PENGUKURAN DALAM KONSELING KARIR
Oleh :
Iman Lesmana
A. Asesmen dalam Perspektif Karir
Perkembangan standardisasi tes dan inventori asesmen
memiliki kaitan yang erat dengan gerakan konseling vokasional. Sebelum tahun
1883, the US Civil Service Commission menggunakan ujian kompetitif untuk
penempatan kerja (Kavruck, 1956).
Berbagai tes bakat berkembang
selama pertengahan tahun 1940-an dan digunakan secara meluas dalam konseling
pendidikan dan vokasional. Tes bakat terhadap pelajaran berguna sebagai kriteria
memasuki institusi pendidikan yang diimplementasikan melalui Educational
Testing Service (ETS) yang ditetapkan pada tahun 1947 dan American
College Testing Program (ACT) yang ditetapkan pada tahun 1959.
Terdapat kontroversi dari penggunaan
tes bakat dalam konseling karir. Tantangan hasil dua studi terhadap nilai tes
ini yang berperan sebagai prediktor keberhasilan pada masa akan datang, yaitu:
bagaimana tes dapat memprediksi performa suatu vokasional atau program
pelatihan. Thorndike dan Hogan (1959) mengikuti pola karir dari 1000 laki –
laki yang di tes selama PD II untuk menentukan jika hasil tes ini merupakan
prediktor valid bagi keberhasilan orang – orang tersebut. Hasil studi selama 12
tahun pertama tidak menghasilkan prediksi akurat tentang keberhasilan dalam
vokasional pekerjaan. Peneliti lain Ghiseli (1966) berpendapat bahwa prediksi
keberhasilan dalam program vokasional
vokasional – pelatihan yang berdasarkan atas hasil tes itu hanyalah karena
sedang dapat dipercaya. Kutipan dari studi ini dan persoalan lain – termasuk
menggunakan tes ini untuk populasi khusus (kelompok etnik dan wanita) – tentang
penggunaan instrumen asesmen ini dalam program konseling karir sebenarnya
membingungkan
Secara historis, asesmen merupakan
bagian integral dari konseling karir. Asesmen konseling karir memiliki sejarah
panjang sepanjang sejarah konseling karir itu sendiri; banyak karya asli dari
Frank Parsons. Parson (Whiston, 2000) mendorong perkembangan asesmen konseling
karir ke dalam tiga tahap model konseling karir. Tahap pertama, studi
atau mengukur individu yang merupakan testing individual yang bersifat
esensial. Beberapa individu memandang konseling karir hanya sebagai terdiri
atas testing dan menyediakan informasi okupasional. Pendekatan “Tes dan
berkata” ini tidak merefleksikan status terbaru dari wilayah konseling karir,
untuk penelitian menunjukkan bahwa konseling karir tidak dapat dipisahkan dari
konseling personal (individual). Asesmen, merupakan instrumen penting yang
rutin digunakan untuk membantu individu mengeksplorasi pengarahan karir dan
membuat keputusan karir secara efektif. Spokane (Whiston, 2000) mengusulkan
bahwa tujuan dari asesmen karir adalah untuk menggali dan menemukan kesesuaian
kemungkinan karir, menilai konflik dan masalah, memotivasi perilaku ke arah
yang lebih konstruktif, menemukan struktur kognitif untuk mengevaluasi
alternatif karir, mengklarifikasi ekspektasi dan rencana intervensi, dan
menetapkan kemampuan. Sebagaimana deskripsi yang direfleksikan oleh Spokane,
asesmen karir mempunyai tujuan yang beragam dan meliputi beragam wilayah yang
luas.
Bab
ini akan membagi asesmen karir ke dalam dua kategori utama :
instrumen-instrumen yang digunakan untuk menilai perbedaan individu dan
instrumen-instrumen yang digunakan untuk menilai proses perkembangan karir.
Banyak asesmen karir yang dapat digunakan yang dirancang untuk mengukur aspek
perbedaan individu, seperti minat, bakat, nilai-nilai, dan kebutuhan.
Pengukuran perbedaan individu digunakan dalam konseling karir karena memiliki
hubungan yang efektif dalam pemilihan atau keputusan karir. Kategori lain dari
instrumen berhubungan dengan proses pemilihan karir. Fokus kategori instrumen
ini tidak pada atribut-atribut konseli tetapi lebih pada proses individu
menyeleksi karir. Dalam istilah proses pemilihan karir, banyak instrumen
berhubungan dengan ketidakmampuan membuat keputusan (indecision) atau
tahapan kematangan karir konseli (career maturity).
Komputer
memiliki pengaruh yang signifikan pada asesmen karir dan diseminasi informasi
karir. Sebagaimana komputer pribadi yang dapat digunakan untuk menyimpan data,
komputer juga dapat digunakan oleh konseli untuk melengkapi asesmen karir yang
menggunakan komputer untuk mengakses informasi okupasi dan persiapan karir yang
didasarkan pada informasi okupasi tersebut. Beberapa program komputerisasi yang
interaktif dalam asesmen minat, nilai-nilai, dan keterampilan atau kemampuan
konseli.
B. Menilai
Perbedaan Individu
1.
Tes Bakat
(Aptitudes)
Semula tes bakat mengukur keterampilan, kecakapan, atau
kemampuan khusus yang dibutuhkan suatu kecakapan tertentu (Super & Crites, 1962; Cronbach, 1984).
Lebih spesifik lagi, skor tes bakat menyediakan indeks asesmen keterampilan
yang memprediksi atau pengindikasian bagaimana performa seseorang atas suatu vokasional dan atau program
pelatihan. Sebagai tambahan, tes ini mengindikasi kekuatan dan kelemahan
kognitif individu. Sebagai contoh, asesmen skolastik menjelaskan prediksi
keberhasilan program pendidikan. Skor tes bakat menyediakan indeks kemampuan
klerikal.
Tes bakat diperoleh sebagai sebagai
baterai asesmen sejumlah bakat dan keterampilan atau sebagai tes tunggal yang
mengukur bakat khusus. Kombinasi skor baterai memprediksi kriteria pendidikan
dan atau pelatihan tertentu sebagus kriteria performa atas vokasional tertentu
yang membutuhkan kombinasi skolastik. Sebagai contoh baterai bakat adalah General Aptitude Test Battrai (GATB). Tes ini
dikembangkan oleh Employment Service bagi konselor pekerjaan, GATB mengukur
sembilan bakat: intelligence, verbal, numerical, spatial, form perception,
clerical perception, motor coordination, finger dexterity, dan manual
dexterity.
Tes bakat lain diterbitkan sebagai
buklet tes tunggal yang mengukur keluasan keterampilan khusus termasuk
ketangkasan, mekanik komprehensif, bakat vokaional, bakat klerikal, penalaran design,
bakat seni, dan bakat musik.
Meskipun tes bakat pada awalnya
menjadi dasar prediksi kesuksesan dalam suatu vokasional atau program
pelatihan, juga digunakan sebagai alat konseling untuk eksplorasi karir. Dalam
pendekatan ini, asesmen ciri individual
yang merupakan kerangka bagus untuk mengevaluasi potensi karir. Ikutilah contoh
ilustrasi kasus penggunaan tes bakat battrai berikut ini.
