyebutkan  sasaran yang lebih luas membantu konseli menyesuaikan dirinya.
Kemajuan dari proses perkembangan karir dimulai dari orientasi dan kesiapan konseli untuk memilih karir sampai pembuatan keputusan san pengujian realitas;

Konselor memulai konseling pada tahap kemajuan yang dicapai oleh klien.







Behavioral
Godstain dalam pendekatan behavioral teoritisnya menghubungkan peran sentral kecemasan dengan masalah pilihan karir dalam proses diagnosis.

Krumboltz dan Thorensen lebih berfokus pada analisis perilaku identifikasi masalah dalam menspesifikasikan tujuan konseling; pada pendekatan behavioral pragmatis ini  mereka memusatkan perhatian pada kecemasan atau diagnosis.
Menurut Godstain,
proses diselingi dengan etiologi permasalahan konseli, yaitu kecemasan yang mendahului proses konseling yang memerlukan counterconditioning dan pembelajaran instrumental, sementara kecemasan berikutnya diperlukan pada proses konseling selanjutnya.


Hasil dari pendekatan teori Behavioral Godstain adalah :
1.    Penghilangan kecemasan pendahulu dan kecemasan yang muncul kemudian.
2.    Pemerolehan keterampilan dalam pembuatan keputusan.

Hasil dari pendekatan behavioral pragmatis Krumboltz dan Thorensen adalah : pemerolehan keterampilan mengubah perilaku salah suai, belajar proses pembuatan keputusan dan mencegah timbulnya masalah.


METODE

Teknik Wawancara
Interpretasi Tes
Informasi Pekerjaan
Trait
and Factor
Mencakup metode yang berupa: Establishing rapport (menumbuhkan hubungan baik antara konselor dengan klien, Cultivating self understanding (upaya pemahaman diri klien), advising or planning a program of action (pemberian advis atau merencanakan sebuah program tindakan, carrying out the plan (membuat perencanaa tindakan nyata), dan referral.    
Melibatkan konselor yang berwenang membuat interpretasi pada hasli tes, dan menggambarkan kesimpulan dan merekomendasikan dari tes untuk pertimbangan klien.
Konselor memberikan informasi hendaknya mencakup tiga fungsi yaitu : fungsi informational, readjustive, dan motivational.
Client Centered
Konselor merespon lebih dulu, menerima, menerangkan, dan menyatakan dengan maksud untuk mencapai pemahaman diri, konselor memusatkan pada refleksi perasaan semata-mata dengan menggantikan teknik menerangkan tujuannya agar konseli memperoleh gambaran, dan konselor dapat lebih efektif dalam wawancara sesuai dengan kebutuhan.
Konselor menjadikan tes sebagai alat utama yang digunakan untuk mengidentifikasi konseli dan apa yang diinginkan, digunakan jika betul-betul dibutuhkan dan diminta oleh klien. Super menyebut nya “uji kecermatan”
Diperkenalkan ketika konseli mmebutuhkan; konselor  harus memastikan bahwa informasi memiliki arti pribadi bagi klien, serta dipahami dan diteliti melalui konteks kebutuhan dan nilai dan kenyataan secara objektif.
Psychodynamic
Ada tiga kategori respons interpretatif konselor yang dapat digunakan dalam konseling (menurut Bordin) yaitu:          1) clarification yaitu dimaksudkan untuk melakukan wawancara dan verbalisasi bahan-bahan yang sesuai dengan permasalahan,        2) comparison, yaitu membandingkan untuk memperlihatkan persamaan dan perbedaan secara tajam,                         3) interpretation of wish defence system, interpretasi pada system “harapan yang diinginkan, menunjukkan gabungan praktis pendekatan psikodinamik, trait and factor dan client centered.        
Tiga tujuan utama menurut Bordin, yaitu:   1) bahwa konseli menjadi partisipan yang aktif dalam memilih dan menentukan jenis tes yang akan dilakukan;     2) bahwa te3s memberikan informasi diagnostikbagi konselor untuk mendorong eksplorasi diri klien; 3) bahwa secara verbal konselor memberikan interpretasi tes, sebagai mana yang dibutuhkan (bandingkan dengan pendekatan trait and factor yang menggunakan keseluruhan penafsiran  tes).
Informasi berdasarkan atas analisis kebutuhan mengenai kewajiban-kewajiban dan tugas-tugas pekerjaan, mirip dengan pendekatan trait and factor dalam menyesuaikan individu dengan pekerjaan, tapi berbeda dalam variabel kebutuhan kepribadian dan kondisi kerja yang memuaskan, daripada karakteristik statis individu dan pekerjaan.
Developmental
Menurut Super yang berhubungan dengan perubahan pendekatan dalam merespon secara langsung isi pernyataan oleh konseli dan yang secara tidak langsung untuk mengekspresikan perasaan.
Informasi yang tepat dalam menggambarkan contoh karir dalam membedakan jabatan, menurut Super ada enam pola yang menggambarkan pola karir yang dibutuhkan untuk pendekatan ini.
Tujuannya untuk memaksimalkan nilai tes dalam membuat keputusan dengan mengadministrasikannya secara berbeda, dengan melibatkan konseli dalam setiap fase proses; menampilkan uji kecermatan dibandingkan dengan uji kejenuhan seperti pada pendekatan trait and factor.
Behavioral
Goodstein mengajukan teknik psikoterapi untuk mengurangi kecemasan. Ia sependapat dengan Krumboltz dan Thoresen dalam pandangan pragmatisnya merekan berpendapat bahwa konselor seharusnya menguatkan keinginan konseli, mendorong terjadinya proses sosial model, dan mengajarkan pembelajaran berbeda dalam memperoleh kemahiran membuat keputusan.
Penggunakan tes dalam setiap teori atau pandangan secara pragmatik, hampir diabaikan sejak mereka mengukur perbedaan individual dalam hal perilaku, dibanding mencerminkan interaksi antara individu dan lingkungan. Yang menjadi perhatian utama konselor behavioral yaitu mengumpulkan data perilaku individu. 
Konselor behavioral telah mengembangkan beragam jenis yang berguna dalam menumbuhkan semangat eksplorasi karir dan membuat keputusan daripada membuat informasi yang sederhana.

