Selasa, 21 April 2020

Pendekatan Konseling Karir Perkembangan


Pendekatan Konseling Karir Perkembangan

Oleh :
Iman Lesmana

Konseling karir perkembangan (Developmental career counseling) menekankan pada  hubungan kematangan karir seseorang dengan masalah pembuatan keputusan suatu tindakan yang disampaikan konseli dalam konseling karir.
Konseling karir perkembangan berada pada jajaran karir perkembangan secara umum, dari permasalahan sederhana sampai pada permasalahan yang kompleks. Komunikasi dan hubungan merupakan dua bentuk perkembangan karir pada umumnya. Perkembangan karir terjalin dengan berbagai segi perkembangan, seperti personal dan sosial, sehingga intervensi dalam perkembangan karir konseli dapat memiliki pengaruh pada proses perkembangan keluarganya bagitupun sebaliknya. Jadi, pendekatan perkembangan memberikan dimensi waktu pada konseling karir dan kemungkinan seluruh perubahan dalam perilaku, termasuk  vokasional, personal, atau sosial, yang dapat terjadi sepanjang dimensi waktu.
1.      Model
Bergabungnya beberapa aliran konseptual pada bidang konseling karir memberikan peranan teori dasar pada pendekatan karir perkembangan untuk membantu konseli  dalam menentukan keputusan karir yang diambil. Donald E. Super adalah orang terkemuka di antara pencetus pandangan ini, dan diakui sebagai bapak bidang ini, dia yang merumuskan persepsi dan prinsip–prinsip konseling karir perkembangan sejak 1940-an. Pada waktu itu ketika orientasi trait and factor masih menjadi hal yang utama, dia mengadopsi skema tahapan hidup (life-stage schema) Beuhler (1933) untuk analisis perilaku karir yang dimuat dalam bukunya “The Dynamic of Vocational Adjustment” (1942). Super dianggap sebagai “cornerstone of vocational guidance”. Tentu saja pada volume monumentalnya “Appraising Vocatioal Fitness” (1949), komitmen yang sudah berjalan lama untuk pengembangan filosofi dan melahirkan teorinya yaitu self-concept. Ini adalah bukti nyata yang dirangkumnya dalam “Nature of Interest”, dia mengajukan bahwa : “Minat merupakan hasil interaksi antara faktor–faktor saraf  dan endokrin genetis, di samping kesempatan dan penilaian sosial” (p. 420). Super kemudian mengelaborasikan peranannya dalam pembentukan minat dan memproyeksikan proses-proses ini melalui rangkaian pengembangan dengan menggambarkan kristalisasi pola – pola minat selama masa semaja.
Super (1957) mengatakan bahwa orientasi karir seharusnya dimulai sejak awal dan diteruskan sampai pensiun dari dunia kerja. Dia melihat pengembangan karir sebagai rangkaian kesatuan “coterminal” dengan konseling karir perkembangan yang berkelanjutan. Dia menyamakan hubungan antara konselor dan konseli dalam konseling karir sebagai hubungan antara orang orang yang memiliki gelar dokter dan pengacara; mereka memiliki ke-kontinuitas-an dalam waktu yang cukup lama. Gambaran ini terlihat  pada pengalaman masa lalu dan harapan masa yang akan datang, yang dipusatkan pada karir perkembangan. Sebuah ilustrasi:
Konselor harus dapat menyelidiki apa pola pendidikan dan vokasional karir konseli dahulu, proyeksi apa yang disarankan yang dapat menjadi bekal kemudian baginya, apa karir berikutnya diantara beberapa karir yang mirip dengan karir terdahulu klien, bagaimana sumber – sumber yang ada pada diri dan lingkungannya yang diharapkan membuat kariernya berkembang (melonjak) dari norma, dan apa yang dapat dilakukan dia bersama konseli untuk membawa dan melahirkan sumber – sumber yang lain agar dapat meningkatkan prospeknya (Super, 1967, p. 320).