Jim, seorang mahasiswa tingkat
pertama, melapor pada Career Resource Center bahwa dia berminat terhadap
arsitektur. Sementara ayahnya seorang arsitektur, Jim tidak yakin pada bakatnya
dalam vokasional arsitektur. Konselor karir menjelaskan bahwa ada sejumlah
keterampilan yang dibutuhkan profesi ini dan berpendapat bahwa Jim akan mencoba untuk mengidentifikasi
keterampilan ini dari sumber daya yang ada dalam pustakaan karir.Setelah
mengidentifikasi beberapa keterampilan yang dibutuhkan, catatan akademik dan
pengalaman bekerja Jim dievaluasi untuk mendeterminasi. Secepatnya, terdapat
dua skill, menghubungankan ruang dan
pembentukan persepsi, akan sangat baik dievaluasi melalui tes bakat yang
terstandarisasi. Asesmen keterampilan khusus ini mempertimbangkan banyak informasi
penting untuk dimasukkan kedalam proses pembuatan keputusan suatu karir.
Susan adalah seorang siswa SMA dan
tidak memiliki rencana kuliah. Setelah lulus dia tertarik untuk bekerja.
Catatan akademiknya mengindikasikan bahwa dia siswa rata – rata. Minatnya tidak
mengkristal pada suatu titik. Beberapa asesmen inventori diputuskan termasuk
tes bakat battrai secara lengkap.
Ron kembali bekerja setelah
mengalami kecelakaan. Selama beberapa bulan kesembuhannya, vokasional sebelumnya yang dia tekuni di bidang
konstruksi telah berakhir. Sekarang dia berminat ”mencari vokasional lain”.
Suatu tes bakat battrai diputuskan untuk mendeterminasi kemungkinan penurunan
akibat kecelakaan. Sebagai konselor curiga, skor tes mengindikasi kekurangan
pada kecakapan jari dan kecakapan
manual.
Pada kasus Jim,
tes bakat digunakan untuk memverifikasi atau mengecek kelayakan pemilihan karir
khusus. Jim memutuskan karir dan ingin menentukan jika dia memiliki bakat yang
dibutuhkan karir tersebut. Pada kasus Susan, skor bakat menstimulus untuk
membahas asesmen bakat dalam konseling karir. Susan dilayani dengan fokus
khusus dalam konseling karir. Kekurangan Ron ditemukan dan pertimbangan waktu
dalam eksplorasi karir telah dijaga.
Contoh batterai tes bakat majemuk representatif yang
pernah dan sering digunakan di berbagai negara antara lain sebagai berikut.
The Differential Aptitude Test (DAT). Tes ini terdiri dari delapan subtes: verbal reasoning,
numerical ability, abstract reasoning, space relations, mechanical reasoning,
clerical speed and accuracy, spelling, dan language usage. Keseluruhan
batterai membutuhkan 3 jam untuk pengisiannya. Pada awalnya batterai ini
dirancang untuk siswa sekolah menengah dan perguruan tinggi. Saat skor verbal
dan numeric dikombinasikan, terbentuk bakat skolastik. Subtes lain digunakan
untuk perencanaan vokasional dan pendidikan.
The General Aptitude
Test Battrai (GATB). Batterai ini
merupakan komposisi atas delapan paper and pencil test dan empat tes
apparatus. Sembilan kemampuan diukur oleh 12 tes: intelligence, verbal,
numerical, spatial, form perception, clerical perception, motor coordination,
finger dexterity, dan manual dexterity. Tes ini diputuskan untuk siswa SMA
dan orang dewasa. Waktu tes 2,5 jam. Hasil tes digunakan untuk konseling
vokasional, pendidikan, dan penempatan.
Flanagan Aptitude Classification
Test (FACT). Tes ini terdiri dari 16 subtes: inspection, coding, memory,
precision, assembly, scales, coordination, judgement/comprehension, arithmetic,
patterns, components, tables, mechanics, expression, resoning, and ingenuity.
Masing – masing tes mengukur pertimbangan perilaku kritis terhadap performa
pekerjaan. Diputuskan memilih kelompok seleksi. Keseluruhan aspek tes
memerlukan waktu beberapa jam. Awalnya tes ini dirancang untuk siswa sekolah
menengah dan orang dewasa.
Army Services Vocational Aptitude
Battrai (ASVAB). Tes ini terdiri dari 12 subjek: general information,
numerical operations, attention to detail, work knowledge, arithmetic
reasoning, space perception, mathematics knowledge, electronic information,
mechanical comprehension, general science, shop information, and automotive
information. Total waktu tes 180 menit. Tes dirancang untuk konseling karir
dalam melayani tentara tapi dapat juga digunakan untuk konseling karir secara
umum. Tersedia bagi sekolah menengah.
2.
Tes
Prestasi (Achievement Test)
Pada awalnya tes prestasi dirancang
untuk mengukur tingkat perkembangan kemampuan. Sekarang fungsi dan dasar
keterampilan akademik seperti aritmatika, membaca, dan penggunaan bahasa sesuai
bagi perencanaan pendidikan dan atau program pelatihan. Kecakapan akademik
telah lama menjadi faktor kunci dalam perencanaan karir bagi orang – orang yang
melanjutkan ke perguruan tinggi. Akan tetapi, kompetensi dasar akademik juga
ketentuan utama dalam kualifikasi vokasional vokasional tertentu. Sebagai
contoh, identifikasi dan kekurangan kompetensi akademik merupakan pertimbangan
utama untuk penempatan pelatihan bagi dropout. Hasil tes prestasi
memberi informasi penting untuk dimasukan dalam program untuk orang – orang
dewasa yang masuk atau kembali bekerja. Perubahan teknologi dan kondisi ekonomi
akan berhadapan dengan bayak pekerja yang mengikuti program untuk meningkatkan
keterampilan mereka atau latihan untuk melengkapi posisi yang berbeda.
Penilaian tingkat kemampuan dibutuhkan untuk menentukan lingkup karir individu.
Ada tiga kategori tes prestasi: 1)
survey batterai umum (general survey battery); 2) tes tunggal-subjek (single-subjects
tests); dan 3) batterai-batterai diagnostik (diagnostic batteries). General
survey battery mengukur pengetahuan berpikir banyak subjek di sekolah dan
distandardisasi pada populasi yang sama. Single-subjects tests mengukur
pengetahuan hanya satu subjek. Diagnostic batteries mengukur pengetahuan
kecakapan khusus seperti membaca, mengeja, dan prestasi aritmetik.
Penggunaan tes prestasi dalam
konseling karir diilustrasikan dalam tiga kasus berikut. Pada contoh pertama,
survey aspek umum digunakan untuk membantu siswa dalam menentukan perguruan
tinggi mayor dan minor. Dalam contoh kedua, hasil tes prestasi digunakan untuk
tujuan yang sama, tetapi tes tunggal – subjek digunakan sebagai ganti survey
aspek umum. Contoh terakhir, aspek diagnostik digunakan untuk membantu seorang
wanita yang kembali menghadapai vokasional setelah beberapa tahun bekerja di
rumah.
Ana berminat menentukan kecakapan
sebagaian besar area materinya untuk tujuan memilih seni bebas mayor atau minor
di perguruan tinggi. Pada tujuan
hidupnya ini, dia tidak berminat dalam pemilihan karir tapi lebih
berminat pada rencana pendidikan. Konselor menentukan pilihan survey aspek
umum, yang menyediakan tes perbadingan seluruh subjek dalam aspek–aspek yang
telah terstandarisasi pada kelompok populasi yang sama. Profil tunggal akan
melayani Ana dengan pandangan luas atas kemampuan perbandingan dari tes seluruh
subjek.
Juan seorang siswa SMA yang sedang
mempertimbangkan perguruan tinggi., tetapi dia tidak dapat memutuskan antara
biologi dan kimia. Seluruh faktor seimbang atas kemungkinan karir, keputusan
dibuat untuk menentukan kemampuan mana yang lebih kuat dimiliki Juan. Konselor
memutuskan memilih test tunggal – subjek biologi dan kima, tes relatif lebih
seksama dan tepat sebagai perbandingan survey aspek umum dan diagnostik aspek.