Dalam Tabel di atas, secara garis digambarkan lima pendekatan konseling karir yang dihubungkan dengan komponen-komponen model dan metode konseling karir. Model pendekatan konseling karir menunjuk kepada kerangka teoretis. Itu mencakup atas tiga fase kronologis pokok dalam setiap pertemuan konseling karir (tanpa memperhatikan jangka waktu) sebagai berikut : pertama, selama diagnosis masalah konseli pada tiap tipe-tipenya, kedua, ketika proses intervensi terhadap konseli dilaksanakan, ketiga, ketika hasil dari proses dibahas dan dievaluasi oleh konseli dan konselor.
Berbeda dengan model, metode-metode lebih bersifat pragmatis daripada teoretis. Orientasi dari metode adalah menterjemahkan model ke wujud yang lebih operasional. Metode mencakup antara lain teknik-teknik wawancara, prosedur interpretasi tes dan penggunaan informasi pekerjaan. Secara bersama-sama, model dan metode tersebut mendefinisikan wujud konseling karirnya masing-masing sesuai dengan pendekatan-pendekatan yang sudah ada. Skema metode dan model pendekatan itu dapat memadukan pendekatan-pendekatan yang ada ke dalam sebuah pendekatan konseling karir komprehensif yang akan lebih maksimal dalam proses dan hasil dari konseling karir. 
Tidak ada satu model dan metode pun  dari pendekatan-pendekatan utama itu yang dominan dalam membentuk pendekatan konseling karir komprehensif. Masing-masing pendekatan mempunyai kontribusi terhadap pendekatan konseling karir komprehensif. Sintesis dari pendekatan-pendekatan itu diharapkan bukan hanya penempelan bagian-bagian dari pendekatan konseling karir utama yang ada secara serampangan. Tujuan dari perpaduan pendekatan ini adalah mewujudkan pendekatan konseling karir  komprehensif yang benar-benar berdasar atas hubungan-hubungan rasional antar-elemen dari pendekatan-pendekatan utama itu dan sesuai dengan konteks interaksi antar konseli dan konselor. Garis besar pendekatan konseling karir komprehensif terbagi kepada tiga bagian yaitu pertama, bagian model atau teori, kedua, metode-metode atau teknik dan ketiga,  penyimpulan pokok atau studi kasus yang menggambarkan konsep-konsep dan prosedur pokok dengan perhitungan dan analisis kasus konseling karir.