             Selengkapnya pada pertimbangan ini adalah sebuah model konseling karir perkembangan yang didasarkan pada konsep–konsep diagnosis, proses – proses, dan hasil yang jelas.
a.      Diagnosis
            Super (1957a) menggunakan istilah appraisal di samping diagnosis, pada dasarnya hal ini adalah sama. Super menggambarkan tiga jenis appraisal yang memfokuskan pada potensi–potensi konseli dibandingkan dengan masalah–masalahnya (Witryol & Boly, 1954) :
1)      Perkiraan masalah (Problem appraisal). Pengalaman sulit dan dugaan-dugaan konseli terhadap konseling karir dinilai (dipertimbangkan), sebanyak di pendekatan psikodinamik, barangkali menggunakan beberapa sistem klasifikasi seperti Bordin (1956), meskipun Super tidak mendiskusikan konsep diagnosis yang digunakannya.
2)      Perkiraan pribadi (Personal appraisal). Keadaan psikologis  konseli didapatkan
dari variasi demografis, psikometrik, dan data sosial, mirip dengan yang disebut studi kasus klinis (Darley, 1940).
3)      Perkiraan prognostik (Prognostic appraisal). Sebagaian besar didasarkan pada personal appraisal, perkiraan–perkiraan kemungkinan konseli sukses dan merasa puas – dua komponen prinsip penyesuaian karir yang dibuat oleh Crites (1969).
Salah satu cara untuk memahami apa yang akan dilakukan seseorang di masa mendatang adalah untuk memahami apa yang telah dilakukannya di masa lalu. Hal ini memberikan postulat bahwa satu cara untuk memahami apa yang dia telah lakukan di masa lalu adalah untuk menganalisis rangkaian kejadian dan perkembangan perilaku supaya mengetahui dengan pasti kejadian yang terulang dan menggarisbawahi kecenderungan arah gejala (Super, 1954, p. 13).
Secara keseluruhan proses ini adalah mengumpulkan data dan membuat perkiraan–perkiraan (appraisal). Konseli adalah partisipan aktif dalam menghitung dan memprediksi perkembangan karirnya. Super (1957b, p. 307) menyatakan bahwa “Appraisal terbaik dibuat secara kolektif” dan konselor “membagi hasil appraisal–nya dengan konseli” terdapat usaha perlindungan terhadap kesimpulan yang salah (Super, 1957a, p. 158): reaksi konseli terhadap data dan tafsiran konselor yang bersifat sementara (sering diletakkan pada bentuk pertanyaan yang dimulai dengan “could that mean….” Atau “dapatkah itu berarti ….”) memberikan koreksi dengan baik terhadap kemungkinan prasangka konselor sendiri.” (Super, 1949, pp. 536 - 540). Dengan melibatkan konseli dalam proses appraisal, Super memecahkan dilema dengan jelas, yang bersikap bertentangan dengan teori client centered untuk asumsi konselor dan penilaian sikap, apakah pada diagnosis atau tidak. Konselor tidak lagi hanya bertanggung jawab pada proses appraisal. Mengesahkan dan menguraikan perspektif tersebut senada dengan yang diusulkan oleh Tyler (1953, p. 103), Super (1957a, p. 156) bahwa :  hal tersebut sebagai cara tindakan sehingga konseli dengan sepenuhnya berkeinginan mengambil konsekuensi, mendorong ke arah suatu tujuan yang didasarkan pada penilaian kerja sama realistis dari berbagai faktor yang terlibat (kalimat yang dicetak miring merupakan lampiran atau suplemen tambahan Super untuk Tyler). Jadi, dalam konseling karir perkembangan, sebagaimana rumusan utama Super tetapi secara luas diterima dan disaring oleh orang lain, appraisal memainkan peranan utama dalam “getting to know” konseli, hipotesis dari data sejarah atau cerita hidup dan keterikatan aktifnya secara personal dalam proses appraisal.
Pertama, personal appraisal, yaitu gambaran seseorang dalam hal atau bidang status psikilogis, sosiologis, dan ukuran fisiknya. Aspek ini terdiri atas :
            Present Status and Functioning, yakni :
1)      bagaimana seseorang bertahan pada berbagai dimensi atau keadaan yang bersangkutan? Bakat umum dan khusus apa yang dimiliki? Minat? Karakteristik personal? Sikap? Latar belakang pendidikan dan prestasi? Status sosio ekonomi?
2)      agaimana seseorang menyesuaikan diri pada berbagai aspek (segi) atau daerah dari lingkungan fisik dan psikologinya? Apa konsep pribadinya atau “self-concept”nya? Apa sifat dasar dan kualitas sifat pribadinya ketika berhubungan dengan teman sebaya? Keluarga? Guru–guru? Atasan dan bawahan? Otoritas umum (pegawai andministrasi, polisi)? Apa tingkatan umumnya dalam menyesuaikan diri?  Integrasi kepribadian? Apa mekanisme penyesuaian utamanya?
Developmental history, yakni :
1)      apakah seseorang memiliki penyakit fisik khusus yang mempengaruhi perkembangan psikososial atau yang ditinggalkan seseorang dengan ketidakmampuan dan rintangan khusus?
2)      apa latar belakang keluarga orang tersebut?
3)      minat–minat dan kemampuan–kemampuan terdahulu (hobi, olah raga, organisasi, dan sebagainya)?
4)      pilihan vokasional dan rencana–rencana terdahulu (vokasional atau pekerjaan yang lebih dipilih, umur saat menentukan pilihan pertama, …. untuk pilihan, kebimbangan)?
5)      prestasi dan penyesuaian sekolah (angka atau nilai, sikap terhadap sekolah, mata pelajaran yang paling disukai dan tidak disukai, guru favorit, dan sebagainya)?
Kedua, problem appraisal, yaitu pengenalan masalah seseorang; taksiran atau penilaian kekuatan sebagaimana kelemahan, sebagai contoh, motivasi untuk mengubah diri atau mengambil tanggung jawab untuk solusi atau pemecahan masalah, kemampuan menyesuaikan diri dan fleksibilitas, ketenangan hati dan rasa humor, perilaku yang bersifat membangun dan integratif.
            Vocational problems, yakni :
1)      klasifikasinya berdasarkan pada satu sistem diagnostik yang ada saat ini.
2)      menilai pemikiran seseorang pada bidang vokasional (meliputi bagaimana proses seseorang membuat keputusan)? Bagaimana seseorang merasakan jabatan, kedudukan, atau pekerjaannya – ketika berakhir pada diri mereka sendiri atau ketika berakhir pada diri orang lain? Bagaimana seseorang beralasan atau berargumen terhadap masalah yang berhubungan dengan pilihan kejuruan?
3)      menghitung apakah masalah vokasional seseorang datang karena ketidak dewasaan atau ketidakmampuan beradaptasi. Apakah seseorang hanya tidak mengetahui bagaimana memilih okupasi, atau seseorang merasa cukup bertentangan bahwa ia tidak bisa membuat tanggapan yang sesuai?
            Factors related to vocational problems, yakni :  
1)      bagian apa yang dimainkan keluarga seseorang pada masalah pilihannya?
2)      apa hubungan kepribadiannya dengan masalah pilihan?
3)      apa faktor lain yang relevan, seperti finansial, wajib militer, rencana menikah, prestasi akademik?
Ketiga, prognostic appraisal, yakni perkiraan tentang perilaku seseorang di masa datang dalam konseling atau vokasional.
            Vocational counseling, terdiri atas :  
1)      Motivasi : Bagaimana seseorang merespon konseling dengan baik? Akankah seseorang tetap pada masalahnya atau dia ingin konselor memecahkan masalahnya? Mengapa seseorang mendaftar atau bergabung untuk konsultasi? Apa harapan seseorang tersebut?
2)      Perilaku ketika wawancara :Bagaimana konseli akan merespon secara verbal? Akankah seseorang berbicara dengan siap atau tidak? Bagaimana seseorang berhubungan dengan konselor? Akankah seseorang menjadi bergantung, agresif, menyendiri, dan sebagainya?
3)      Tujuan dan rencana konseling : Apa yang dapat dicapai dengan orang ini? Akankah konselor hanya memberi tes dan informasi pekerjaan, atau akankah mencoba untuk berpikir pada masalah vokasional dengan orang tersebut? Akankah konselor memfokuskan hanya pada masalah pilihan khusus seseorang, atau akankah dia membantunya belajar bagaimana memecahkan masalah – masalah vokasional yang lain yang mungkin ditemukan pada masa mendatang? Dapatkah konseling vokasional berlangsung secara alami, atau akankah penyesuaian konseling pribadi mendahului suatu pertimbangan masalah vokasional seseorang? Bagaimana konseling yang terbaik dapat diimplementasikan? Teknik apa yang seharusnya digunakan?
            Vocational adjusment, terdiri atas :
1)      Kesuksesan: vokasi mana yang menjadi batas kemampuan seseorang?
2)      Kepuasan: Pada vokasi mana konseli dapat menemukan kepuasan? Masalah kepribadian apa yang sesuai untuk melakukan pekerjaan tertentu, bekerja sama dengan orang lain, menyesuaikan dengan kondisi fisik pekerjaan, dan merealisasikan aspirasi dan tujuannya (penghargaan material, pengakuan, harga diri, dan lain - lain)?
3)      Ketidaktentuan: Faktor – faktor apa yang diketahui baik memfasilitasi atau menghambat penyesuaian vokasional seseorang dimasa datang jika hal itu terjadi?
b.     Proses
Keberadaan konseling karir perkembangan mengikuti spektrum perkembangan karir yang lebih luas yang  berlangsung antara konseli dan konselor. Pertama, konselor harus menentukan tahap karir hidup (life career stage) konseli dan menilai derajat tingkat kematangan karirnya (Super, 1955). Jika karir konseli secara relatif belum matang di dalam perilaku karirnya, seperti ketika dibandingkan dengan usianya (Super & Overstreet,1960), kemudian konseling karir perkembangan berkonsentrasi pada orientasi dan eksplorasi terlebih dahulu sebelum pengambilan keputusan dan kenyataan di dalam makrokosmos perkembangan karir konseli.
 Bekerja sama dengan konseli yang telah matang di dalam pemilihan karir merupakan proses utama yang umum dikenal di dalam konseling. Membantu dia untuk meninjau ulang, dan mencari identitas diri dan situasi sekitarnya, akan memungkinkan konseli untuk menggambarkan beragam pilihan karir (Super & Overstreet, 1960).
Untuk menentukan secara obyektif tahap perkembangan karir konseli, Crites(1971;1978) telah membuat konstruk Career Maturity Inventory (CMI), sebagai bagian dari studi longitudinal kematangan karir konseli. CMI terdiri atas dua bagian, masing-masing bagian memiliki segi masalah yang berbeda dalam perkembangan karirnya, yaitu skala sikap dan tes kemampuan. Skala sikap di antaranya: 1) keterlibatan (involvement); 2)  kebebasan (independence); 3) orientasi (orientation);             4) ketegasan (decisiveness); dan 5) kompromi (compromise). Tes kemampuan mengukur aspek kognitif  di antaranya : 1) penilaian diri; 2) informasi pekerjaan; 3) seleksi kelulusan; 4) perencanaan karir;  dan 5) memecahkan masalah.

c.       Hasil
Sasaran yang ingin dicapai oleh konseling karir perkembangan adalah memudahkan   pengembangan   karir  konseli.    Konseli    diharapkan mampu   meningkatkan   kesadaran    akan   dunia    pekerjaan,    mampu    memilih   dan
menerapkan keputusan pemilihan karir.
2.      Metode
            Banyak model tentang konseling karir perkembangan yang mencerminkan suatu pengintegrasian dari kata benda dan konseptual yang berbeda penekanannya. Begitu juga, metode dari pendekatan ini adalah suatu prosedur sintesis yang berbeda yang telah digambarkan oleh Super et al. dari pendekatan trait and factor dan client centered, walaupun pengaruh dari prinsip perkembangan juga nyata sintesis itu lebih dari suatu eclecticism dangkal yang mengikuti  teori konseling karir Super (1951) sebagai pemberian informasi dan terapi individu. Dasar pemikirannya bahwa orang-orang berada di antara rasional dan emosional. Oleh karena itu, "konseling vokasional merupakan kombinasi keduanya,dimana di antara keduanya sangat ekstrim”.  Sehingga konseling karir perkembangan harus memadukan antara keduanya.
a.      Teknik wawancara
Super memandang dalam konseling karir seperti berhadapan antara aspek rasional dan emosional dalam eksplorasi diri, pembuatan keputusan, dan tes realitas. Super menetapkan jika teknik mewawancarai konsisten dan sesuai, perlu terjadi siklus sebagaimana yang diuraikan berikut.
1)      Eksplorasi masalah dan cara menjelaskan konsep diri secara nondirektif.
2)      Setting topik bersifat direktif untuk eksplorasi lebih lanjut.
3)      Nondirektif  dan klarifikasi untuk merasakan penerimaan diri dan pemahaman diri secara mendalam.
4)      Eksplorasi secara direktif tentang  data  berdasarkan  fakta  dari  tes,  pamflet vokasional, pengalaman ekstrakurikuler, kelas, dan lain  lain  untuk
untuk tes realistis.
5)      Eksplorasi nondirektif untuk pembahasan sikap dan perasaan berdasarkan konstruk reality testing.
6)      Pertimbangan nondirektif dari bentuk tindakan yang mungkin untuk  membantu dalam pengambilan keputusan.
Kilby (1949) telah menguraikan suatu urutan yang serupa dalam penggunaan teknik wawancara direktif dan nondirektif di dalam konseling karir. Esensi pendekatan siklus ini adalah untuk menjawab secara direktif isi pernyataan konseli dan nondirektif untuk mengungkapkan perasaan konseli. Konselor membolak-balik hasil mencakup kategori respon, refleksi, klarifikasi, ringkasan, penafsiran, dan konfrontasi baru.
b.     Interpretasi Tes
Interpretasi tes yang dilakukan oleh konselor adalah dengan bahasa verbal, diharapkan konseli mampu memberikan tanggapan dan dengan intim dilibatkan memilih, mengambil, dan menginterpretasikan tes tersebut.
Kekuatan pendorong penggunaan tes di dalam konseling karir perkembangan adalah untuk memaksimalkan penilaian dalam pengambilan keputusan dengan 1) mengatur perbedaan karir; dan   2) mengikutsertakan konseli ke dalam tiap-tiap tahap proses konseling karir.
c.       Informasi Pekerjaan
Untuk menginformasikan kepada konseli tentang struktur dunia pekerjaan, tugas-tugas pekerjaan, dan peluang ketenagakerjaan, jenis informasi karir tradisional dapat diperkenalkan melalui brosur, pamflet, atau volume vokasional. Kebanyakan informasi untuk konseling karir perkembangan  adalah uraian pola karir. Super (1951) mengamati bahwa sedikitnya ada enam macam data deskriptif yang diperlukan menyangkut pola karir untuk konseling karir perkembangan, yaitu :
1)      apakah yang merupakan masukan khas dan antara perkembangan karir seseorang?
2)       apakah perluasan karir seseorang ada hubungannya dengan status sosial-ekonomi orang dewasa?
3)      seperti apakah garis perkembangan karir orang dewasa?
4)      faktor apa yang mempengaruhi tingkatan dan arah perkembangan karir?
5)      apakah kesempatan, kepemilikan, nilai-nilai, dan karakteristik kepribadian berhubungan dengan tingkat dan arah karir?
6)      apakah kesempatan, kepemilikan, nilai-nilai, dan karakteristik kepribadian orang tua berhubungan dengan tingkatan dan arah karir seseorang?
3.      Materi
Pada dasarnya upaya mengatasi masalah utama konseli dalam konseling karir perkembangan dilakukan dalam rentang beberapa tahun. Sayangnya ini jarang dilakukan oleh para konselor untuk terus berkomunikasi dan menggali terus kondisi konseli, sehingga profil konseli tidak tereksplorasi. Pilihan individu yang menunjukkan perkembangan konseling karir, dilakukan sejak sekolah menengah, lalu dilanjutkan bagaimana perkembangannya di SMA. Seorang konseli bernama Susan Ghotam, dan dia bercerita mengenai konseling karirnya dari SMA sampai sekarang secara periodik ditulis mengenai apa yang dia lakukan dan bagaimana merasakan hidupnya. 
a.      Diagnosis
Ketika Susan pertama kali berada di pusat konseling perguruan tinggi dia harus berjuang dalam memilih jurusan. Dia dikonseling untuk segera memilih jurusan apa yang akan diambil, dan dia menjadi sangat khawatir untuk membuat keputusan. Susan megalami konflik hebat untuk memilih karir atau menjadi ibu rumah tangga. Berdasarkan catatan dari konselor di SMU-nya dahulu, berdasarkan tes kecakapan dan minatnya, mengindikasikan bahwa dia memiliki kecakapan dalam pelajaran yang tinggi dan memiliki minat yang besar dalam pelajaran, diharapkan oleh orang tuanya untuk menjadi ibu rumah tangga tanpa ada komitmen karir, walaupun dia didukung untuk melanjutkan ke perguruan tinggi untuk mendapatkan pendidikan yang bebas dan menemukan suami. Susan bingung karena dia ingin meningkatkan kemampuan dan potensinya. Konselor menginterpretasikan ini sebagai dilema yang tidak biasa untuk seorang permepuan muda dan cerdas, karena di satu sisi dia matang dalam proses pemilihan karier, tapi di  sisi lain dia dituntut untuk menikah dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan wanita.
Diagnosis masalah pilihan Susan, berdasarkan keterangan konselornya terdahulu wawancara dengannya, bahwa dia tidak dapat memecahkan masalahnya, menikah atau karier. Di tambah dengan Career Maturity Inventory yang mana Susan wawancara yang kedua kalinya, mengikuti diskusi sikap dan kompetensi pembuatan keputusan karir, dan California Psychological Inventory yang mana untuk pengertian karakteristik pribadi. Hasil dari inventori tersebut mengkonfirmasikan dan menyampaikan diagnosis konselor. Pada CMI, nilai Susan di atas rata-rata, kecuali subtes seleksi tujuan pada deretan kompetensi. Pada skala sikap, dia mendapat 95 persen. Pada hal tersebut dia menguasai kunci “immature direction“ menyatakan dua kecenderungan. Satu merefleksikan konflik keputusan, tidak mampu untuk memilih antara rumah dan karier, dan yang lain lebih condong untuk mengandalkan pada hal yang tidak biasa, yaitu kesempatan untuk mencoba-coba untuk kembali memecahkan masalah pemilihan untuknya. Aspek kematangan karir dia menghubungkan dengan perkembangan kepribadian yang dinilai oleh CPI. Profil Susan mengalami peningkatan, karena memiliki nilai efisiensi intelektual yang tinggi, substansinya peningkatan wawancara konselor secara umum orang yang dapat menyesuaikan dengan baik yang memilki intelektual. Hal yang menonjol padanya yaitu penyesuaian sosial dan dominasi, intinya adalah keinginan untuk mengakomodasi untuk menghormati sosial. Dalam hal ini dengan bagian yang luas pada masalah pemilihan. Dia mengalami kesulitan yang ekstrim dalam mengatakan apa yang dia katakan dan mengambil risiko  mengasingkan atau menerima kritik dari orang lain. Dia ingin berkarie, tapi yang lain menginginkan Susan untuk di rumah. Konsekuensinya konflik dan tidak bisa memutuskan.

b.     Proses
Implikasi perkembangan dan terapi dari diagnosis begitu kompleks. Semua dimensi pada proses pemilihan karir, yang telah dinilai oleh CMI, Susan relatif matang, tapi satu dimensi pemilihan karir, dia belum matang, karena dia tidak memilih jurusan pada perguruan tinggi yang dihadapkan oleh tugas perkembangan karir. Dari karakter kepribadian yang telah diukur oleh CPI, konselor menyimpulkan bahwa susan mengalami kotra trends dalam perkembanagn karir. Pendekatannya pada hidup untuk kehidupan tanp membedakan orang atau masyarakat. Berdasarkan pada mekanisme penolakan yang kuat yang hampir menghalangi pembuatan keputusan penting yang negatif untuk memilih bertindak. Ujung dari tidak bisa membuat keputusan dari ketidakmampuannya untuk mengatakan tidak pada pilihan lain satu pun. Untuk menilai cara Susan dalam membedakan secara umum kecenderungan respon mengatakan ya pada hipotesis yang dicapurtangani perkembangan kepribadiannya yang difasilitasi perkembangan karir dengan respek untuk memilih isi, yaitu menggunakan  diari keputusan harian. Hasilnya Susan mengalami antara pemilihan dan pemberian alternatif pilihan, dan skor mengindikasikan intra individual yang nyaris aneh pada minat dan nilai yang dianut Susan.
c.       Hasil
Dengan mengikuti konseling karir yang dilakukan secara periodik dan terus berkoresponden selama dua tahun, pada akhirnya dia tidak hanya dapat menceriatakan apa yang dia inginkan tapi juga dapat mengatak tidak ketika dia merasa tidak sesuai dengan pendapat lain., tanpa rasa takut atau kalah. Pada akhir wawancara dia memutuskan untuk kuliah dan berkarir pada masa yang akan datang, yang mana dia akan menggabungkan dengan pekerjaan rumah tapi dia tetap mengejar karir yang bagus, minat pada akademik, pendidikan jasmani dan psikologi. Secara akademik dia mampu untuk mengambil dua jurusan  yaitu pendidikan jasmani dan psikologi. Sia menemukan pekerjaan yang menentang pada bidangnya. Dia tidak kesulitan dalam menemukan posisi untuk menyukai dan menulis bahwa dia menikmati pekerjaannya. Dia juga melaporkan bahwa dia merasa hubungan interpersonalnya lebih kooperatif dan adil dan dia juga sering berdiskusi dengan orang lain. Dari semua ini, kita melihat pertemuan antarakarir pada konseling karir dan perkembangan kepribadian yang berakhir pada pemilihan karir susan yang dapat mengubah pada kenyataan dengan kepuasan untuk dirinya sendiri dan keuntungan untuk sosial (Super, 1957b, p.197).
Keputusan yang telah dimiliki oleh individu terhadap suatu pekerjaan yang akan dipilihnya sangat besar pengaruhnya terhadap keselarasan hidupnya, baik ia sebagai anggota masyarakat atau pun sebagai individu. Pengambilan keputusan sangat berhubungan dengan periode antisipasi dan implementasi dan kedua periode itu merupakan sari dari pada perkembangan pekerjaan. Pengambilan keputusan ini dibagi kedalam dua periode, yaitu:

Pertama, periode antisipasi. Terdiri atas beberapa tahap, di antaranya:
1)      Tahap eksplorasi. Penjelajahan dan pengumpulan keterangan. Pada tahap ini seseorang mencoba mengukur dirinya sehubungan dengan tiap-tiap alternatif yang diperkirakan.
2)      Tahap kristalisasi. Setelah terjadi pengukuran diri sehubungan dengan sejumlah kemungkinan, maka terjadi pola dalam bentuk alternatif dan segala konsekuensinya yang disebut dengan kristalisasi.
3)      Tahap pemilihan. Dengan stabilnya kristalisasi, tahap pemilihan keputusana akan tepat. Pada tahap ini individu mulai mengorganisasi persiapan untuk memperlengkapi dan menyesuaikan terhadap pemilihan tersebut untuk masa mendatang.
4)      Tahap spesifikasi. Setelah tahap pemilihan maka segala tindakan dan perbuatan setelah didasarkan atau diorientasikan kepada suatu keputusan yang akan diambil. Individu telah meneliti kesempatan yang lebih jauh.
Untuk membantu konseli di dalam membatasi pilihan karir yang tersedia, yang secara khusus terjadi di pertengahan langkah konseling karir perkembangan, dan paralel langkah kristalisasi di dalam karir perkembangan (Ginzberg et al., 1951). Konselor dapat menjawab dengan mensejajarkan, dengan demikian dapat disoroti yang diinginkan atau aspek yang tidak diinginkan dari karir yang berbeda.
Kedua, penetapan tujuan. Langkah terakhir di dalam proses konseling karir perkembangan, ketika konseli telah menetapkan tujuan karir dan perencanaan bagaimana cara mencapainya, konselor dapat mempercayai semakin banyak menyampaikan pernyataan untuk memudahkan implementasi pilihan karir.
Dua teknik wawancara lain yang tersedia untuk konselor dalam konseling karir perkembangan adalah autobiografi karir dan keputusan harian. Untuk memperoleh pemahaman bagaimana konseli telah buat keputusan di masa lalu. Suatu autobiografi karir dapat bermanfaat tidak hanya sebagai tinjauan ulang untuk konseli tersebut. tetapi juga sebagai katalisator untuk diskusi sepanjang wawancara. autobiografi menceriterakan seperti  aneka pilihan utama kurikulum sekolah menengah (perguruan tinggi berkenaan dengan persiapan, kepribadian, seni industri, dan sebagainya) seperti halnya pemilihan perguruan tinggi, pelatihan post-high-school, pengalaman pekerjaan setengah hari, dan keputusan hidup lainnya.


Referensi  :

Uman Suherman. (2013). Bimbingan dan Konseling Karir : Sepanjang Rentang Kehidupan. Bandung : Rizki Press.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penguatan Integrasi Pendidikan

PENGUATAN INTEGRASI PENDIDIKAN DALAM ERA DISUPSI Oleh :  Asep Rohiman Lesmana, M.Pd. Pendidikan merupakan suatu entitas yang s...