Jadi, tes prestasi tunggal – subjek melayani evaluasi lebih seksama pada kemampuan
subjek khusus bagi Juan.
3.
Inventori
Minat (Interest Inventories)
Inventori minat sering digunakan
dalam konseling karir karena dapat membantu dalam mendeskripsikan minat-minat
okupasional umum pada diri individu. Inventori minat tidak hanya sebagai metode
untuk menilai minat karena secara sederhana bertanya kepada konseli tentang
minat juga dapat membantu untuk mengeksplorasi minat okupasionalnya. Penelitian
awal mengindikasikan bahwa minat-minat yang diekspresikan bukanlah prediktor
yang baik untuk pemilihan okupasional seperti inventori minat. Penelitian
berikutnya, menemukan bahwa minat yang diekspresikan dan diukur sama baiknya
untuk memprediksi pemilihan okupasional (Betsworth & Fouad, 1997). Hubungan
antara minat yang diekspresikan dan diukur adalah signifikan, dengan rata-rata
korelasi berkisar 0,46 (Athanasou & Cooksey, 1993). Meskipun minat
diekspresikan sebagai pengukuran yang baik, tetapi menggunakan inventori minat
lebih menguntungkan. Inventori minat ditujukan untuk mempromosikan eksplorasi
karir (Herr & Crammer, 1992). Tambahan, banyak inventori minat berhubungan
dengan minat konseli terhadap okupasi yang spesifik. Beberapa konseli memiliki
pendapat umum tentang minat mereka tetapi tidak diketahui bahwa okupasi mana
yang berhubungan dengan wilayah minat umum.
Menilai minat merupakan hal penting
bagi konselor untuk memahami hubungan antara minat dan variabel-variabel karir.
Contohnya, beberapa individu percaya bahwa jika konseli memiliki minat yang
tinggi, diprediksi ia akan sukses dalam karirnya. Minat yang kuat tidak
menjamin mencapai okupasional secara sukses (Betsworth & Fouad, 1997).
Ketika menjelaskan hasil inventori minat, konselor harus menekankan pada
instrumen yang hanya mengukur minat dan tidak mengindikasikan kemampuan.
Rangkuman penelitian pada hubungan antara minat dan kemampuan, Lent, Brown, and
Hackett (1994) melaporkan bahwa adanya hubungan yang kecil tetapi signifikan.
Hubungan antara minat dan kepuasan okupasional juga kecil (Tansberg, Slane,
& Ekeberg, 1993). Kecilnya hubungan kemungkinan disebabkan oleh kepuasaan
kerja dipengaruhi oleh berbagai variabel (seperti hadiah berupa uang atau rekan
kerja). Bagaimanapun, minat merupakan prediktor langsung dari karir (Pryor
& Taylor, 1986). Inventori minat ditemukan sebagai prediktor yang baik dari
pilihan akademik dan karir di masa depan, tetapi minat sendiri tidak menjamin
bahwa seseorang akan mendapatkan kepuasan dalam okupasinya.
Inventori minat memiliki hubungan
dengan konseling karir. Dua terbesar yang digunakan secara luas adalah Strong
Campbell Interest Inventory (SCII) dikembangkan oleh E.K. Strong (1938) dan
dimodifikasi oleh D.P. Campbell (1974) dan Kuder Interest Inventories
dikembangkan oleh G.F. Kuder (1963). Sekarang pendekatan Holland (1973) untuk
mengidentifikasi minat telah mendapat perhatian. Sebagai contoh, sejumlah
inventori minat termasuk SCII, the American College Testing Program Interest
Inventory, dan the Self Directed Search (Holland, 1977) dikonstruksi
dalam tipe kepribadian Holland. Kebanyakan inventori awalnya minat dirancang
oleh respon terhadap kompilasi beberapa daftar vokasional vokasional dan
aktivitas yang berhubungan dengan vokasional pekerjaan. Rasionalnya adalah
individu – individu lebih memiliki persamaan pola minat untuk menemukan
kelompok vokasional vokasional dari pada menemukan kepuasan dalam kelompok
vokasional tersebut.
Dua metode yang umum digunakan
adalah perbandingan langsung (suka dan tidak suka) dengan vokasional vokasional
spesifik dan perbandingan dengan tema atau kluster pada vokasional pekerjaan.
Inventori minat melayani perbandingan langsung dengan vokasional vokasional
spesifik biasanya termqsuk indeks numerik untuk tujuan perbandingan. Sebagai
contoh, pada Kuder Occupational Interest Survey (Kuder, 1966) terdapat
koefisien korelasi sebagai indeks pembanding respon seseorang terhadap kelompok
vokasional pekerjaan. SCII menggunakan skor standar untuk tujuan tersebut.
Sebagai tambahan, sejumlah inventori itu apakah mengindikasi adanya persamaan
atau tidak ada persamaan terhadap kriteria kelompok vokasional pekerjaan.
Sebagai contoh, respon minat seseorang sangat sama dengan akuntan dan sangat
tidak sama dengan pekerja sosial.
Kluster vokasional vokasional
diadakan dalam keberagaman rencana. Beberapa kluster didasarkan atas DOT. Kuder
General Interest Survey (Kuder, 1964) menghasilkan 10 skala minat yaitu: outdoor,
mechanical, computational, scientific, persuasive, artistic, literary, musical,
social service, and clerical. SCII menghasilkan enam vokasional vokasional
umum berdasarkan skala yang diambil dari enam modal gaya personal Holland
(1973) dan menggabunghkan denga lingkungan pekerjaan. Index suatu kelompok
vokasional vokasional sistem kluster lebih baik dari pada vokasional vokasional
tunggal, meskipun secara individual dapat memperoleh vokasional vokasional
khusus dari kluster – kluster.
Bagi bukan pembaca, gambaran
inventori minat digunakan untuk menentukan minat pekerjaan. Inventori ini
menggambarkan lingkungan pekerjaan, seseorang dalam pekerjaan, dan berbagai
aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan. Respon individu dicatat dengan
cara melingkari angka – angka atau gambar – gambar atau menunjuk suatu gambar.
Gambar inventori minat juga merupakan dasar diskusi tentang eksplorasi karir.
Strong Interest Inventory. The
Strong Interest Inventory (SII) (Harmon, Hansen, Borgen & Hammer, 1994)
dipublikasikan pada tahun 1927 yang dikenal dengan nama Strong Vocational
Interest Blank. Asesmen the Strong Interest Inventory sering juga
disebut the Strong, juga disebut the Strong – Campbell Interest
Inventory pada tahun 1985. Evolusi instrumen ini lebih dari 50 tahun, dan
sampai sekarang digunakan secara luas. Tidak hanya the Strong Interest
Inventory yang direkomendasikan untuk digunakan dalam konseling karir
(Watkins, Campbell, & Nieberding, 1994), tetapi sering juga dicatat bahwa
instrumen ini digunakan dalam konseling secara umum (Bubenzer et al.,
1990; Elmore et al; 1993). Tambahan, the Strong Interest Inventory
salah satu dari banyak instrumen yang diteliti dalam konseling, lebih dari 100
penelitian. The Strong Interest Inventory menggunakan respon individu
terhadap item-item dengan membandingkan (compare) respon mereka dengan
pola-pola respon orang di dalam okupasi yang berbeda. Instrumen ini dapat
digunakan untuk siswa sekolah menengah atas, mahasiswa, dan orang dewasa.
