Selasa, 21 April 2020

Pendekatan Konseling Karir Psikodinamik


Pendekatan Konseling Karir Psikodinamik

Oleh :
Iman Lesmana


Konseling     karir     psikodinamik     (Psychodynamic    career    counseling) merupakan suatu pendekatan yang dilakukan oleh konselor untuk membantu konseli dalam pemilihan dan pembuatan keputusan karir dengan menggunakan metode penyembuhan yang lebih bersifat psikologis atau psikis daripada dengan cara-cara fisik.
Konseli mengalami ketergantungan-ketergantungan terhadap orang lain sehingga menjadikan orang lain itu sebagai perantara kebutuhan konseli. Selain itu, hal lain yang membuat konseli mengalami kesulitan adalah konflik diri atau pertentangan dari diri konseli antara konsep diri yang ia pegang sebagai tuntutan hidup dengan harapan untuk masa depan, sehingga menimbulkan kecemasan pada konseli dan berimbas pada kemantapan dalam memilih dan memutuskan karir yang akan diambil untuk masa depannya.
Konseling karir psikodinamik berguna untuk membantu menyesuaikan dan menyeimbangkan aspek-aspek dorongan dan kebutuhan dalam diri konseli dengan tuntutan dan kebutuhan dunia kerja. Maka dari itu dalam hal ini peran konselor adalah membantu dalam pemilihan dan pembuatan keputusan karir yang dapat dilakukan dengan pendekatan psikodinamik. Peran konselor diantaranya adalah memberikan masukan-masukan kepada konseli dan lebih bersifat klinis.
Pandangan psikodinamik mengungkap bahwa pemilihan karir adalah salah satu dari sekian banyak keputusan penting yang harus dibuat seorang individu di dalam hidupnya. Individu yang memiliki pola pikir maju, diperkirakan mampu mengidentifikasi faktor-faktor pemilihan profesi yang mengarah kepada pembuatan keputusan pemilihan profesi sehingga ia mampu mengembangkan semua sumber daya yang dimilikinya guna mengimplementasikan keputusan tersebut, sehingga ia mampu bekerja secara efektif.
Karakteristik konseli yang ditangani oleh oleh psikodinamik menggambarkan seseorang yang mempunyai masalah antara dinamika kepribadian dengan pembuatan keputusan karir. 
1.      Model
Bordin (1968) mengemukakan suatu sintesis yang mengintegrasikan beberapa konsep dan prinsip yang berhubungan dengan pendekatan psikodinamik. Prinsip pokok tersebut adalah bahwa individu memiliki sistem motif yang dipengaruhi oleh tekanan-tekanan keluarga dalam proses psikososial. Pada semua konsepsinya tentang konseling karir psikodinamik, Bordin (1968) menggunakan prinsip-prinsipnya ke dalam proses pengambilan keputusan karir (Bordin, Nachman, Segal, 1963). Bordin menegaskan bahwa :
“sejauh individu memiliki kebebasan dalam memilih karier, ia cenderung akan memilih karir yang dapat mengekspresikan kepuasan dan kegemarannya guna melindungi dirinya dari kecemasan. Teori psikoanalisis menyebutkan bahwa dalam pendekatan perkembangan vokasional sebaiknya diteliti pengaruh dari pembentukan kepribadian sejak lahir bahkan dari masa konsepsi.”

            Untuk mencegah konflik psikologis yang dapat mengganggu perkembangan kepribadian, maka pendekatan psikodinamik dilakukan dengan menggunakan konsep-konsep diagnosis, proses dan hasil.
a.      Diagnosis
Pendekatan psikodinamik menekankan pentingnya diagnosis dalam proses konseling karir. Lima kategori masalah konseli (yang memungkinkan ditangani oleh pendekatan psikodinamik) dikemukakan oleh Bordin (1946) sebagai berikut.
1)      Defendence, yaitu permasalahan mengenai kesulitan dalam mengatasi masalah dan memenuhi tugas-tugas perkembangan sehingga konseli cenderung mengandalkan orang lain dalam mengatasi kesulitannya dan menggantungkan diri kepada orang lain sebagai media pemenuhan kebutuhan.
2)      Lack of information, yaitu kesulitan dalam mengambil keputusan karir karena kurangnya informasi yang dimiliki. Hal ini terjadi pada konseli yang mempunyai status ekonomi atau berpendidikan rendah sehingga konseli tidak memiliki informasi yang relevan dalam membuat keputusan karir.
3)      Self conflict, yaitu konflik yang terjadi antara fungsi respon yang berkaitan dengan dua konsep diri atau lebih atau antara konsep diri dengan fungsi stimulus yang lain.
4)      Choice anxiety, yaitu kecemasan yang terjadi dalam proses pemilihan karir konseli. Hal ini terjadi bila individu memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu tetapi seseorang yang berarti mengharapkan untuk melakukan sesuatu yang berbeda dengan pilihannya, sehingga terjadi kecemasan dalam pembuatan keputusan karir.
5)      No problem, yaitu seorang konseli yang telah membuat keputusan karir namun tetap mengadakan konseling untuk mengontrol dan memantapkan pilihannya.
Perkembangan selanjutnya dalam menganalisis sumber-sumber konflik motivasional konseli yang meminta konseling diungkapkan oleh Bordin dan Koplin (1973) berikut.
1)      Synthetic difficulties, yaitu konseli menghadapi gangguan konflik minimal terbatas. Biasanya konseli mengalami kesulitan dalam memadukan dan mencapai kejelasan kognisi.
2)      Identity problems, yaitu pembentukan semangat diri dan persepsi diri sehingga konseli belum sepenuhnya menyadari berbagai kebutuhan yang dibutuhkan oleh konseli tersebut.
3)      Gratification conflict, yaitu pandangan yang menguji pekerjaan untuk menemukan bentuk nyata dan mendapatkan kepuasan psikososial dalam aktivitas pekerjaan.
4)      Change orientation, yaitu konseli merasa tidak puas terhadap dirinya dan berupaya melakukan pekerjaannya itu untuk mengubah dirinya.
5)      Over pathology, yaitu konseli yang mengidap beberapa penyakit sehingga tidak bisa memasuki dunia kerja.
6)      Unclassifiable, yaitu masalah-masalah yang tidak termasuk kategori di atas, yang tidak melibatkan konflik motivasional.
Selanjutnya Crites merumuskan sistem diagnosis yang berorientasi kepada psikodinamik yang dapat digunakan sebelum atau selama konseling karir dan dapat dihubungkan secara langsung kepada pilihan strategi dan teknik perlakuan. Hal tersebut didasari oleh perpaduan antara teori Horney tentang psikoterapi (1945; 1950) dan Edward Personal Preference Scales (EPPS) yaitu alat pengungkap profil kepribadian individu melalui pemahaman lima belas kecenderungan atau kebutuhan psikologis yang dimiliki individu yang cenderung mengarahkan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai berikut.
1)      Achievement, yaitu kebutuhan untuk mengerjakan atau menyelesaikan tugas dengan sukses.
2)      Deference, yaitu kebutuhan untuk menyesuaikan diri terhadap kesepakatan dan mengikuti kepemimpinan seseorang.
3)      Order, yaitu kebutuhan untuk teratur dan rapi dalam kegiatan.
4)      Exhibition, yaitu kebutuhan untuk menarik perhatian orang lain.
5)      Autonomy, yaitu kebutuhan untuk berbuat secara bebas dari orang lain dan aturan-aturan.
6)      Affiliation, yaitu kebutuhan untuk ikut serta dalam berbagai kegiatan dengan teman.
7)      Intraceptio,n yaitu kebutuhan kebutuhan untuk berpikir mengenai motif yang mendasari perilakunya.
8)      Succorance, yaitu kebutuhan untuk menerima dukungan atau dorongan, simpati, rasa kasih sayang dari orang lain.
9)      Dominance, yaitu kebutuhan untuk mendominasi atau menjadi pemimpin.
10)  Abasement, yaitu kebutuhan untuk merasa bersalah jika melakukan kesalahan terutama takut dan berkualitas rendah.
11)  Nurturance, yaitu kebutuhan untuk memberi bantuan, simpati dan afeksi kepada orang lain.
12)  Change, yaitu kebutuhan untuk mencari pengalaman baru.
13)  Endurance, yaitu kebutuhan untuk bekerja keras dan tetap bertahan terhadap suatu pekerjaan atau tanggung jawab.
14)  Heterosexuality, yaitu kebutuhan untuk terlibat pengalaman sosial dengan lawan jenis.
15)  Aggression, yaitu kebutuhan untuk menyerang, mengecam atau memperolok-olok orang lain.
Hal di atas, berhubungan dinamika kepribadian konseli. Oeh karena itu, EPPS dapat membantu konselor untuk mendiagnosis konflik motivasional pada diri konseli yang mungkin akan menimbulkan masalah di dalam proses pembuatan keputusan karir.


b.     Proses
            Konseling karir psikodinamik dilakukan melalui tiga tahap, yaitu sebagai berikut.
1)      Exploration and contract setting atau rehearsing. Pada tahap ini konseli menceritakan tentang dirinya, dan konselor hanya mendengarkan cerita konseli dalam konteks pengembangan terapeutik. Hubungan pada tahap ini bersifat hangat, permisif, serta kejujuran yang lebih dari sekedar nasehat.
2)      Critical decision atau refocusing. Pada tahap ini konselor menawarkan beberapa pilihan pada konseli agar terdapat kesesuaian hubungan antarpribadi. Konselor memfasilitasi penerimaan diri konseli dalam kaitannya dengan pembuatan keputusan karir melalui suatu interaksi kooperatif dengan konseli.
3)      Working for change atau reconstructing. Arah dari tahap akhir ini adalah konseli mengalami peningkatan kesadaran dan pemahaman tentang dirinya.

c.       Hasil
Meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit, hasil-hasil yang dicapai dalam konseling karir psikodinamik dapat diketahui dari analisis tahap-tahap proses konseling. Sasaran dalam konseling pskodinamik adalah terpecahkannya masalah-masalah karir dan tercapainya keputusan karir.
2.      Metode
Seperti yang telah dikemukakan oleh Bordin (1968), metode konseling karir psikodinamik merupakan campuran dari berbagai teknik yang bukan sekedar praktik-praktik psikoanalitik namun juga diturunkan dari pendekatan trait and factor  dan client centered.
a.      Teknik wawancara
Bagian utama dalam proses konseling karir ialah interaksi wawancara antara konseli dengan konselor. Proses konseling bisa dilakukan dengan beberapa kali pertemuan. Terlebih dari banyaknya wawancara yang dilakukan, proses konseling karir terdiri dari tiga tahapan penting, yaitu: 1) pengumpulan data konseli, sebagai bahan untuk melakukan diagnosis; 2) pemberian tes yang sesuai dengan konseli untuk kemudian ditafsirkan; dan 3) pemberian informasi karir yang sesuai dengan hasil penafsiran pada proses pertama dan kedua.
Secara lebih khusus, terdapat tiga tahapan wawancara yang penting untuk dilakukan dalam konseling karir psikodinamik, yaitu sebagai berikut.
            Tahap pertama, wawancara untuk keperluan diagnosis. Bukan hanya untuk mengidentifikasi parameter permasalahan konseli, tetapi juga untuk mengetahui segala informasi tentang konseli. Pada tahap pertama konselor dan konseli mungkin akan mengalami kesulitan, konselor sulit untuk menemukan penyebab dari masalah yang dirasakan konseli. Konseli kesulitan untuk menceritakan masalahnya kepada konselor. Oleh karena itu, pergeseran dari komunikasi ke hubungan sangatlah penting.
            Tahap kedua, klarifikasi dan spesifikasi permasalahan. Konseli dan konselor bekerja sama untuk mengidentifikasi sikap dan perilaku dalam masalah konseli. Pada tahap ini, konseli dapat berperan aktif untuk menentukan tes yang akan diambil. Penjelasan terhadap beberapa tes diberikan terhadap konseli, selanjutnya konseli akan menentukan informasi penilaian diri mana yang akan berguna bagi pembuatan keputusannya. Hasil tes ini berguna untuk memberikan informasi diagnostik bagi konselor. Selain itu, hasil tes ini dapat menjadi stimulus bagi konseli untuk menemukan potensi yang bisa ditingkatkan.
Tahap ketiga, konselor dan konseli dapat menggolongkan pemecahan  masalah. Pada tahap ini, diharapkan konselor mampu mengetahui permasalahan yang dihadapinya dan menjadi aktif dalam pencapaian solusi. Selanjutnya kegiatan konseling karir berlanjut menuju pertimbangan apa yang harus dilakukan konseli. Dalam tahap ini konseli diberikan informasi-informasi pekerjaan yang dianggap sesuai dengan konseli setelah menjalani tahapan-tahapan yang telah dilalui. Jenis informasi tentang pekerjaan yang bersatu dengan konseling karir psikodinamik akan sangat berarti berarti bila didasarkan pada “analisis kebutuhan”  kerja dan tugas.
Setelah konseli menjalani semua tahapan dalam konseling karir ini, diharapkan konseli dapat mengatasi masalah yang berhubungan dengan keputusan karirnya. Konseling akan dianggap berhasil bila konseli mampu menerapkan pendekatan pemecahan masalah ini, tidak hanya dalam pembuatan karir saja, melainkan dalam masalah pribadi, keluarga dan penyesuaian sosial.
Ada tiga kategori respon interpretatif konselor, yang dapat digunakan dalam wawancara konseling psikodinamik, yaitu sebagai berikut.
1)      Clarification, dimaksudkan untuk memusatkan perhatian konseli terhadap hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang dihadapinya, dan untuk membuka pembicaraan serta merangkum percakapan yang terjadi. Klarifikasi dapat berbentuk pertanyaan, perintah sederhana, pernyataan kembali yang disederhanakan, pemberian nasihat, dan pertanyaan terbuka.
2)      Comparison dua topik atau lebih dikemukakan kepada konseli untuk melihat persamaan dan perbedaannya secara lebih jelas. Hal ini dilakukan untuk menegaskan hubungan antara kepribadian dan perkembangan karir.
3)      Interpretation of wish-defence, teknik ini lebih bersifat terapeutik. Konselor berupaya menyadarkan konseli mengenai hubungan motivasi internal dengan pembuatan keputusan karir.
b.     Interpretasi Tes
Menurut Bordin, seorang konseli harus berperan aktif dalam memutuskan tes mana yang akan diambil. Setelah melakukan tes, konselor akan menjelaskan dan mendiskusikan makna dari tes tersebut, yang akan mengarahkan konseli kepada pembuatan keputusan karir. Meskipun demikian, keputusan tetap berada pada konseli, konseli akan memutuskan mana informasi yang penting bagi pemecahan masalahnya.
Peran konselor di sini ialah mengkomunikasikan hasil tes kepada konseli untuk membantu konseli mengeksplorasi diri dan membuat keputusan karir yang dapat memenuhi kebutuhannya.
Di bawah ini disebutkan beberapa keuntungan dari penggunaan tes, yaitu sebagai berikut.
1)      Dapat memberikan informasi diagnostik bagi konselor.
2)      Membantu konseli dalam mengembangkan harapan yang realistik dalam konseling.
3)      Memberikan data penilaian diri konseli.
4)      Merupakan stimulus bagi eksplorasi diri konseli, jika digunakan secara deskriptif (menafsirkan skor lebih didasarkan referensi, dibandingkan validitas data).
Dalam mengkomunikasikan hasil tes, sedapat mungkin skor dilaporkan dalam bentuk non-evaluatif. Konselor cukup memberikan prediksi statistik kepada konseli. 

c.       Informasi Pekerjaan
Informasi pekerjaan yang terdapat dalam konseling karir psikodinamik sebaiknya diberikan berdasarkan analisis kebutuhan mengenai kewajiban-kewajiban dan tugas-tugas pekerjaan.

Referensi  :

Uman Suherman. (2013). Bimbingan dan Konseling Karir : Sepanjang Rentang Kehidupan. Bandung : Rizki Press.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penguatan Integrasi Pendidikan

PENGUATAN INTEGRASI PENDIDIKAN DALAM ERA DISUPSI Oleh :  Asep Rohiman Lesmana, M.Pd. Pendidikan merupakan suatu entitas yang s...