1.     Model
Dalam merumuskan model konseling karir komprehensif, konsep dan prinsip-prinsip pokok yang digunakan tidak hanya bersumber dari pendekatan konseling karir utama tetapi juga bersumber dari sistem umum konseling dan psikoterapi (Ford & Urban, 1963; Corsini; 1973). Di samping itu, model ini merupakan perwujudan dari pengalaman yang diambil dari berbagai sesi presentasi dan pengawasan konferensi kasus yang membuktikan karakteristik bentuknya. Maka dari itu, konsep diagnosis, proses-proses, dan hasil yang dihasilkan dibentuk dari pengalaman dibuat selogis tujuan yang ada untuk memadukan antara aspek teoritis dan pragmatis yang penuh makna.

a.      Diagnosis
            Isu utama dalam mensintesiskan berbagai aspek dari model konseling karir komprehensif adalah mengenai perlu tidaknya pemakaian diagnosis dalam proses konseling. Pada dasarnya, semua pendekatan kecuali client centered menyatakan perlunya diagnosis dalam proses konseling; client centered pun sebenarnya tidak konsisten mengenai perlu tidaknya diagnosis dalam proses konseling ini.
Dari pendekatan trait and factor diperoleh konsep yang baik dalam diagnosis sebagai klasifikasi differensial yang sesuai untuk konseli dari ciri karakteristik permasalahan karir.
Beberapa sistem yang digunakan dalam diagnosis differensial masalah-masalah pekerjaan sudah pernah dikembangkan, tapi sistem tersebut ditemukan ketidakhandalan para konselor dalam menggunakannya.
Diagnosis differensial mengacu pada pertanyaan-pertanyaan; apa sebenarnya masalah konseli dalam memutuskan karirnya? Diagnosis dinamik memunculkan pertanyaan; mengapa konseli mempunyai masalah? Jawaban untuk ini telah diformulasikan lebih luas dalam pendekatan konseling karir psikodinamik.
Sintesis. Ketika konseli memerlukan konseling karir komprehensif, pertanyaan yang muncul adalah 1) apa sebenarnya masalah konseli? dan 2) mengapa konseli sampai mengalami masalah itu? Jika disepakati bahwa diagnosis diperlukan dalam konseling komprehensif, proses diagnosis yang dilakukan adalah 1) diagnosis differensial yang bersumber dari teori konseling karir trait and factor; 2) diagnosis dinamik dilakukan untuk mengetahui asal-usul; kemunculan permasalahan; 3) menggunakan Career Maturity Inventory untuk mengetahui hubungan sikap dan kompetensi karir seseorang.



b.     Proses
Pendekatan client centered dimulai dengan eksplorasi diri (self exploration) dari kesulitan dalam pembuatan keputusan karir, pendalaman lanjutan atau owning dari masalah ini.
Konseling karir psikodinamik, terdiri dari tiga tahapan: eksplorasi dan kontrak tata cara, keputusan kritis, dan bekerja untuk perubahan.
Dalam pendekatan perkembangan, terdapat banyak kesamaan tahapan yang jelas terlihat, proses dimulai dengan orientasi untuk dan kesiapan dari pembuatan keputusan, kemajuan dari eksplorasi diri dan pekerjaan, dan pencapaian dalam perencanaan untuk masa depan. Konseling karir behavioral, baik teoretis maupun pragmatis, mengikuti banyak kesamaan tiga tahapan dari identifikasi masalah, intervensi (sebagai contoh, counterconditioning, modeling), dan generalisasi.
Persiapan untuk tahap pertama proses konseling karir adalah diagnosis, tahap pertengahan dari proses konseling karir mempergunakan waktu untuk mengklarifikasi dan menspesifikasikan masalah. Proses dari konseling karir mencapai puncaknya dalam tahapan bahwa dia bisa menggolongkan pemecahan masalah secara mudah.
c.       Hasil
Hasil yang diharapkan dari konseling karir adalah sebagian besar dipengaruhi oleh diagnosis masalah karir konseli, differensial, dinamika, dan diagnosis keputusan. Diharapkan campur tangan konseling karir dan keputusan kerja sama antara konselor dan konseli dapat menjadi jalan bagi pemecahan masalah.
Hasil dari konseling karir adalah penyelesaian yang tepat bagi permasalahan konseli. Bagaimanapun pengertian dari hasil merupakan perwujudan yang tidak memerlukan perkataan dan hasilnya akan terlihat jika proses konseling karir telah selesai.
Keberhasilan yang diakui dan satu jalan pintas pokok dari pendekatan konseling karir  adalah untuk membantu konseli membuat keputusan karir. Harapan masyarakat sosial agar semua orang dapat bekerja dengan lebih baik dalam keadaan perekonomian yang menguntungkan dalam asumsi konseling karir jarang dinyatakan hasil dari konseling karir yang membantu konseli dalam keputusan untuk tidak bekerja. Secara sah hasil yang diputuskan merupakan keputusan individu.
Terkadang konselor karir mengikuti keputusan konseli untuk penundaan proses konseling, karena kurangnya pemahaman mereka terhadap keputusan yang dapat menyebabkan kegagalan perkembangan.
Dua hasil yang diharapkan dari konseling karir adalah  1) tercapainya kemampuan konseli untuk membuat keputusan yang tepat baik dengan pendekatan developmental ataupun behavioral yang menekankan dan lebih berorentasi pada kemahiran dalam membuat keputusan karir ataupun sebaliknya dengan trait and factor; 2) memperoleh penyesuaian umum status konselor dan konseli. Bukti lain mengindikasikan bahwa konseling karir menghasilkan konseli yang kesesuaiannya menjadi lebih baik dalam fungsi kehidupan lain di samping dalam  pekerjaannya.
Sintesis. Secara garis besar dalam konseling karir, sebuah landasan pemikiran adalah bahwa semua aspek fungsi kehidupan dan perkembangan hidup itu berhubungan. Ketika karir mengenai keputusan spesifik dibuat, atau ketika kompetensi dan perilaku pembuatan keputusan dipelajari kemudian dampak dari hasil konseling karir berpengaruh terhadap filsafat kehidupan, hubungan interpersonal, konsep diri dan sebagainya.
2.      Metode
Pada permulaannya metode-metode yang banyak digunakan dalam konseling karir, seperti teknik wawancara, interpretasi tes dan informasi pekerjaan, digolongkan ke dalam pendekatan didaktik dan direktif, yakni konselor bertindak sebagai pemberi informasi kepada klonseli. Namun, revolusi dari Rogerian di awal tahun 1940-an membawa perubahan dramatis pada teknik yang digunakan oleh konselor karir, yaitu lebih banyak mengadopsi gaya nondirektif, atau memilih di antara keduanya. Sekarang, kedua gaya tersebut telah dimodifikasi dan dikombinasikan dengan metode behavioral untuk menghasilkan sebuah sintesis yang mencerminkan beberapa pendekatan terbaik dalam konseling karir.
a.      Teknik Wawancara
Isu pertama yang paling penting adalah klasifikasi masalah dalam tahap diagnosis yang akan menentukan pilihan penanganan kasus.
Teknik wawancara meliputi beberapa tahap, mulai dari tahap eksplorasi latar belakang masalah dengan membuka komunikasi yang merefleksikan isi perasaan konseli, lalu tahap pembatasan masalah dengan komunikasi secara eksplisit mengemukakan masalah, dan terakhir tahap pemecahan masalah ketika konselor diharapkan bersikap lebih aktif dan direktif, dengan membuka konseli dan menguatkan dirinya untuk bersama-sama secara dewasa memecahkan masalah tersebut. 
Hasil wawancara ditentukan oleh seberapa efektif teknik wawancara yang digunakan dalam menempuh tahapan-tahapannya secara seksama, dengan penekanan kepada ketegasan jawaban konseli yang rasional yang diawali dengan tahap pembukaan yang baik, yang meyakinkan konseli bahwa konselor bermaksud baik dan ingin membantu konseli memecahkan masalahnya. Wawancara sebaiknya dikendalikan agar tidak mengarah kepada respon konseli yang berlebihan atau berputar-putar dalam menceritakan masalahnya, karena konselor harus mempertimbangkan waktu termasuk lamanya ia merespon. Semua tahapan hendaknya tidak terlalu lama dan jangan pula terlalu singkat/ cepat melompat ke tahap berikutnya sehingga konseli merasa tertekan dan segera memutuskan hubungan komunikasi.
b.    Interpretasi Tes
Lahirnya interpretasi tes adalah sesudah munculnya konseling karir trait and factor. Konsep utama dari pendekatan tes ini dapat memprediksi karir di masa depan agar sesuai (mencapai kesuksesan dan kepuasan) dan membuat konseli berpikir rasional untuk memilih karir. Pertama, ketika konseling karir client centered muncul, bagaimanapun buaian yang mengayun jauh berasal dari interpretasi tes untuk fokus saat pihak vokasional sedang membuat keputusan, dan ayunan jauhnya tidak cukup besar. Kedua, konseling karir psychodinamic dan behavioral sebagian besar melakukan tes atau menggunakan gelombang yang unik  (Crites, 1974a). Ukuran konsep inti, yaitu kematangan karir, bukan seperti biasanya yang selalu ada. Selain itu, bertambahnya petunjuk terakumulasi pada saat janji awal bahwa tes tidak disadari; prediksi kebenaran menunda banyak keinginan (Bloom, 1964; Ghiselli, 1966; Holland & Lutz, 1967). Hasil tes akan mengecewakan konselor bila mereka melakukan konseling berlebih-lebihan dan bagi mereka itu tidak ada gunanya dan sangat tidak tepat. Peran tes dalam konseling karir komprehensif, tidak hanya dalam masalah konseptual, tetapi tes ini juga memberikan konseling karir model dan metode baru untuk menggabungan dengan diagnosis, proses, dan hasil sehingga sanggup membantu konseli dalam mengatasi masalah dalam membuat keputusan karir.
Hal yang khusus saat membuat keputusan diagnosis yang benar, ketika konseli dan konselor secara sistematis menganalisis masalah apapun dapat diidentifikasi dan membuat pilihan. Untuk menjelaskan hal yang berbeda dalam mendiagnosis konseli dalam membuat keputusan seharusnya diagnosis dinamis itu individu yang dapat menuruti kata hatinya dalam membuat keputusan.
Nilai tidak terletak pada hasil jangka pendek namun untuk memudahkan proses konseling karir harus terus menerus, tetapi  tujuan jangka panjang adalah ingatan dan pemahaman. Bukti penelitian dapat dipercaya bahwa dalam setiap hasil tes tradisional menafsirkan hasil yang berubah atau terlupakan oleh konseli.
Asumsi interpretasi tes mencapai valensi penting dalam pencapaian hasil konseling karir. Sehingga menyediakan informasi yang relevan untuk konseli dalam membuat karir spesifik; model kecakapan keputusan dan bagaimana itu dapat memecahkan masalah dan dapat menyesuaikan diri secara lebih baik lagi dan pemahaman diri yang lebih besar sehingga dapat mengakibatkan rasa kepercayaan diri dengan hasil yang lebih baik lagi.
c.       Informasi Pekerjaan
Informasi pekerjaan telah diterbitkan dalam jumlah yang besar, tetapi banyak konselor yang berpura-pura saja dalam memberikan informasi pekerjaan tersebut, mereka memberikan informasi tentang pekerjaan seperlunya namun tidak bisa menyemangati konseli.
Adanya proses/prinsip utama dalam memberikan informasi pekerjaan pada konseli. Pertama, konselor bisa memadukan penggunaan informasi dengan konseling karir, tetapi hal ini mempunyai kerugian ganda yang mengharuskan konselor untuk menjadi "ahli" daripada "teman bekerja sama" yang harus mengikuti perkembangan informasi tentang pekerjaan yang selalu berubah. Kedua, konseli dapat dibentuk dan dikuatkan oleh konselor dengan menyimpulkan informasi dari dalam maupun dari luar konseli. Ketiga, sistem informasi pekerjaan dengan menggunakan teknologi canggih (komputerisasi) (Super, 1970) yang akan bermanfaat bagi peningkatan konseling karir, yakni konseli menjadi akrab dengan dunia kerja dengan meminta komputer menyajikan tentang berbagai informasi kemungkinan karirnya.
3.     Materi
Materi yang umum digunakan dalam metode konseling karir komperehensif adalah kegiatan wawancara antara konselor dan konseli, termasuk kegiatan di dalamnya adalah interaksi dan tes, yang dimulai dari perkenalan data pribadi atau inisial sampai ke pertanyaan berikutnya. Metode yang digunakan dalam konseling karir komprehensif merupakan penggabungan dari kelima metode pendekatan sebelumnya yaitu client centered, behavioral, developmental, trait and factor, serta psychodynamic. Itu sebabnya menggunakan metode antara konseli dengan konselor, karena dalam penggabungan kelima pendekatan tersebut membutuhkan perpaduan teori dan praktek terbaik dan didukung oleh penelitian dan fakta. Dalam kegiatan konseling karir konferehensif ini terdiri dari diagnosis, proses dan hasil yang diperoleh. Sedangkan dalam metode (teknik) mencakup kegiatan wawancara, interpretasi tes, dan penggunaan informasi pekerjaan yang didiskusikan dalam interaksi konseli dan konselor, sampai tahap cara mengimplementasikannya.

a.      Diagnosis
Studi kasus yang dilakukan sebagai contoh adalah wawancara pada seorang yang bernama Karen yang bersekolah di tingkat atas. Permasalahan yang dikembangkan adalah mengenai pemilihan dan keputusan karir setelah ia bersekolah. Setelah perkenalan, wawancara, dan interaksi dari berbagai macam pertanyaan serta pengenalan bidang karir yang diperlukan, keputusan konseli tersebut adalah memilih untuk menjadi antara tenaga pengajar atau tenaga sosial. Ibunya adalah seorang tenaga pengajar atau guru dan ia menyukai pekerjaan yang dilakukan oleh ibunya tersebut, tapi di sisi lain ia lebih menyukai keberadaan sebagai pekerja sosial yang bergerak di bidang pemberian bantuan terhadap sesama di lingkungannya. Dalam pemilihan keputusan karir ini dirasakan sulit karena kedua macam pekerjaan itu adalah sama-sama baik dan berpengaruh terhadap lingkungan. Tetapi sebagai jalan alternatif, konselor memberi bantuan berupa perbandingan antara kedua macam pekerjaan tersebut kepada Karen sebagai konseli, karena pembuatan keputusan berada di tangan konseli. Konselor menggunakan diagnosis dinamika dan mewawancarai konseli berdasarkan pengalaman yang ia dapatkan di sekolah dan keluargnya. Konselor berperan besar dalam membimbing dan mengarahkan dalam penentuan keputusan karir konseli. Selain diagnosis dinamika, wawancara dan tes, konseli mampu menggambarkan tipe pekerjaan yang diminati dan berpengaruh berdasarkan pengalaman hidupnya. Konselor membantu konseli dalam menemukan konsep dirinya karena inventori kematangan karir sangat diperlukan. Melalui beberapa tes dan hasil tes yang didapatkan, ternyata tingkat kematangan konseli dalam pemilihan keputusan karir adalah rendah. Dan hasil yang diperoleh dari diagnosis dan wawancara tersebut adalah konseli belum bisa menetapkan keputusan pekerjaan yang akan ia pilih sebagai karir dalam hidupnya. Sehingga peran konselor lebih kepada pengarahan dan memberi gambaran dari beberapa macam pekerjaan yang akan  dipilih konseli, tetapi konseli diharapkan dapat belajar untuk mengambil keputusannya sendiri berdasarkan latar belakang permasalahan yang dihadapinya sehingga keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan pada masa sekarang dan yang akan datang.
b.     Proses
Ada beberapa tahap dalam proses karir konseling komprehensif, yaitu sebagai berikut.
1)      Eksplorasi masalah awal (screening dan wawancara awal). Tahap pertama ini memfokuskan pada diagnosis permasalahan individu. Proses ini juga membuka proses-proses yang kompleks untuk membangun komunikasi dan hubungan kerja yang efektif antara konseli dan konselor. Rasio bicara yng sehat antara konseli dan konselor adalah 50:50. Tapi, hendaknya kita juga mengutamakan kualitas bicara konseli di samping kuantitasnya.
Untuk memecahkan kekakuan tahap awal konseling ini di antaranya adalah dengan cara mengajukan pertanyaan terbuka mengenai hal-hal yang menurut konselor tidak dilihat sebagai penyebab masalah oleh konseli.
Contohnya dalam kasus Karen, ketika konseli menyebutkan bahwa dia tidak tahu mengenai dirinya, kemudian konselor bertanya “mengapa tidak tahu?” dan ditambah dengan pertanyaan “siapa yang akan mengetahui diri kamu jika bukan diri kamu sendiri?” dia menjawab bahwa biasanya dia menyandarkan ke-diri-annya kepada orang tuanya terutama ayahnya dan tidak kepada keunikan dirinya sendiri. Kemudian untuk menjaga tingkat kealamiahan hubungan wawancara konseli dan konselor, konselor bertanya : “maukah kamu saya bantu untuk mengetahui identitas diri kamu yang sebenarnya?” dia menjawab: “saya telah melakukannya tapi saya rasa tidak berhasil” konselor menjawab : “mungkin itu betul, tapi saya akan berupaya lebih untuk hal tersebut” akhirnya konseli menjawab “baiklah saya akan melakukannnya”. Dari sini masalah mulai tereksplorasi dan menuju pada  arah yang lebih jelas. Komunikasi terbuka, hubungan terbangun, kontak permulaan telah dimasuki. Inilah beberapa tujuan dari tahap pertama proses konseling karir.
2)      Klarifikasi masalah dan identifikasi orang terkait. Pihak paling awal yang berkontribusi atas permasalahan individu kebanyakan adalah keluarga. Dalam contoh di atas, Karen sebagai tokohnya, sangat dipengaruhi oleh ayahnya yang seorang pekrja keras dan berharap Karen akan sama dengan dirinya. Di sisi lain, ibunya berkepribadian sangat kekeluargaan yang mendahulukan karir di bidang pelayanan sosial. Dalam hal ini Karen mengalami keragu-raguan keputusan yang disebabkan kekonstanan sifat orang tuanya. Itu pula yang menyebabkan keraguan dalam keputusan karir. Ketika konselor mulai mengungkapkan hal ini, Karen bertanya : “lalu bagaimana caranya saya melepaskan diri dari bayang-bayang mereka?” dalam tahap ini, konseling mulai masuk pada tahap renegosiasi antara konseli dengan situasi yang mengikatnya selama ini dangan difasilitasi oleh konselor.
3)      Pembicaraan alternatif karir yang sesuai. Proses ketiga ini biasanya lebih membicarakan mengenai beragam pilihan karir yang sesuai dengan harapan konseli daripada dengan harapan orang tuanya. Mungkin pada awalnya konseli merasa berat, tapi justru di situ konseli secara bertahap akan lebih mengerti bahwa karir dan hidup dalah miliknya, bukan milik orang tuanya.
Di antara beberapa tes yang dilibatkan dalam proses  konseling karir dalam kasus Karen antara lain : Differential Apptitude Test, Holland Vocational Preference Inventory dan Career Maturity Inventory, serta menggambarkan efek orang tua pada pilihan karirnya. Tahap ketiga ini diakhiri dengan pengulangan pilihan karir yang prospektif dan terbuka cerah kemungkinannya bagi Karen.

c.       Hasil
Hasil dari proses konseling terhadap contoh kasus tersebut antara lain sebagai berikut.
1)      Meskipun tidak mencapai satu pilihan karir yang pasti, setidaknya Karen telah mempelajari penyebab mengapa ia sulit untuk menentukan pilihan karir.  Karen biasanya tidak berani mencoba kompromi antara harapan dan keinginan dirinya dengan keinginan orang tuanya atas sesuatu. Dengan proses konseling dia jadi lebih berani untuk berkompromi antara keinginannya dengan orang lain.
2)      Konseli mulai mengetahui identitas dirinya dengan lebih baik dan mampu mengkomunikasikan tentang konsep dirinya pada konselor.
3)      Konseli nampak lebih terarah dan lebih beradaptasi dalam proses konseling karir. Tidak hanya dalam penentuan karir tapi lebih percaya diri untuk menjalani hidupnya secara keseluruhan. Mengenai perbaikan pemilihan karir dan penyesuaian dirinya, keduanya tercakup dalam proses konseling karir kompherensif.


Referensi  :

Uman Suherman. (2013). Bimbingan dan Konseling Karir : Sepanjang Rentang Kehidupan. Bandung : Rizki Press.


Daftar Rujukan :
ABKIN. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta : ABKIN.

American School Counseling Association. (1996). Code of Ethic and Standard of Practice.

Cappelo, Richardo (2007). Konsep Bimbingan Karir. [Online]. Tersedia di : Farhanzen. Wordpress.com [29 Mei 2008].

Cavanagh, M.E. (1982). The Counseling Experience a Theoretical and Practice Approach. Monterey, California : Brooks/Cole Publishing Company.

Crites, John O. (1981). Career Counseling : Models, Methods, and Materials. New York : McGrawHill Book Company.

Djiwandono, Sri Esti W. (2005). Konseling dan Terapi (Dengan Anak dan Orang Tua). Jakarta : Grasindo

Drever, J. (1952). A Dictionary of Psychology. New York: Penguin Books.

e-psikologi. (2007). Psikologi Remaja. [Online]. Tersedia di: http://www.e-psikologi.com/remaja/130802.htm. [5 Agustus 2004].

Gysbers, N.C & Henderson, P. (2006). Developing & Managing: Your School Guidance and Counseling Program (Fourth Edition). USA: American Counseling Association.

Herr, E.L., Crammer, S.H. (1979). Career Guidance and Counseling Through the Life Span. Toronto: Little, Brown & Company.

Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan (terjemahan). Jakarta : Erlangga.

Kartadinata, S. (2002). “Paradigma Baru Bimbingan dan Konseling”. Makalah di sampaikan pada Konvensi IPBI di Lampung.

Keputusan Menteri P & K. (1994). Kurikulum Pendidikan Dasar (Pedoman BK Di SD). Depdikbud Dirjen Dikdasmen.

Makmun, A.S. (1996). Psikologi Kependidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Manrihu, M.T. (1992). Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir. Jakarta : Bumi Aksara.

Munandir. (1996). Program Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarta: Dikti Depdikbud.

Muro, J. J & Kottman, T. (1995). Guidance and Counseling in the Elementary and Middle Schools: A Practical Approach. Lowa: Wm. C. Brown Communication, Inc.

Nurihsan, J. & Yusuf, S. (2006). Peranan Dosen sebagai Pembimbing Akademik (PA) Mahasiswa. Makalah: tidak diterbitkan.

Osipow, S.H. (1983). Theories of Career Development. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Santrock, J. (1995). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Sciarra, D.T. (2004). School Counseling : Foundations and Contemporary Issues. Canada : Thomson Brooks/Cole.

Sharf, R. S. (1992). Applying Career Development Theory to Counseling. California: Brooks/Cole Publishing Company.

Shertzer, B. and Stone, S.C. (1980). Fundamental of Counseling. Boston : Houghton Mifflin Company.

Surya, M. (1988). Dasar-dasar Konseling pendidikan (Konsep dan teori). Bandung : Bhakti Winaya.

Suherman AS.,Uman, (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.

Suherman AS., Uman, dkk (2007), Pengembangan Karir Mahasiswa di Perguruan Tinggi, Program Unggulan Jurusan PPB FIP UPI.

Whiston, S.C. (2000). Principles and Application of Assessment in Counseling. United States : Brooks/Cole.

Winkel, W.S. (1997). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Yusuf LN, S. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Rosdakarya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penguatan Integrasi Pendidikan

PENGUATAN INTEGRASI PENDIDIKAN DALAM ERA DISUPSI Oleh :  Asep Rohiman Lesmana, M.Pd. Pendidikan merupakan suatu entitas yang s...