Versi 1994 (Form T317) dari the
Strong Interest Inventory terdiri atas 317 item dengan delapan sampai
sembilan level. Secara individual Suka (Like); Tidak Berbeda (Indifferent)
atau Tidak Suka (Dislike) terhadap okupasi, mata pelajaran sekolah,
aktivitas, aktivitas di waktu luang, dan tipe-tipe orang. Kepada individu juga
ditanyakan tentang pemilihan preferensi antara dua aktivitas dan untuk menjawab
beberapa pertanyaan tentang karakter. Bagian kedua terdiri dari 6 pasang
preferensi pilihan di antara pilihan. Pilihan tersebut kesemuanya mungkin
merupakan kombinasi dari ide, data, orang, benda, dan item diskor sebagai Personal
Style Scales.
Kuder Occupational Interest
Survey. Survey ini diskor dan
terdiri dari 77 skala vokasional vokasional dan 29 skala pergutuan tinggi utama
bagi laki – laki dan 57 skala vokasional dan 27 skala perguruan tinggi utama
bagi perempuan. Laporan menggunakan inventori seleksi, penempatan, dan
eksplorasi karir. Tidak ada batasan waktu untuk tes, sekitar 30 – 40 menit.
Norma berdasarkan sampel data dari perguruan tinggi senior.
Ohio Vocational Interest Survey
(OVIS). Survey ini digunakan oleh siswa kelas 8 sampai 12. waktu test 60
sampai 90 menit. Skore mengkasilkan 24 skjala minat umum yang dihubungkan
terhadap orang, data, dan sesuatu. Awalnya survey ini mengukur area minat umum.
Self Directed Search (SDS).
Inventori minat ini berdasarkan perkembangan karir teori Holland (1973).
Inventori ini memutuskan sendiri, menskor sendiri, menginterpretasi sendiri.
Waktu tes 30 sampai 40 menit. Skor diorganisir untuk mengungkapkan suatu kode
vokasional vokasional atau suatu ringkasan kode dari tiga kode tipe kepribadian
dan model lingkungan dari tipologi Holland: Realistic, Investigative,
Artistic, Social, Enterprising, and Conventional. Inventori ini digunakan
oleh siswa sekolah menengah, perguruan
tinggi, dan orang dewasa lainnya.
Strong-Campbell Interest
Inventory (SCII). Inventori ini mengkombinasikan versi perempuan dan laki –
laki dari Strong Vocational Interst Blank. Interprestasi skor
berdasarkan atas tipologi Holland. Format interpretasi termasuk enam tema
vokasional vokasional umum, 23 skala minat dasar, dan 123 skala vokasional
pekerjaan. Indeks keputusan termasuk indeks orientasi –akademik dan indeks introversion
– extroversion. Waktu tes 30 – 40 menit.
Brainard Occupation Preference Inventory. Inventori ini dirancang untuk digunakan di kelas 8
sampai 12. Waktu testing 30 menit. Skor dinyatakan dengan persentil bagi laki –
laki dan perempuan dan digunakan sebagai petunjuk eksplorasi karir. Skor
individual menghasilkan enam pilihan: commercial, mechanical, professional,
aesthetic, scientific, agriculture (hanya untuk laki-laki), dan personal
service (hanya untuk perempuan).
Career Assessment Inventory
(CAI). Inventori ini merupakan skor perhitungan yang dapat diputuskan dalam
waktu 45 menit. Inventori ini diirancang untuk siswa kelas 8 sampai dewasa.
Laporan tiga tipe skala yaitu skala tema vokasional umum, skala minat dasar.
4.
Inventori
Kepribadian (Personality Inventories)
Mayoritas teori menekankan perkembangan kepribadian
sebagai suatu faktor yang dipertimbangkan dalam perkembangan karir. Sebagai
contoh, Roe (1956) memberikan postulat bahwa perkembangan kepribadian awal
berkaitan dengan interaksi keluarga yang
mempengaruhi arah pekerjaan. Super et
al. (1963) mencurahkan perhatian pada perkembangan konsep diri.
Tiedeman dan O’Hara (1963) berkenaan dengan perkembangan total kognitif dalam
membuat keputusan. Holland’s (1973) sistem pilihan karir secara langsung
berhubungan dengan tipe-tipe dan gaya kepribadian. Sebab untuk menggunakan
inventori kepribadian dalam program konseling karir ditemukan kemapanan.
Perkembangan angket 16 faktor
kepribadian (Sixteen Personality Factor Questionnaire) (16 PF) oleh Cattell, Eber, dan Tatsuoka (1970)
mengararahkan pada cara untuk mengintegrasikan inventori kepribadian ke dalam
program konseling karir. Pola-pola kepribadian terhadap vokasional dan
kecocokan vokasional berkenaan dengan seluruh komponen-komponen angket. 16
Faktor diukur dengan angket 16 FP yang merupakan sumber sifat-sifat atau
faktor-faktor, yang diperoleh dari kombinasi-kombinasi yang berbeda dari
sifat-sifat kepribadian yang dimiliki individu (Cattell et al., 1970).
Sifat-sifat ini dibandingkan dengan profil pekerjaan, penyediaan
observasi-observasi pekerjaan, dan proyeksi kecocokan jabatan.
Observasi vokasional meliputi
informasi potensi individu untuk memimpin dan keterampilan interpersonal yang
bermanfaat untuk latihan akademis. Rangking proyeksi kecocokan vokasional sebagaimana
individu membandingkan dengan profil khusus vokasional yang sangat tinggi
terhadap yang sangat rendah. Sumber sifat-sifat khusus dicatat untuk
masing-masing profil vokasional tersedia sekarang ini ada 24, menyediakan
perbandingan sifat-sifat karakteristik dibanding untuk tiap individu
mempekerjakan dalam kepastian vokasional. Inventori kepribadian dibuat untuk
kepentingan kepuasan kebutuhan-kebutuhan individu dengan pekerjaan, keluarga,
dan kesenangan. Seperti konselor membantu individu dalam eksplorasi karir, kita
sebaiknya mempertimbangkan individualitas tiap-tiap pribadi konseli. Dalam hal ini kerangka pola-pola
kepribadian individu membantu dalam
tugas-tugas mengidentifikasin dan mengklarifikasi tiap-tiap kebutuhan
individu. Kebutuhan mengubah hidup,
tujuan kita menolong individu mengkalirifikasi kebuthan-kebutuhannnya untuk
perencanaan yang efektif dan tujuan prestasi. Inventori kepribadian menyediakan
informasi untuk menidentifikasi kebutuhan dan penyediaan rangsangan untuk
mengeksplorasi karir. Dalam inventori kepribadian individu dibawa untuk
mengenali sumber-sumber penyebab seperti
frustrasi dan motivasi yang tertekan bertahun-tahun. Selanjutnya ia akan mampu
menemukan kebutuhan-kebutuhan untuk berprestasi di bidang lain yang mana ia bekerja.
Inventori kepribadian menyiapakn informasi-informasi penting yang dapat bekerjasama dalam suatu program
konseling kelompok atau individu untuk membantu individu dengan masalah-masalah
yang berkaitan dengan karir.
Untuk
memperoleh gambaran mengenai inventori kepribadian, pada tabel 7.1 (halaman
156) dikemukaakan secara singkat berbagai jenis instrument, tingkatan serta
keterannya .
Tabel 7.1
Contoh Inventori Kepribadian yang Representatif
No
|
Jenis Instrumen
|
Tingkatan
|
Keterangan
|
1.
|
California Test of
Personality
|
Play group,TK,
SD, SMP, dewasa
|
Tes menilai
penyesuaian personal dan sosial.
|
2.
|
Edwards Personal
Preference Schedule
(EPPS)
|
Mulai SMP
|
Mengukur 15 aspek
kepribadian; achievement, dominance, endurance, order,intraception,
nurturance, affiliation, heterosexuality, exhibition, autonomy, aggression,
change, succorance, abasement, deference.
|
3.
|
Guilford-Zimmerman
Temperament Survey
|
Dari sampel
perguruan tinggi
|
Mengukur 10 sifat:
aktivitas umum, pengendalian, kekuasaan, kemampuan sosial, stabilitas emosi,
obyektifitas, persahabatan, keprihatinan, hubungan pribadi, kejantanan
|
4.
|
Minnesota
Counseling Inventory
|
Kelas 12 ke atas
|
Mengukur
penyesuaian anak laki-laki dan perempuan dalam tingkatan usia di atas 12
tahun. Selanjutnya diikuti; keluarga, persahabatan, hubungan social,
stabiulitas emosi, conformitas, penyesuaian terhadap kenyataan, kebaikan dan
kepemimpinan.
|
5.
|
16 personality
Factor (16 PF)
|
Usia 16 tahun atau
lebih tua
|
Mengukur 16
faktor-faktor kepribadian individu. Untuk mengidentifikasi pola-pola
kepribadian yang berkaitan dengan proyeksi kecocokan jabatan. Proyeksi ini
menyediakan suatu perbandinmhgan dari profil individu dengan sampel profil
vokasional.
|
6.
|
Temperament and
Values Inventories
|
|
Memiliki 2 bagian)
Dimensi temperamen kepribadian yang berkaitan terhadap pilihan karir. (2)
nilai-nilai yang berkaitan terhadap penghargaan kerja. Memiliki 8 tingkatan
bacaan dan tidaka merekomendasikan untuk menggunakan tingkat ke 9. Inventori
ini terbatas waktu dan penyekoran. Skor menolong menentukan kongkruen atau
tiedak kongkruen dengan aspirasi-aspirai karir individu.
|
5.
Inventori
Nilai-nilai (Values Inventories)
Dalam wilayah asesmen karir, eksplorasi nilai-nilai
kadang-kadang diabaikan padahal nilai-nilai sering merupakan aspek kritis pada
proses konseling karir. Osborne, Brown, Niles, and Miller (1997)
mengindikasikan bahwa “pemahaman terhadap nilai-nilai individu merupakan elemen
penting dari proses pembuatan keputusan. Nilai-nilai merupakan dasar untuk
mencapai tujuan hidup yang telah ditetapkan dan pedoman untuk individu dalam
membuat keputusan personal secara konsisten untuk masa depan” (p. 82).
Nilai-nilai kerja memiliki korelasi yang tinggi daripada minat dengan kepuasan
kerja (Rounds, 1990). Beberapa instrumen secara tipikal diasosiasikan dengan
asesmen nilai-nilai karir disebut dengan istilah kebutuhan atau preferensi.
Apabila konselor menggunakan inventori
nilai-nilai, para praktisi harus mengingat bahwa inventori bersifat inklusif
dari semua kemungkinan nilai-nilai. Nilai-nilai konseli kadang-kadang tidak
dapat dinilai menggunakan instrumen. Chartrand and Walsh (dalam penerbitan)
berargumen bahwa asesmen karir yang hanya berfokus pada nilai-nilai kerja
tidaklah mencukupi karena banyak orang yang ingin menguji nilai-nilai mereka
secara berlawanan dengan peran-peran hidupnya yang ganda. Konselor membutuhkan
tambahan dalam menggunakan inventori nilai-nilai dengan mengeksplorasi
nilai-nilai lainnya yang mungkin ada.
Untuk tujuan konseling karir,
inventori nilai-nilai diklasifikasikan ke dalam dua tipe:
a.
Inventori yang
terutama mengukur nilai-nilai bekerja.
b.
Inventori yang
mengukur nilai-nilai yang berkaitan dengan keluasan aspek-
aspek gaya hidup.
Inventori nilai-nilai
bekerja seperti menyiratkan nama, dirancang untuk mengukur nilai-nilai yang
berhubungan dengan keberhasilan dan kepuasan kerja (prestasi, prestise,
keamanan, dan kreativitas). Nilai-nilai membangun prioritas tinggi kepada
individu untuk menyediakan dimensi-dimensi lain dari informasi bahwa mungkin
digunakan dalam eksplorasi karir. Dalam kategori kedua nilai-nilai
dipertimbangkan dalam banyak perluasan istilah tapi dapat dikaitkan terhadap
kebutuhan-kebutuhan dan kepuasan-kepuasan yang berhubungan dengan hidup dan
bekerja. Dua tipe inventori menyediakan informasi yang secara khusus bermanfaat
untuk mengklarifikasi kebutuhan-kebutuhan individu berkaitan dengan bekerja,
rumah, keluarga, dan kesenangan.
Skala Nilai-nilai (Values Scale). Skala nilai-nilai (the
Values Scale) (Nevill & Super, 1989) adalah pengukuran antara kerja dalam kaitannya
dengan nilai-nilai kerja dan nilai-nilai umum. Hasil skor 106 item dari 21
nilai-nilai (seperti pemanfaatan kemampuan, prestasi, keamanan ekonomi, dan
perkembangan pribadi). Penulis memberikan label pada skala ini dengan “Research
Edition” untuk mengindikasikan bahwa ahli klinis harus hati-hati menggunakan
instrumen ini. Skala tersebut menggunakan sampel normatif, tetapi penulis juga
merekomendasikan interpretasi ipsative. Interpretasi ipsative
(ipsative interpretation) bermakna bahwa variabel-variabel dikomparasikan
dengan yang lain tanpa referensi nilai-nilai konseli, baik tinggi maupun rendah
jika dikomparasikan dengan orang lain. Slaney and Suddarth (1994)
menggarisbawahi bahwa pendekatan kehati-hatian dalam penggunaan instrumen ini
harus menjadi perhatian. Mereka merekomendasikan setelah banyak melakukan
penelitian bahwa instrumen ini hanya digunakan untuk orang dewasa mesti
dihubungkan dengan pengukuran lain. The Values Scale digunakan dalam
pendekatan C-DAC Super (Osborne, et al., 1997) yang dikembangkan untuk
perkembangan, asesmen, dan konseling karir.
Salience Inventory. Fokus
dari the Salience Inventory (Nevill & Super, 1986) adalah skala
mengenai peran-peran (roles) nilai-nilai individu. Skala ini didasarkan
pada konsep Super bahwa saliency dari perbedaan peran akan bervariasi
sejak individu mengalami siklus kehidupan (life cycle). Super (1980)
telah mengidentifikasi lima peran utama yang diukur oleh the Salience
Inventory : siswa, pekerja, mengurus rumah tangga, (meliputi pasangan dan
orangtua), waktu luang, dan masyarakat. Pada the Salience Inventory,
lima peran dinilai dengan tiga cara : Skala Komitmen (the Commitment Scale),
Skala Partisipan (the Participant Scale), dan Skala Ekspektasi Nilai (the
Expectation Value Scale). Instrumen ini dapat digunakan untuk remaja dalam
menguji peran-peran terbaru (saat ini) dan dan salah satunya untuk menguji
komitmen terhadap masa depan. Skala ini dapat juga digunakan untuk membantu
kaum perempuan yang menghadapi isu-isu peran ganda dan mungkin juga peran yang
tumpang tindih. Instrumen ini juga merupakan bagian integral dari model C-DAC
Super (Osborne, et al., 1997).
Minnesota Importance
Questionnaire. The Minnesota Importance Questionnaire (MIS, Weiss, Dawis,
& Lofquist, 1981) berhubungan dengan teori penyesuaian kerja (the theory
of work adjusment) dan sering digunakan dalam praktik untuk menilai kebutuhan
dan nilai-nilai. Instrumen ini cocok untuk konseli yang berusia 16 tahun atau
lebih tua. The MIS menilai 21 kebutuhan (seperti Pemanfaatan Kemampuan,
Kompensasi, Rekan Kerja) dan enam nilai-nilai kerja (seperti Prestasi,
Altruism, Otonomi, Kenyamanan, Keamanan, dan Status).
Tabel 7.2
Contoh Inventori Nilai-nilai yang Lain
No
|
Jenis Instrumen
|
Tingkatan
|
Keterangan
|
1.
|
Work Environment
Preference Schedule
|
SMA, Perguruan
Tinggi, dan tentara
|
Mengukur kemampuan
adaptasi indisvidu terhadap birokrasi organisasi.Tes ini terbatas waktu dan
diadministrasikan sendiri. Total skor merefleksikan komitmen individu untuk
seperangkat bakat, nilai-nilai, dan perilaku uyang dibangun dalam birokrasi
organisasi.
|
2.
|
Work Values
Inventories (WVI)
|
Untuk usia kelas 7
kelas 12.
|
Mengukur
sumber-sumber kepuasan individu yang ditemukan dari lingkungan kerjanya. Skor
yang yang diuhasilkan yaitu ukuran altruis, estetik, kresatifitas, rangsangan
intelektual, oindependensi, prestise, managemen, invest ekonomi, keamanan,
kesegaran lingkungan, hubungan-hubungan supervise, nilai-nilai persahabatan
dengan perkumpulan, pandangan hidup, dan variasi kerja.
|
Contoh dari perluasan Work Values Inventories
(WVI) adalah:
No
|
Jenis Instrumen
|
Tingkatan
|
Keterangan
|
1.
|
Values Studies
|
SMA, Perguruan
Tinggi dan beberapa kelompok jabatan.
|
Mengukur
nilai-nilai individu dalam 10 kategori: Teoritis, ekonomi, aestetika, sosial,
politik, dan religius. Untuk mengukur kekuatan nilai-nilai (indikasinya
seperti; tinggi, sedang, dan rendah) untuk bahan referansi bagi program
konseling individual dan kelompok.
|
2.
|
Interpersonal
Values Survey
|
SMA, Perguruan
Tinggi dan orang dewasa lain.
|
Mengukur
nilai-nilai penting yang berhubunhgan dengan orang lai; dukungan,
konformitas, independensi, kebajikan, dan kepemimpinan. Membantu mengevaluasi
personal, sosial, status, dan penyesuaian jabatan.
|
3.
|
Personal Values
Survey
|
Perguruan tinggi
lokal dan dapat juga SMA
|
Mengukur
nilai-nilai yang mempernagruhi bagaiamana individu mengatasi masalah
sehari-hari. Skor yang dihasilkan beriupa; kepicikan, prestasi, selingan,
ketegasan, keteriban, orientsi tujuan. Inventori ini diadministrasikan
sendiri.
|
C. Proses
Pemilihan Karir
Asesmen perbedaan
individu digunakan untuk menilai konseli dalam membuat keputusan karir.
Instrumen tersebut menilai isi (contents) yang bermacam-macam (seperti
minat, nilai-nilai) yang menunjukkan adanya hubungan dalam pilihan karir. Fokus
pandangan sekarang tentang instrumen adalah untuk pengukuran konseli dalam
proses pembuatan keputusan karir. Tipikal pengukuran dari variabel-variabel
proses karir adalah level keputusan atau kepastian dan level kematangan karir
(Oliver & Spokane, 1988; Whiston et al., 1998).
1.
Pembuatan
Keputusan Karir (Career Decision Making)
Pembuatan
keputusan karir sering dapat membantu dalam konseling karir yang
mengindikasikan posisi konseli, apakah berada dalam keputusan karir atau
ketidakmampuan membuat keputusan karir. Intervensi konselor adalah menyeleksi
keinginan yang mungkin berbeda antara konseli yang mampu membuat keputusan
karir dengan konseli yang tidak mampu membuat keputusan karir.
Instrumen
yang secara luas digunakan dalam wilayah ini adalah the Career Decision
Scale (CDS, Osipow, 1987). The CDS terdiri dari dua bagian, bagian pertama
terdiri dari 19 item untuk mengukur level perasaan tertentu pada individu dalam
membuat keputusan karir. Selanjutnya, 16 item mengukur level dari
ketidakmampuan dalam membuat keputusan karir.
Instrumen
lain yang juga sering digunakan untuk mengukur kemampuan pembuatan keputusan
karir adalah My Vocational Situation (MVS) dari Holland, Daiger, dan Power
(1980). Instrumen MVS terdiri dari tiga subskala, yaitu : the Vocational
Indentify Scale, the Occupational Information Scale, dan the Barrier Scale.
The Vocational Identify Scale sering digunakan untuk mengukur ketidakmampuan
membuat keputusan dan menilai kejelasan dan stabilitas dari karir individu
dengan atribut-atribut karir dirinya. CDS dan MVS tidak hnaya digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang konseli, tetapi juga digunakan untuk mengevaluasi
efektivitas konseling karir. Instrumen lainnya adalah the Assessment of Career
Decision making (Harren, Buck, & Daniels, 1985) yang terdiri dari 94 item
dengan tujuan utama pengukurannya pada gaya-gaya pembuatan keputusan karir dan
akademik. Instrumen ini berfokus pada gaya pembuatan keputusan yang digunakan
konseli (seperti Rasional, Intuitif, atau Dependen).
2.
Kematangan
Karir (Career Maturity)
Kematangan Karir (Career Maturity) merupakan tema
sentral dalam teori perkembangan karir masa hidup (life span career
development) yang dicetuskan oleh Super. Super memperkenalkan dan
mempopulerkan konsep tentang kematangan karir setelah penelitiannya tentang
pola karir di tahun 1950-an.
Betz (1988)
mendefinisikan kematangan karir (career maturity) sebagai “extent to which
the individual has mastered the vocational tasks, including both knowledge and
attitudinal components, appropriate to his or her stage of career development”
(p.80).
Kematangan Karir (Career Maturity)
juga didefinisikan sebagai kesesuaian antara perilaku karir individu dengan
perilaku karir yang diharapkan pada usia tertentu di setiap tahap. Criter (Herr
& Cramer, 1979 : 174) berpendapat bahwa “.... the maturity of an
individual’s vocational behavior as indicated by the similarity between his
behavior and that of the oldest individual’s in his vocational stages”.
Definisi ini lebih menekankan pada kematangan karir sebagai tahapan hidup (life-stages).
Sementara itu, Super (Sharf, 1992 : 155) menyatakan bahwa kematangan karir
didefinisikan sebagai “....the readiness to make appropriate career
decisions”....rediness to make (a) good choice (s) atau kesiapan individu
untuk membuat pilihan karir yang tepat. Definisi kedua ini lebih menekankan
pada kesiapan untuk membuat pilihan dan keputusan karir secara tepat.
Berdasarkan pada uraian tersebut,
dapat dimaknai bahwa kematangan karir remaja dapat diukur dari dimilikinya
indikator-indikator kematangan karir
sebagai berikut.
Pertama, Aspek Perencanaan Karir
(Career Planning). Aspek ini meliputi indikator-indikator berikut : a)
mempelajari informasi karir; b) membicarakan karir dengan orang dewasa; c)
mengikuti pendidikan tambahan (kursus) untuk menambah pengetahuan tentang
keputusan karir; d) berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler; e) mengikuti
pelatihan-pelatihan berkaitan dengan pekerjaan yang diinginkan; f) mengetahui
kondisi pekerjaan yang diinginkan; g) mengetahui persyaratan pendidikan untuk
pekerjaan yang diinginkan; h)
dapat merencanakan apa yang harus dilakukan
setelah tamat sekolah; h)
mengetahui cara dan kesempatan memasuki dunia kerja yang diinginkan; dan j)
mampu mengatur waktu luang secara efektif.
Kedua, Aspek Eksplorasi Karir (Career
Exploration). Eksplorasi karir
didefinisikan sebagai keinginan individu untuk mengeksplorasi atau melakukan
pencarian informasi terhadap sumber-sumber informasi karir. Eksplorasi karir
(sharf, 1992 : 52-53) merupakan waktu ketika individu mengupayakan agar
dirinya memiliki pemahaman yang lebih terutama tentang informasi pekerjaan,
alternatif-alternatif karir, pilihan karir dan mulai bekerja. Aspek ini
mencakup indikator-indikator sebagai berikut : a) berusaha menggali dan mencari
informasi karir dari berbagai sumber (guru bk, orangtua, orang yang sukses, dan
sebagainya; b) memiliki pengetahuan tentang potensi diri, di antaranya bakat,
minat, inteligensi, kepribadian, nilai-nilai, dan prestasi; c) memiliki cukup
banyak informasi karir.
Ketiga, Pengetahuan tentang Membuat
keputusan Karir (Decision Making). Aspek ini terdiri dari indikator-indikator berikut: a) mengetahui
cara-cara membuat keputusan karir; b) mengetahui langkah-langkah dalam membuat
keputusan karir, terutama penyusunan rencana karir; c) mempelajari cara orang
lain membuat keputusan karir; d) menggunakan pengetahuan dan pemikiran dalam
membuat keputusan karir.
Keempat, Pengetahuan (Informasi)
tentang Dunia Kerja (World of Work Information). Menurut Super (Sharf, 1993 : 158) konsep ini memiliki
dua komponen dasar, yaitu : Pertama, berhubungan dengan tugas perkembangan
ketika individu harus mengetahui minat dan kemampuan dirinya, mengetahui cara
orang lain mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaannya, dan
mengetahui alasan orang lain berganti pekerjaan. Kedua, konsep yang berkaitan
dengan pengetahuan tentang tugas-tugas pekerjaan dalam satu vokasional dan
perilaku-perilaku dalam bekerja.
Kelima, Aspek Pengetahuan tentang
Kelompok Pekerjaan yang Lebih Disukai (Knowledge of Preferred Occupational
Group). Aspek ini terdiri dari indikator-indikator
berikut : a) Memahami tugas dari pekerjaan yang diinginkan; b) mengetahui sarana yang dibutuhkan
dari pekerjaan yang diinginkan; c) mengetahui persyaratan fisik dan
psikologis dari pekerjaan yang diinginkan; d) mengetahui minat-minat dan
alasan-alasan yang tepat dalam memilih pekerjaan.
Keenam, Aspek Realisme Keputusan
Karir (Realism). Realisme keputusan
karir adalah perbandingan antara kemampua individu dengan pilihan pekerjaan
secara realistis (Super dalam Sharf, 1992 : 159). Aspek ini terdiri dari
indikator-indikator berikut : a) Memiliki pemahaman yang baik tentang kekuatan
dan kelemahan diri berhubungan dengan pilihan karir yang diinginkan; b) Mampu
melihat faktor-faktor yang akan mendukung atau menghambat karir yang
diinginkan; c) Mampu melihat kesempatan yang ada berkaitan dengan pilihan karir
yang diinginkan; d) Mampu memilih salah satu alternatif pekerjaan dari berbagai
pekerjaan yang beragam; dan e) Dapat mengembangkan kebiasaan belajar dan
bekerja secara efektif.
Ketujuh,
Orientasi Karir (Career Orientation). Orientasi karir didefinisikan sebagai skor total dari: a) sikap terhadap
karir; b) keterampilan membuat keputusan karir; dan c) informasi dunia kerja
(Super dalam Sharf, 1992 : 159).
Sikap
terhadap karir terdiri dari perencanaan dan eksplorasi karir. Keterampilan
membuat keputusan karir terdiri dari kemampuan menggunakan pengetahuan dan
pemikiran dalam membuat keputusan karir. Informasi dunia kerja terdiri atas
memiliki informasi tentang pekerjaan tertentu dan memiliki informasi tentang
orang lain dalam dunia kerjanya.
Terdapat dua instrumen
yang sering digunakan dalam pengukuran kematangan karir, yaitu : the Career
Development Inventory dan the Career Maturity Inventory. The Career Development
Inventory (CDI, Super, thompson, Lindeman, Jordaan & Myers, 1988b)
untuk mengukur kematangan karir dengan menggunakan teori Super. Skala tentang
perencanaan karir, eksplorasi karir, pembuatan keputusan, dan korepondensi
dunia kerja sebagai eksepsi dari orientasi realitas (Reality Orientation).
Dalam pengukuran kematangan karir, disebut juga dengan the Career
Orientation Total. CDI terdiri dari dua bentuk yang diperuntukkan bagi
konseli yang berusia Sekolah Menengah Atas dan Mahasiswa. Instrumen lain yang
berhubungan dengan instrumen kematangan karir adalah the Adult Career
Concerns Inventory (ACCI, Super, Thompson, Lindeman, Jordaan, & Myers,
1988a) yang dikembangkan dari the Career Development Scale (Adult Form).
Instrumen
pengukuran kematangan karir lainnya adalah Career Maturity Inventory (CMI)
(1978) yang dikembangkan oleh Crites. CMI merupakan komposisi dari skala sikap
dan tes lima kompetensi. Asesmen keduanya – antara sikap dan kompetensi –
diperuntukkan bagi siswa kelas 6 sampai 12. the Attitude Scale untuk
menilai kemampuan pembuatan keputusan, keterlibatan, independensi, orientasi,
dan kompromi dalam pembuatan keputusan karir. The Competency Test lebih
banyak mengukur variabel kognitif seperti penilaian diri (self appraisal),
informasi okupasional, penyeleksian tujuan, perencanaan, dan penyelesaian
masalah (problem solving).
Inventori kematangan karir lainnya disajikan pada tabel
7.3 halaman 167.
Tabel 7.3
Contoh Inventori Kematangan Karir
No
|
Jenis instrumen
|
Tingkatan
|
Keterangan
|
1.
|
Career
Developmental Inventory (CDI)
|
Untuk kelas 6
|
Alat untuk
mendiagnosa perkembangan individu atau prosedur konseling kelompok atau dapat
digunakan untuk mengevaluasi program perkembangan karir. Skor yang dihasilkan
yaitu orientasi perencanaan, kesiapan eksplorasi, informasi, dan pembuatan
keputusan.
|
2.
|
Career Maturity
Inventory (CMI)
|
Untuk kelas 6
sampai 12
|
Dibagi dua bagian:
skala sikap dan skala kompetensi. Skala sikap mengukur; ketegasan,
keterlibatan, independensi, orientasi, dan kompromi dalam pengambilan
keputusan. Skala kompetensi mengukur; penilaian diri, informasi jabatan,
pemilihan tujuan, perencanaan, pemecahan masalah.
|
3.
|
Cognitive
Vocational Maturity Test (CVMT)
|
|
Tes ini mengukur
pengetahuan kognitif seseorang
terhadap informasi jabatan pekrjaan. Skor yang dihasilkan mengukur
pengetahuan lapangan pekerjaan, prosedur seleksi kerja, kondisi kerja,
pendidikan yang dibutuhkan, kebutuhan khusus untuk memperluas jabatan
pekerjaan. Inventori ini memiliki informasi penting tentang kemampuan memilih
karir dan dapat digunakan sebagai alat diagnosa kurikulum dan bimbingan yang dibutuhkan.
|
4
|
New Mexico Career
Education Test
|
Kelas 9 sampai 12
|
Tes ini mengukur
tujuann pebelajar terhadap program pendidikan karir. Terdapat enam criteria
hasil asesmen tes yaitu sikap terhadap kerja, rencana karir, aktivitas
orientasi karir, pengetahuan jabatan pekerjaan, prosedur aplikasi kerja, dan
perkembangan karir.
|
D. Program Asesmen Karir Integratif
Catatan awal
menyebutkan bahwa beebrapa asesmen minat dan bakat ditujukan untuk digabungkan
dengan yang lain. Dalam bagian ini, beberapa program yang dikombinasikan adalah
hasil asesmen minat, bakat, dan nilai-nilai.
COPSystem.
The COPSystem dipublikasikan oleh Educational and Industrial Testing
Services (EdITS) dan dikombinasikan dengan beberapa bagian dari inventori
minat, kemampuan, dan nilai-nilai. Instrumen tersebut dapat digunakan
tanpa/dengan yang lain. Penggunaan Pedoman Karir Komprehensif (the Comprehensive
Career Guide), merupakan hasil dari asesmen minat, kemampuan, dan nilai-nilai
yang dapat diinterpretasikan dengan hasil dari ketiga asesmen yang digunakan
pada sistem klasifikasi okupasional yang sama. Bergantung pada kebutuhan
konseli, praktisi dapat menyeleksi dari versi-versi yang sesuai dari the
COPSystem Interest Inventory (COPS). Dalam menilai minat, secara umum dari
(COPS-Revised), instrumen fokus profesional (COPS-P), satu lagi cocok untuk
siswa sekolah dasar sampai menengah atas (COPS-II), dan instrumen bergambar
(COPS-PIC). Instrumen nilai-nilai, the Career Orientation Placement and
Evaluation Survey (COPES) yang telah direvisi tahun 1995. Instrumen pengukuran
delapan nilai menggunakan kontinuum (seperti Investigatif vs. Penerimaan, Praktis
vs Tanpa Perawatan, Independensi vs Konformitas). Konselor dapat menggunakan
hasil asesmen untuk menginterpretasikan wilayah yang dinilai yang melebihi
kontinuum dan diidentifikasi dari delapan wilayah yang salah satunya dinilai.
Pengukuran kemampuan menggunakan the Career Ability Placement Survey (CAPS)
yang terdiri dari delapan subtes. Kesemua subtes tersebut dikerjakan dalam
waktu hanya lima menit. Tes ini tidak komprehensif dalam mengukur delapan
kemampuan. The COPSystem secara berkelanjutan direvisi dan dikembangkan. The
COPSystem merupakan program integratif untuk eksplorasi karir, sehingga konseli
akan mendapatkan keuntungan dari asesmen ini. Kanpp-Lee, Knapp, dan Knapp
(1990) menyarankan bahwa instrumen asesmen ini membutuhkan studi untuk memvalidasi
secara longitudinal.
Konselor dapat mengintegrasikan beberapa asesmen karir
yang terpisah. The Career Development Assessment and Counseling Approach
(C-DAC, Osborne, et al., 1997) merupakan integrasi hasil dari lima
asesmen karir : the Adult Career Concerns Inventory, the Career Development
Inventory, the Strong Interest Inventory, the Values Scale, dan the Salience
Inventory. Tambahan, asesmen karir tidak selalu menggunakan instrumen
asesmen formal : beberapa latihan informal dapat digunakan sebagai alat yang
valid (seperti the Occupational Daydream Exercise dalam the Self-Directed
Search). Mengintegrasikan informasi tentang minat, kemampuan, dan kebutuhan
akan nilai-nilai merupakan bagian dari proses konseling karir. Dalam istilah
asesmen karir integratif, Spokane and Jacob (1996) menemukan bahwa minat dapat
diperbaharui dalam asesmen portofolio. Pendekatan ini dapat memfasilitas
pengintegrasian dari asesmen minat, kemampuan, dan nilai-nilai. Portofolio
dapat juga digunakan oleh konselor sekolah untuk mengintegrasikan informasi
karir dengan karir akademik mereka. Inventori minat di sekolah menengah pertama
dapat dikomparasikan dengan inventori minat di sekolah menengah atas.
Portofolio mulai digunakan di banyak sekolah, contohnya program the Get A
Life yang dikembangkan oleh the American School Counseling Association dan
the National Occupational Outlook Information Coordinating Committee.
E. Asesmen
Menggunakan Komputer dalam Konseling Karir
Komputer berpengaruh
signifikan pada asesmen dalam konseling. dalam wilayah karir, komputer dapat
digunakan selama beberapa tahun untuk menilai dan menyediakan informasi
okupasional. Dalam faktanya, program tersebut digunakan secara luas untuk
konseling karir. Asesmen karir menggunakan komputer dan sistem informasi harus
dipertimbangkan kembali keberadaannya untuk konseling karir; penelitian
menunjukkan hasil bahwa konselor membutuhkan komputer dalam proses asesmen
konseling karir (Sexton et al., 1997).
1.
Sistem
Asesmen Karir Secara Komputerisasi
Terdapat dua jenis asesmen dan sistem informasi karir
secara komputerisasi yang dominan, yaitu : program DISCOVER dan SIGI-Plus
(Garis & Niles, 1990). Program tersebut secara luas digunakan, dan hasil
studi mengindikasikan bahwa siswa dan konselor memberikan reaksi yang positif
pada kedua sistem tersebut (Kapes, Borman, & Frazier, 1989).
DISCOVER.
DISCOVER adalah salah satu dari sistem bimbingan karir yang menggunakan
komputer dan telah dikembangkan oleh the American College Testing Program.
Versi sekolah menengah atas, mahasiswa dan orang dewasa dari DISCOVER meliputi
the Unisex Addition of the ACT Interest Inventory (UNIACT), keterampilan
asesmen diri, dan inventori nilai-nilai. Sistem ini juga menggunakan World-of-Work
Map. Hasil dari instrumen asesmen lain (seperti ASVAB, ACT, dan Strong Interest
Inventory) dapat dimasukkan dalam sistem ini, dengan menggunakan komputer yang
dilengkapi dengan informasi okupasional dan latihan. DISCOVER menyediakan
aktivitas interaktif, sehingga konseli akan mendapatkan banyak informasi karir
secara ekstensif.
SIGI-Plus.
The System of Interactive Guidance and
Information Plus (SIGI-Plus) merupakan produk dari Educational Testing
Services. Fondasi filosofis dari SIGI-Plus adalah identifikasi dan klarifikasi
nilai-nilai. Aslinya, SIGI difokuskan pada asesmen nilai-nilai, tetapi kemudian
diperluas meliputi asesmen minat dan analisis keterampilan. Individu dapat
menggunakan SIGI-Plus dengan menggerakkan sembilan modul yang terpisah, dengan
modul kedua sebagai asesmen diri (self-assessment). Modul lain dirancang
agar individu berinteraksi dengan komputer agar mendapatkan pengetahuan tentang
kemungkinan okupasi yang diminatinya.
2.
Kekuatan
dan Kelemahan Sistem Karir dengan Menggunakan Komputer
Keuntungan utama asesmen dan sistem informasi karir
menggunakan komputer adalah adanya interaksi alamiah. Konseli dapat menggunakan
berbagai instrumen asesmen karir dan mengetahui hasilnya secara langsung, serta
mendapatkan banyak informasi okupasional yang relevan. Selain keuntungan,
sistem informasi karir menggunakan komputer juga tidak lepas dari kelemahan.
Kelemahan utamanya terletak pada komputer hanya menyediakan jawaban terhadap
kebutuhan informasi karir yang dicari oleh konseli (pengguna) tetapi tidak
dapat memberikan informasi karir yang lebih luas yang memungkinkan konseli
(pengguna) mampu membuat keputusan karir secara tepat.
Referensi
:
Uman Suherman. (2013). Bimbingan dan Konseling Karir : Sepanjang Rentang Kehidupan. Bandung
: Rizki Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar