Pendekatan Konseling Karir Perkembangan
Oleh :
Iman Lesmana
Konseling karir perkembangan (Developmental career
counseling) menekankan pada hubungan
kematangan karir seseorang dengan masalah pembuatan keputusan suatu tindakan
yang disampaikan konseli dalam konseling karir.
Konseling karir perkembangan berada pada jajaran karir
perkembangan secara umum, dari permasalahan sederhana sampai pada permasalahan
yang kompleks. Komunikasi dan hubungan merupakan dua bentuk perkembangan karir
pada umumnya. Perkembangan karir terjalin dengan berbagai segi perkembangan,
seperti personal dan sosial, sehingga intervensi dalam perkembangan karir
konseli dapat memiliki pengaruh pada proses perkembangan keluarganya bagitupun
sebaliknya. Jadi, pendekatan perkembangan memberikan dimensi waktu pada
konseling karir dan kemungkinan seluruh perubahan dalam perilaku, termasuk vokasional, personal, atau sosial, yang dapat
terjadi sepanjang dimensi waktu.
1.
Model
Bergabungnya beberapa aliran konseptual pada bidang
konseling karir memberikan peranan teori dasar pada pendekatan karir
perkembangan untuk membantu konseli
dalam menentukan keputusan karir yang diambil. Donald E. Super adalah
orang terkemuka di antara pencetus pandangan ini, dan diakui sebagai bapak
bidang ini, dia yang merumuskan persepsi dan prinsip–prinsip konseling karir
perkembangan sejak 1940-an. Pada waktu itu ketika orientasi trait and
factor masih menjadi hal yang utama, dia mengadopsi skema tahapan hidup (life-stage
schema) Beuhler (1933) untuk analisis perilaku karir yang dimuat dalam
bukunya “The Dynamic of Vocational Adjustment” (1942). Super dianggap
sebagai “cornerstone of vocational guidance”. Tentu saja pada volume
monumentalnya “Appraising Vocatioal Fitness” (1949), komitmen yang sudah
berjalan lama untuk pengembangan filosofi dan melahirkan teorinya yaitu self-concept.
Ini adalah bukti nyata yang dirangkumnya dalam “Nature of Interest”, dia
mengajukan bahwa : “Minat merupakan hasil interaksi antara faktor–faktor
saraf dan endokrin genetis, di samping
kesempatan dan penilaian sosial” (p. 420). Super kemudian mengelaborasikan
peranannya dalam pembentukan minat dan memproyeksikan proses-proses ini melalui
rangkaian pengembangan dengan menggambarkan kristalisasi pola – pola minat
selama masa semaja.
Super (1957) mengatakan bahwa orientasi karir seharusnya
dimulai sejak awal dan diteruskan sampai pensiun dari dunia kerja. Dia melihat
pengembangan karir sebagai rangkaian kesatuan “coterminal” dengan
konseling karir perkembangan yang berkelanjutan. Dia menyamakan hubungan antara
konselor dan konseli dalam konseling karir sebagai hubungan antara orang orang
yang memiliki gelar dokter dan pengacara; mereka memiliki ke-kontinuitas-an
dalam waktu yang cukup lama. Gambaran ini terlihat pada pengalaman masa lalu dan harapan masa
yang akan datang, yang dipusatkan pada karir perkembangan. Sebuah ilustrasi:
Konselor harus dapat menyelidiki apa pola pendidikan dan
vokasional karir konseli dahulu, proyeksi apa yang disarankan yang dapat
menjadi bekal kemudian baginya, apa karir berikutnya diantara beberapa karir
yang mirip dengan karir terdahulu klien, bagaimana sumber – sumber yang ada
pada diri dan lingkungannya yang diharapkan membuat kariernya berkembang (melonjak)
dari norma, dan apa yang dapat dilakukan dia bersama konseli untuk membawa dan
melahirkan sumber – sumber yang lain agar dapat meningkatkan prospeknya (Super,
1967, p. 320).
Selengkapnya
pada pertimbangan ini adalah sebuah model konseling karir perkembangan yang
didasarkan pada konsep–konsep diagnosis, proses – proses, dan hasil yang jelas.
a.
Diagnosis
Super (1957a) menggunakan
istilah appraisal di samping diagnosis, pada dasarnya hal ini adalah
sama. Super menggambarkan tiga jenis appraisal yang memfokuskan pada
potensi–potensi konseli dibandingkan dengan masalah–masalahnya (Witryol &
Boly, 1954) :
1)
Perkiraan masalah
(Problem appraisal). Pengalaman sulit
dan dugaan-dugaan konseli terhadap konseling karir dinilai (dipertimbangkan),
sebanyak di pendekatan psikodinamik, barangkali menggunakan beberapa sistem
klasifikasi seperti Bordin (1956), meskipun Super tidak mendiskusikan konsep
diagnosis yang digunakannya.
2)
Perkiraan pribadi
(Personal appraisal). Keadaan psikologis konseli didapatkan
dari variasi demografis, psikometrik, dan data sosial,
mirip dengan yang disebut studi kasus klinis (Darley, 1940).
3)
Perkiraan prognostik
(Prognostic appraisal). Sebagaian besar
didasarkan pada personal appraisal, perkiraan–perkiraan kemungkinan
konseli sukses dan merasa puas – dua komponen prinsip penyesuaian karir yang
dibuat oleh Crites (1969).
Salah satu cara untuk memahami apa yang akan dilakukan
seseorang di masa mendatang adalah untuk memahami apa yang telah dilakukannya
di masa lalu. Hal ini memberikan postulat bahwa satu cara untuk memahami apa
yang dia telah lakukan di masa lalu adalah untuk menganalisis rangkaian
kejadian dan perkembangan perilaku supaya mengetahui dengan pasti kejadian yang
terulang dan menggarisbawahi kecenderungan arah gejala (Super, 1954, p. 13).
Secara keseluruhan proses ini adalah mengumpulkan data
dan membuat perkiraan–perkiraan (appraisal). Konseli adalah partisipan
aktif dalam menghitung dan memprediksi perkembangan karirnya. Super (1957b, p.
307) menyatakan bahwa “Appraisal terbaik dibuat secara kolektif” dan
konselor “membagi hasil appraisal–nya dengan konseli” terdapat usaha
perlindungan terhadap kesimpulan yang salah (Super, 1957a, p. 158): reaksi
konseli terhadap data dan tafsiran konselor yang bersifat sementara (sering
diletakkan pada bentuk pertanyaan yang dimulai dengan “could that mean….”
Atau “dapatkah itu berarti ….”) memberikan koreksi dengan baik terhadap
kemungkinan prasangka konselor sendiri.” (Super, 1949, pp. 536 - 540). Dengan
melibatkan konseli dalam proses appraisal, Super memecahkan dilema
dengan jelas, yang bersikap bertentangan dengan teori client centered
untuk asumsi konselor dan penilaian sikap, apakah pada diagnosis atau tidak.
Konselor tidak lagi hanya bertanggung jawab pada proses appraisal.
Mengesahkan dan menguraikan perspektif tersebut senada dengan yang diusulkan
oleh Tyler (1953, p. 103), Super (1957a, p. 156) bahwa : hal tersebut sebagai cara tindakan sehingga
konseli dengan sepenuhnya berkeinginan mengambil konsekuensi, mendorong ke
arah suatu tujuan yang didasarkan pada penilaian kerja sama realistis dari
berbagai faktor yang terlibat (kalimat yang dicetak miring merupakan
lampiran atau suplemen tambahan Super untuk Tyler). Jadi, dalam konseling karir
perkembangan, sebagaimana rumusan utama Super tetapi secara luas diterima dan
disaring oleh orang lain, appraisal memainkan peranan utama dalam “getting
to know” konseli, hipotesis dari data sejarah atau cerita hidup dan
keterikatan aktifnya secara personal dalam proses appraisal.
Pertama, personal appraisal, yaitu gambaran seseorang dalam hal atau bidang status
psikilogis, sosiologis, dan ukuran fisiknya. Aspek ini terdiri atas :
Present
Status and Functioning, yakni :
1)
bagaimana seseorang
bertahan pada berbagai dimensi atau keadaan yang bersangkutan? Bakat umum dan
khusus apa yang dimiliki? Minat? Karakteristik personal? Sikap? Latar belakang
pendidikan dan prestasi? Status sosio ekonomi?
2)
agaimana seseorang
menyesuaikan diri pada berbagai aspek (segi) atau daerah dari lingkungan fisik dan
psikologinya? Apa konsep pribadinya atau “self-concept”nya? Apa sifat
dasar dan kualitas sifat pribadinya ketika berhubungan dengan teman sebaya?
Keluarga? Guru–guru? Atasan dan bawahan? Otoritas umum (pegawai andministrasi,
polisi)? Apa tingkatan umumnya dalam menyesuaikan diri? Integrasi kepribadian? Apa mekanisme
penyesuaian utamanya?
Developmental history, yakni :
1)
apakah seseorang
memiliki penyakit fisik khusus yang mempengaruhi perkembangan psikososial atau
yang ditinggalkan seseorang dengan ketidakmampuan dan rintangan khusus?
2)
apa latar belakang
keluarga orang tersebut?
3)
minat–minat dan
kemampuan–kemampuan terdahulu (hobi, olah raga, organisasi, dan sebagainya)?
4)
pilihan vokasional
dan rencana–rencana terdahulu (vokasional atau pekerjaan yang lebih dipilih,
umur saat menentukan pilihan pertama, …. untuk pilihan, kebimbangan)?
5)
prestasi dan
penyesuaian sekolah (angka atau nilai, sikap terhadap sekolah, mata pelajaran
yang paling disukai dan tidak disukai, guru favorit, dan sebagainya)?
Kedua, problem appraisal, yaitu pengenalan masalah seseorang; taksiran atau
penilaian kekuatan sebagaimana kelemahan, sebagai contoh, motivasi untuk
mengubah diri atau mengambil tanggung jawab untuk solusi atau pemecahan
masalah, kemampuan menyesuaikan diri dan fleksibilitas, ketenangan hati dan
rasa humor, perilaku yang bersifat membangun dan integratif.
Vocational
problems, yakni :
1)
klasifikasinya
berdasarkan pada satu sistem diagnostik yang ada saat ini.
2)
menilai pemikiran
seseorang pada bidang vokasional (meliputi bagaimana proses seseorang membuat
keputusan)? Bagaimana seseorang merasakan jabatan, kedudukan, atau pekerjaannya
– ketika berakhir pada diri mereka sendiri atau ketika berakhir pada diri orang
lain? Bagaimana seseorang beralasan atau berargumen terhadap masalah yang
berhubungan dengan pilihan kejuruan?
3)
menghitung apakah
masalah vokasional seseorang datang karena ketidak dewasaan atau ketidakmampuan
beradaptasi. Apakah seseorang hanya tidak mengetahui bagaimana memilih okupasi,
atau seseorang merasa cukup bertentangan bahwa ia tidak bisa membuat tanggapan
yang sesuai?
Factors related to vocational problems, yakni :
1)
bagian apa yang
dimainkan keluarga seseorang pada masalah pilihannya?
2)
apa hubungan
kepribadiannya dengan masalah pilihan?
3)
apa faktor lain yang
relevan, seperti finansial, wajib militer, rencana menikah, prestasi akademik?
Ketiga, prognostic appraisal, yakni perkiraan tentang perilaku seseorang di masa
datang dalam konseling atau vokasional.
Vocational
counseling, terdiri atas :
1)
Motivasi : Bagaimana seseorang merespon konseling dengan baik?
Akankah seseorang tetap pada masalahnya atau dia ingin konselor memecahkan
masalahnya? Mengapa seseorang mendaftar atau bergabung untuk konsultasi? Apa
harapan seseorang tersebut?
2)
Perilaku ketika
wawancara :Bagaimana konseli
akan merespon secara verbal? Akankah seseorang berbicara dengan siap atau
tidak? Bagaimana seseorang berhubungan dengan konselor? Akankah seseorang
menjadi bergantung, agresif, menyendiri, dan sebagainya?
3)
Tujuan dan rencana
konseling : Apa yang dapat
dicapai dengan orang ini? Akankah konselor hanya memberi tes dan informasi
pekerjaan, atau akankah mencoba untuk berpikir pada masalah vokasional dengan
orang tersebut? Akankah konselor memfokuskan hanya pada masalah pilihan khusus
seseorang, atau akankah dia membantunya belajar bagaimana memecahkan masalah –
masalah vokasional yang lain yang mungkin ditemukan pada masa mendatang?
Dapatkah konseling vokasional berlangsung secara alami, atau akankah
penyesuaian konseling pribadi mendahului suatu pertimbangan masalah vokasional
seseorang? Bagaimana konseling yang terbaik dapat diimplementasikan? Teknik apa
yang seharusnya digunakan?
Vocational adjusment, terdiri atas :
1)
Kesuksesan: vokasi mana yang menjadi batas kemampuan seseorang?
2)
Kepuasan: Pada vokasi mana konseli dapat menemukan kepuasan?
Masalah kepribadian apa yang sesuai untuk melakukan pekerjaan tertentu, bekerja
sama dengan orang lain, menyesuaikan dengan kondisi fisik pekerjaan, dan
merealisasikan aspirasi dan tujuannya (penghargaan material, pengakuan, harga
diri, dan lain - lain)?
3)
Ketidaktentuan: Faktor – faktor apa yang diketahui baik memfasilitasi
atau menghambat penyesuaian vokasional seseorang dimasa datang jika hal itu
terjadi?
b.
Proses
Keberadaan konseling karir perkembangan mengikuti
spektrum perkembangan karir yang lebih luas yang berlangsung antara konseli dan konselor. Pertama,
konselor harus menentukan tahap karir hidup (life career stage) konseli
dan menilai derajat tingkat kematangan karirnya (Super, 1955). Jika karir
konseli secara relatif belum matang di dalam perilaku karirnya, seperti ketika
dibandingkan dengan usianya (Super & Overstreet,1960), kemudian konseling
karir perkembangan berkonsentrasi pada orientasi dan eksplorasi terlebih dahulu
sebelum pengambilan keputusan dan kenyataan di dalam makrokosmos perkembangan
karir konseli.
Bekerja sama
dengan konseli yang telah matang di dalam pemilihan karir merupakan proses
utama yang umum dikenal di dalam konseling. Membantu dia untuk meninjau
ulang, dan mencari identitas diri dan situasi sekitarnya, akan memungkinkan
konseli untuk menggambarkan beragam pilihan karir (Super & Overstreet,
1960).
Untuk menentukan secara obyektif tahap perkembangan karir
konseli, Crites(1971;1978) telah membuat konstruk Career Maturity Inventory
(CMI), sebagai bagian dari studi longitudinal kematangan karir konseli. CMI
terdiri atas dua bagian, masing-masing bagian memiliki segi masalah yang
berbeda dalam perkembangan karirnya, yaitu skala sikap dan tes kemampuan. Skala
sikap di antaranya: 1) keterlibatan (involvement); 2) kebebasan (independence); 3) orientasi
(orientation); 4)
ketegasan (decisiveness); dan 5) kompromi (compromise). Tes
kemampuan mengukur aspek kognitif di
antaranya : 1) penilaian diri; 2) informasi pekerjaan; 3) seleksi kelulusan; 4)
perencanaan karir; dan 5) memecahkan
masalah.
c.
Hasil
Sasaran yang ingin dicapai oleh konseling karir
perkembangan adalah memudahkan
pengembangan karir konseli.
Konseli diharapkan mampu meningkatkan kesadaran
akan dunia pekerjaan, mampu
memilih dan
menerapkan keputusan pemilihan karir.
2.
Metode
Banyak
model tentang konseling karir perkembangan yang mencerminkan suatu
pengintegrasian dari kata benda dan konseptual yang berbeda penekanannya.
Begitu juga, metode dari pendekatan ini adalah suatu prosedur sintesis yang
berbeda yang telah digambarkan oleh Super et al. dari pendekatan trait
and factor dan client centered, walaupun pengaruh dari prinsip
perkembangan juga nyata sintesis itu lebih dari suatu eclecticism
dangkal yang mengikuti teori konseling
karir Super (1951) sebagai pemberian informasi dan terapi individu. Dasar
pemikirannya bahwa orang-orang berada di antara rasional dan emosional. Oleh
karena itu, "konseling vokasional merupakan kombinasi keduanya,dimana di
antara keduanya sangat ekstrim”.
Sehingga konseling karir perkembangan harus memadukan antara keduanya.
a.
Teknik wawancara
Super memandang dalam konseling karir seperti berhadapan
antara aspek rasional dan emosional dalam eksplorasi diri, pembuatan keputusan,
dan tes realitas. Super menetapkan jika teknik mewawancarai konsisten dan
sesuai, perlu terjadi siklus sebagaimana yang diuraikan berikut.
1) Eksplorasi masalah dan cara menjelaskan konsep diri
secara nondirektif.
2) Setting topik bersifat direktif untuk eksplorasi lebih
lanjut.
3) Nondirektif dan
klarifikasi untuk merasakan penerimaan diri dan pemahaman diri secara mendalam.
4) Eksplorasi secara direktif tentang data
berdasarkan fakta dari
tes, pamflet vokasional,
pengalaman ekstrakurikuler, kelas, dan lain
lain untuk
untuk tes realistis.
5) Eksplorasi nondirektif untuk pembahasan sikap dan
perasaan berdasarkan konstruk reality testing.
6) Pertimbangan nondirektif dari bentuk tindakan yang
mungkin untuk membantu dalam pengambilan
keputusan.
Kilby (1949) telah menguraikan suatu urutan yang serupa
dalam penggunaan teknik wawancara direktif dan nondirektif di dalam konseling
karir. Esensi pendekatan siklus ini adalah untuk menjawab secara direktif isi
pernyataan konseli dan nondirektif untuk mengungkapkan perasaan konseli.
Konselor membolak-balik hasil mencakup kategori respon, refleksi, klarifikasi,
ringkasan, penafsiran, dan konfrontasi baru.
b.
Interpretasi Tes
Interpretasi tes yang dilakukan oleh konselor adalah
dengan bahasa verbal, diharapkan konseli mampu memberikan tanggapan dan dengan
intim dilibatkan memilih, mengambil, dan menginterpretasikan tes tersebut.
Kekuatan pendorong penggunaan tes di dalam konseling
karir perkembangan adalah untuk memaksimalkan penilaian dalam pengambilan
keputusan dengan 1) mengatur perbedaan karir; dan 2) mengikutsertakan konseli ke dalam
tiap-tiap tahap proses konseling karir.
c.
Informasi Pekerjaan
Untuk menginformasikan kepada konseli tentang struktur
dunia pekerjaan, tugas-tugas pekerjaan, dan peluang ketenagakerjaan, jenis
informasi karir tradisional dapat diperkenalkan melalui brosur, pamflet, atau
volume vokasional. Kebanyakan informasi untuk konseling karir perkembangan adalah uraian pola karir. Super (1951)
mengamati bahwa sedikitnya ada enam macam data deskriptif yang diperlukan
menyangkut pola karir untuk konseling karir perkembangan, yaitu :
1) apakah yang merupakan masukan khas dan antara
perkembangan karir seseorang?
2) apakah perluasan
karir seseorang ada hubungannya dengan status sosial-ekonomi orang dewasa?
3) seperti apakah garis perkembangan karir orang dewasa?
4) faktor apa yang mempengaruhi tingkatan dan arah
perkembangan karir?
5) apakah kesempatan, kepemilikan, nilai-nilai, dan
karakteristik kepribadian berhubungan dengan tingkat dan arah karir?
6) apakah kesempatan, kepemilikan, nilai-nilai, dan
karakteristik kepribadian orang tua berhubungan dengan tingkatan dan arah karir
seseorang?
3.
Materi
Pada dasarnya upaya mengatasi masalah utama konseli dalam
konseling karir perkembangan dilakukan dalam rentang beberapa tahun. Sayangnya
ini jarang dilakukan oleh para konselor untuk terus berkomunikasi dan menggali
terus kondisi konseli, sehingga profil konseli tidak tereksplorasi. Pilihan
individu yang menunjukkan perkembangan konseling karir, dilakukan sejak sekolah
menengah, lalu dilanjutkan bagaimana perkembangannya di SMA. Seorang konseli bernama Susan Ghotam, dan dia bercerita
mengenai konseling karirnya dari SMA sampai
sekarang secara periodik ditulis mengenai apa yang dia lakukan dan bagaimana
merasakan hidupnya.
a.
Diagnosis
Ketika Susan pertama kali berada di pusat konseling
perguruan tinggi dia harus berjuang dalam memilih jurusan. Dia dikonseling
untuk segera memilih jurusan apa yang akan diambil, dan dia menjadi sangat
khawatir untuk membuat keputusan. Susan megalami konflik hebat untuk memilih
karir atau menjadi ibu rumah tangga. Berdasarkan catatan dari konselor di
SMU-nya dahulu, berdasarkan tes kecakapan dan minatnya, mengindikasikan bahwa
dia memiliki kecakapan dalam pelajaran yang tinggi dan memiliki minat yang
besar dalam pelajaran, diharapkan oleh orang tuanya untuk menjadi ibu rumah
tangga tanpa ada komitmen karir, walaupun dia didukung untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi untuk mendapatkan pendidikan yang bebas dan menemukan suami.
Susan bingung karena dia ingin meningkatkan kemampuan dan potensinya. Konselor
menginterpretasikan ini sebagai dilema yang tidak biasa untuk seorang permepuan
muda dan cerdas, karena di satu sisi dia matang dalam proses pemilihan karier,
tapi di sisi lain dia dituntut untuk
menikah dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan wanita.
Diagnosis masalah pilihan Susan, berdasarkan keterangan
konselornya terdahulu wawancara dengannya, bahwa dia tidak dapat memecahkan
masalahnya, menikah atau karier. Di tambah dengan Career Maturity Inventory yang
mana Susan wawancara yang kedua kalinya, mengikuti diskusi sikap dan kompetensi
pembuatan keputusan karir, dan California Psychological Inventory yang
mana untuk pengertian karakteristik pribadi. Hasil dari inventori tersebut
mengkonfirmasikan dan menyampaikan diagnosis konselor. Pada CMI, nilai Susan di
atas rata-rata, kecuali subtes seleksi tujuan pada deretan kompetensi. Pada
skala sikap, dia mendapat 95 persen. Pada hal tersebut dia menguasai kunci “immature
direction“ menyatakan dua kecenderungan. Satu merefleksikan konflik
keputusan, tidak mampu untuk memilih antara rumah dan karier, dan yang lain
lebih condong untuk mengandalkan pada hal yang tidak biasa, yaitu kesempatan
untuk mencoba-coba untuk kembali memecahkan masalah pemilihan untuknya. Aspek
kematangan karir dia menghubungkan dengan perkembangan kepribadian yang dinilai
oleh CPI. Profil Susan mengalami peningkatan, karena memiliki nilai efisiensi
intelektual yang tinggi, substansinya peningkatan wawancara konselor secara
umum orang yang dapat menyesuaikan dengan baik yang memilki intelektual. Hal
yang menonjol padanya yaitu penyesuaian sosial dan dominasi, intinya adalah
keinginan untuk mengakomodasi untuk menghormati sosial. Dalam hal ini dengan
bagian yang luas pada masalah pemilihan. Dia mengalami kesulitan yang ekstrim
dalam mengatakan apa yang dia katakan dan mengambil risiko mengasingkan atau menerima kritik dari orang
lain. Dia ingin berkarie, tapi yang lain menginginkan Susan untuk di rumah. Konsekuensinya
konflik dan tidak bisa memutuskan.
b.
Proses
Implikasi perkembangan dan terapi dari diagnosis begitu
kompleks. Semua dimensi pada proses pemilihan karir, yang telah dinilai oleh
CMI, Susan relatif matang, tapi satu dimensi pemilihan karir, dia belum matang,
karena dia tidak memilih jurusan pada perguruan tinggi yang dihadapkan oleh
tugas perkembangan karir. Dari karakter kepribadian yang telah diukur oleh CPI,
konselor menyimpulkan bahwa susan mengalami kotra trends dalam perkembanagn
karir. Pendekatannya pada hidup untuk kehidupan tanp membedakan orang atau
masyarakat. Berdasarkan pada mekanisme penolakan yang kuat yang hampir
menghalangi pembuatan keputusan penting yang negatif untuk memilih bertindak.
Ujung dari tidak bisa membuat keputusan dari ketidakmampuannya untuk mengatakan
tidak pada pilihan lain satu pun. Untuk menilai cara Susan dalam membedakan
secara umum kecenderungan respon mengatakan ya pada hipotesis yang
dicapurtangani perkembangan kepribadiannya yang difasilitasi perkembangan karir
dengan respek untuk memilih isi, yaitu menggunakan diari keputusan harian. Hasilnya Susan
mengalami antara pemilihan dan pemberian alternatif pilihan, dan skor
mengindikasikan intra individual yang nyaris aneh pada minat dan nilai yang
dianut Susan.
c.
Hasil
Dengan mengikuti konseling karir yang dilakukan secara
periodik dan terus berkoresponden selama dua tahun, pada akhirnya dia tidak
hanya dapat menceriatakan apa yang dia inginkan tapi juga dapat mengatak tidak
ketika dia merasa tidak sesuai dengan pendapat lain., tanpa rasa takut atau
kalah. Pada akhir wawancara dia memutuskan untuk kuliah dan berkarir pada masa
yang akan datang, yang mana dia akan menggabungkan dengan pekerjaan rumah tapi
dia tetap mengejar karir yang bagus, minat pada akademik, pendidikan jasmani
dan psikologi. Secara akademik dia mampu untuk mengambil dua jurusan yaitu pendidikan jasmani dan psikologi. Sia
menemukan pekerjaan yang menentang pada bidangnya. Dia tidak kesulitan dalam
menemukan posisi untuk menyukai dan menulis bahwa dia menikmati pekerjaannya.
Dia juga melaporkan bahwa dia merasa hubungan interpersonalnya lebih kooperatif
dan adil dan dia juga sering berdiskusi dengan orang lain. Dari semua ini, kita
melihat pertemuan antarakarir pada konseling karir dan perkembangan kepribadian
yang berakhir pada pemilihan karir susan yang dapat mengubah pada kenyataan
dengan kepuasan untuk dirinya sendiri dan keuntungan untuk sosial (Super,
1957b, p.197).
Keputusan yang telah dimiliki oleh individu terhadap
suatu pekerjaan yang akan dipilihnya sangat besar pengaruhnya terhadap
keselarasan hidupnya, baik ia sebagai anggota masyarakat atau pun sebagai
individu. Pengambilan keputusan sangat berhubungan dengan periode antisipasi
dan implementasi dan kedua periode itu merupakan sari dari pada perkembangan
pekerjaan. Pengambilan keputusan ini dibagi kedalam dua periode, yaitu:
Pertama, periode antisipasi. Terdiri atas beberapa tahap, di antaranya:
1)
Tahap eksplorasi. Penjelajahan dan pengumpulan keterangan. Pada tahap ini
seseorang mencoba mengukur dirinya sehubungan dengan tiap-tiap alternatif yang
diperkirakan.
2)
Tahap kristalisasi. Setelah terjadi pengukuran diri sehubungan dengan
sejumlah kemungkinan, maka terjadi pola dalam bentuk alternatif dan segala
konsekuensinya yang disebut dengan kristalisasi.
3)
Tahap pemilihan. Dengan stabilnya kristalisasi, tahap pemilihan
keputusana akan tepat. Pada tahap ini individu mulai mengorganisasi persiapan
untuk memperlengkapi dan menyesuaikan terhadap pemilihan tersebut untuk masa
mendatang.
4)
Tahap spesifikasi. Setelah tahap pemilihan maka segala tindakan dan perbuatan
setelah didasarkan atau diorientasikan kepada suatu keputusan yang akan
diambil. Individu telah meneliti kesempatan yang lebih jauh.
Untuk membantu konseli di dalam membatasi pilihan karir
yang tersedia, yang secara khusus terjadi di pertengahan langkah konseling
karir perkembangan, dan paralel langkah kristalisasi di dalam karir
perkembangan (Ginzberg et al., 1951). Konselor dapat menjawab dengan
mensejajarkan, dengan demikian dapat disoroti yang diinginkan atau aspek yang
tidak diinginkan dari karir yang berbeda.
Kedua, penetapan
tujuan. Langkah terakhir di dalam proses konseling karir perkembangan,
ketika konseli telah menetapkan tujuan karir dan perencanaan bagaimana cara
mencapainya, konselor dapat mempercayai semakin banyak menyampaikan pernyataan
untuk memudahkan implementasi pilihan karir.
Dua teknik wawancara lain yang tersedia untuk konselor
dalam konseling karir perkembangan adalah autobiografi karir dan keputusan
harian. Untuk memperoleh pemahaman bagaimana konseli telah buat keputusan di
masa lalu. Suatu autobiografi karir dapat bermanfaat tidak hanya sebagai
tinjauan ulang untuk konseli tersebut. tetapi juga sebagai katalisator untuk
diskusi sepanjang wawancara. autobiografi menceriterakan seperti aneka pilihan utama kurikulum sekolah
menengah (perguruan tinggi berkenaan dengan persiapan, kepribadian, seni
industri, dan sebagainya) seperti halnya pemilihan perguruan tinggi, pelatihan
post-high-school, pengalaman pekerjaan setengah hari, dan keputusan hidup
lainnya.
Referensi
:
Uman
Suherman. (2013). Bimbingan dan Konseling
Karir : Sepanjang Rentang Kehidupan. Bandung : Rizki Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar