PROGRAM KONSELING KARIR
UNTUK TK/SD, SMP, DAN SMA/SMK
Oleh :
Iman Lesmana
A.
Program Konseling Karir di TK/SD
1.
Karakteristik
Perkembangan Karir Anak-anak
Karakteristik perkembangan karir pada anak-anak menurut
Linda (Sciarra, 2004:105) bahwa pada usia ini memasuki tahap orientasi untuk
mengenal kemampuan dan kekuatan dalam dirinya sendiri. Hal ini mempunyai arti
bahwa pada masa anak-anak sudah mulai dikenalkan tentang apa yang menjadi
kekuatan dan kemampuan yang dimiliki sehingga seorang anak dapat mengembangkannya
sampai usia dewasa.
Super (Sharf, 1992:128-129) menjelaskan bahwa pada usia
ini (TK/SD) dalam perkembangan karirnya memasuki tahap curiosity, yaitu
tahap seorang anak mulai mengeksplorasi informasi yang telah diberikan. Proses
kematangan (kesadaran) karir pada anak-anak adalah dengan mengembangkan
cara-cara untuk mengontrol perilaku mereka dengan mendengarkan diri mereka
sendiri dan orang lain. Sedangkan untuk membuat keputusan karir, seorang anak
membutuhkan untuk mengembangkan perspektifnya tentang masa depan. Dalam
perkembangan karirnya, anak-anak diberikan dengan cara pemberian informasi
karir, memberikan model yang ada di sekitarnya (orangtua), dan mengembangkan
minat yang diinginkan.
Menurut Sciarra (2004 : 123) bahwa perkembangan karir
sudah mulai dikenalkan dan dibentuk sejak dini yaitu pada TK/SD. Pengenalan
pekerjaan-pekerjaan untuk siswa TK/SD dilihat berdasarkan dari kehidupan
sehari-hari di lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, tidak tepat jika
pemberian layanan karir mulai diberikan pada anak memasuki sekolah menengah.
2.
Materi Layanan
Konseling Karir di TK/SD
Komponen penting dalam pemberian layanan konseling karir
pada TK/SD menurut the National Occupational Information Coordinating
Committee (NOICC) tahun 1992 (Sciarra, 2004:123) meliputi :
a.
Pengetahuan diri (Self
knowledge), meliputi :
·
Pengenalan pada
pentingnya konsep diri
·
Keterampilan untuk
berinteraksi dengan yang lain
·
Kesadaran akan
pentingnya pertumbuhan dan pilihan
b.
Eksplorasi pendidikan
dan okupasional (Educational and occupational exploration), antara lain meliputi :
·
Kesadaran akan
peningkatan prestasi akademik
·
Kesadaran akan
hubungan antara pekerjaan dan belajar
·
Keterampilan untuk
memahami dan menggunakan informasi karir
·
Kesadaran akan
pentingnya tanggung jawab pribadi dan kebiasaan bekerja yang baik
c.
Perencanaan karir (Career
planning), meliputi :
·
Memahami bagaimana
untuk membuat keputusan
·
Kesadaran akan
hubungan dalam dirinya sendiri dari peran kehidupan
·
Kesadaran akan
perbedaan pekerjaan-pekerjaan yang ada dan pilihan pekerjaan yang sesuai untuk
pria maupun wanita
·
Kesadaran akan proses
dari perencanaan karir tersebut
Sedangkan menurut Norris (1963; Herr & Cramer, 1984;
Manrihu, 1992:137) menyarankan bahwa informasi bimbingan karir di TK/SD lebih
ditekankan pada :
a.
TK, anak mempelajari
tentang aktivitas-aktivitas kerja ibunya, ayahnya, dan anggota keluarga di
rumahnya.
b.
Kelas 1, anak belajar
tentang pekerjaan dalam lingkungan yang dekat rumah, sekolah, dan lingkungan
sekitar tempat tinggalnya.
c.
Kelas 2, anak belajar
tentang pemberi-pemberi bantuan jasa dalam masyarakat yang melayaninya dan juga
tentang toko-toko dan usaha-usaha tetangganya yang telah dikenalnya.
d.
Kelas 3, anak meluaskan
studi-studinya dalam masyarakat. Penekanannya pada transportasi, komunikasi,
dan industri-industri utama lainnya.
e.
Kelas 4, anak belajar
tentang dunia kerja pada tingkat propinsi termasuk industri-industri utama pada
propinsi itu.
f.
Kelas 5, studi-studi
anak diperluas sehingga meliputi kehidupan industri nasional, industri-industri
utama di berbagai bagian dari negara dipilihnya.
g.
Kelas 6, program anak
diperluas sehingga mencakup seluruh bagian dunia.
Berdasarkan uraian tersebut, maka materi layanan karir
untuk TK/SD seperti tercantum dalam pedoman BK di SD adalah :
1)
Kelas Rendah
- Mengenalkan perbedaan antar teman
sebaya
- Menggambarkan perkembangan diri
sendiri
- Menjelaskan bahwa bekerja itu penting
bagi kehidupan sesuai dengan tuntutan lingkungan
- Mengenalkan keterampilan yang
dimiliki
- Menjelaskan macam-macam pekerjaan
yang ada di lingkungan sekolah
- Menggambarkan kegiatan setelah lulus
sekolah
- Mengenalkan macam-macam pekerjaan
yang dilakukan orang dewasa
- Mengenalkan kegiatan-kegiatan yang
menarik
- Mengenalkan alasan orang memilih
suatu pekerjaan dan pilihan itu masih dapat berubah
- Menjelaskan bahwa kehidupan di masa
depan dapat direncanakan sejak sekarang
- Mengenalkan bahwa seseorang dapat
memiliki banyak peran
- Menjelaskan pekerjaan seseorang
dipengaruhi oleh minat dan keterampilan yang dimiliki
2)
Kelas Tinggi
- Menjelaskan manfaat mencontoh
orang-orang yang berhasil
- Melatih siswa menggambarkan kehidupan
di masa yang akan datang
- Membimbing diskusi mengenai pekerjaan
wanita dan pria
- Menjelaskan jenis-jenis keterampilan
yang dikaitkan dengan pekerjaan tertentu
- Membimbing siswa tentang macam-macam
gaya hidup dan pengaruhnya
- Menjelaskan pengaruh nilai yang
dianut dalam pengambilan keputusan
- Membimbing siswa untuk merencanakan
pekerjaan yang sesuai dengan dirirnya di masa yang akan datang
- Membimbing siswa berdiskusi tentang
pengaruh pekerjaan orang dewasa terhadap kehidupan anak
- Melatih siswa melihat hubungan antara
minat dan kemampuan
- Mengenalkan bermacam-macam cara untuk
menilai kemajuan berprestasi
- Mengenalkan macam-macam pekerjaan
yang ada di lingkungan sekitar
3.
Strategi Layanan
Konseling Karir di TK/SD
Strategi pelaksanaan layanan bimbingan karir di TK/SD
dapat dilakukan dengan cara :
a.
Pendekatan
instruksional yaitu terpadu dengan kegiatan proses belajar mengajar secara
kurikuler dalam mata pelajaran yang diajarkan, atau melalui pengajaran unit
dengan menetapkan topik-topik tertentu.
b.
Pendekatan interaktif
yaitu melalui kegiatan-kegiatan interaktif yang dilakukan di luar kegiatan belajar
mengajar, dalam berbagai bentuk kegiatan seperti permainan, konsultasi,
dinamika kelompok, kerja kelompok, dan lain-lain.
c.
Pendekatan dukungan sistem yaitu dengan menciptakan suasana sekolah
dan lingkungannya sedemikian rupa sehingga
secara tidak langsung telah memberikan suatu iklim yang menunjang perkembangan
siswa.
d.
Pendekatan
pengembangan pribadi yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkembang sesuai dengan kondisi dirinya. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan
memberikan tugas-tugas individual, penelusuran minat dan kemampuan (Pedoman BK
di SD, 1994).
Selain strategi yang sudah diuraikan tersebut, ada
beberapa bentuk dalam memberikan layanan konseling karir pada anak terutama
yang berkaitan dengan pemberian layanan dengan model bimbingan kelompok,
konseling kelompok, konseling individual. Dalam konseling kelompok dengan anak
TK/SD perlu mengikuti tahap-tahap sebagai berikut (Djiwandono, 2005:262-274) :
a.
Tahap pembentukan,
meliputi perencanaan awal, apa saja yang menjadi kebutuhan anak, siapa saja
yang ada dalam kelompok, jumlah anggota kelompok yang ideal, kapan waktu
pelaksanaan dimulai dan berakhir.
b.
Tahap eksplorasi,
dalam tahap ini anak-anak dilatih untuk menyadari dan mengerti perasaan dan
tingkah laku dirinya dan orang lain.
c.
Tahap transisi, tahap
dimana seorang anak menghadapi kecemasan dan konflik mereka selama mereka
memulai memecahkan masalah-masalahnya (kaitannya dalam karir).
d.
Tahap pelaksanaan,
pada tahap ini anak-anak dilatih untuk melihat beberapa alternatif tingkah laku
dan belajar untuk memecahkan masalah.
e.
Tahap berakhir, tahap
yang terakhir untuk anak-anak melakukan apa yang telah mereka pelajari ke dalam
praktek.
Sedangkan dalam bimbingan kelompok dapat diberikan dengan
model sosiodrama, bermain peran, menggambar, bermain musik, bercerita, membaca
buku-buku (terutama tentang informasi karir/pekerjaan), dan lain-lain. Pada
konseling individual dengan anak-anak perlu diperhatikan tentang bahasa yang
digunakan harus dapat dimengerti dan dipahami oleh anak, dapat pula diberikan
dengan kegiatan menggambar, mendongeng, dan dengan permainan secara individual.
B.
Program Konseling Karir di SMP
1.
Karakteristik
Perkembangan Karir Siswa SMP
Esensi dari adanya perkembangan karir adalah bahwa setiap
tahap kehidupan menuntut penguasaan berbagai penekanan yang meliputi kesadaran
akan sifat-sifat diri dan pilihan-pilihan kehidupan. Dengan kata lain bahwa
perkembangan karir harus diikuti dengan tugas-tugas perkembangan individu di
setiap tahap kehidupannya.
Pada periode ini menurut Linda (Sciarra, 2004:105)
memasuki tahap orientasi pada evaluasi sosial yaitu dimulainya untuk
mengembangkan konsistensi pilihan-pilihan pekerjaan dengan referensi dari
kelompok sosial dan kemampuan yang dimiliki. Super (Sharf, 1992) juga
mengemukakan bahwa dalam upaya membuat keputusan yang realistik tentang masa
depan, individu hendaknya mampu mengembangkan sikap yang matang dan
keterampilan yang memadai. Proses pemilihan karir merupakan suatu proses yang
berkesinambungan, oleh karena itu, kematangan individu akan tampak dari
konsistensi pilihan karirnya dalam satu periode pilihan tertentu.
Menurut Piaget (Sciarra, 2004:129) kognitif pada masa
remaja masuk pada tahap proses berpikir formal. Remaja sudah dapat berpikir
secara abstrak dan logis untuk membuat rencana karirnya. Mereka sudah dapat
menggunakan informasi yang ada untuk memprediksikan dampak dari pengambilan
keputusan karir. Oleh karena itu, program bimbingan dan konseling karir untuk
remaja lebih mengutamakan tentang pemahaman dirinya dan lingkungan sekitar
dalam membuat dan menentukan rencana pilihan-pilihan karirnya. Manrihu
(1992:143-144) juga menjelaskan bahwa dari seluruh masa pendidikan, pada masa
sekolah menengah inilah yang memiliki rentang taraf-taraf kematangan yang
paling panjang.
Khusus untuk bimbingan dan konseling
karir, Super (Sharf, 1992) mengungkapkan bahwa individu (peserta didik/siswa)
berada pada masa transisi dari tahap pertumbuhan (growth) menuju tahap
eksplorasi (exploration). Pada masa ini siswa
SMP boleh dikatakan berada dalam periode kritis. Mereka mulai bertanya tentang
identitas dan perannya; khawatir dengan keputusan karier yang akan mereka ambil
bagi masa depannya. Misalnya, seorang anak harus mampu memutuskan apakah
dirinya akan memilih “vocational track” (jalur kejuruan, seperti SMK)
atau “college track” (jalur kuliah, mulai dari SMA) atau mungkin pilihan
lainnya setelah mereka lulus.
2.
Materi Layanan
Konseling Karir di SMP
Menurut Sciarra (2004 : 130) menjelaskan bahwa komponen
dan kompetensi yang akan diberikan pada siswa SMP meliputi :
a.
Identifikasi minat
karir dan menghubungkan minat tersebut dalam merencanakan di masa depan
b.
Pengenalan hubungan
antara performansi sekolah dan rencana karir
c.
Identifikasi dan
menggunakan sumber-sumber untuk informasi dan eksplorasi karir
d.
Menentukan rencana
karir dalam membuat pilihan-pilihan pendidikan
e.
Menggambarkan tentang
keterampilan, kemampuan dan minat yang dimilikinya
3.
Strategi Layanan
Konseling Karir di SMP
Strategi yang digunakan dalam layanan bimbingan dan
konseling karir adalah dengan konseling kelompok dan diskusi kelompok. Tujuan
dari strategi ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan.
Selain strategi yang telah diuraikan tersebut, secara
lebih rinci dapat diuraikan strategi pelaksanaan pada layanan dasar dapat
berupa klasikal, bimbingan kelompok, pada layanan responsif meliputi konseling
kelompok, konseling individual, konsultasi, sedangkan pada perencanaan
individual dapat berupa konseling individual. Dalam bimbingan kelompok atau
klasikal dapat diberikan dengan cara berkunjung ke tempat perindustrian,
mengikuti pameran-pameran tentang karir, mencari informasi tentang jenjang
pendidikan selanjutnya. Sedangkan dalam konseling kelompok dan konseling
individual dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan dari siswa (dapat bersifat
insidental).
Menurut Sears-Jones (1995, dalam Sciarra, 2004:131)
menambahkan tentang strategi yang dapat digunakan untuk memberikan layanan
konseling karir pada siswa SMP antara lain :
a.
Siswa dapat menggunakan
waktu luangnya dengan bekerja pada orangtuanya
b.
Mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler yang ada di sekolahnya
C.
Program Konseling Karir di SMA
1.
Karakteristik
Perkembangan Karir Siswa SMA
Esensi dari adanya perkembangan karir adalah bahwa setiap
tahap kehidupan menuntut penguasaan berbagai penekanan yang meliputi kesadaran
akan sifat-sifat diri dan pilihan-pilihan kehidupan. Dengan kata lain bahwa
perkembangan karir harus diikuti dengan tugas-tugas perkembangan individu di
setiap tahap kehidupannya.
Pada periode ini menurut Linda (Sciarra, 2004:105)
memasuki tahap orientasi pada evaluasi sosial yaitu dimulainya untuk
mengembangkan konsistensi pilihan-pilihan pekerjaan dengan referensi dari
kelompok sosial dan kemampuan yang dimiliki. Super (Sharf, 1992) juga
mengemukakan bahwa dalam upaya membuat keputusan yang realistik tentang masa
depan, individu hendaknya mampu mengembangkan sikap yang matang dan
keterampilan yang memadai. Proses pemilihan karir merupakan suatu proses yang
berkesinambungan, oleh karena itu, kematangan individu akan tampak dari
konsistensi pilihan karirnya dalam satu periode pilihan tertentu.
Menurut Piaget (Sciarra, 2004:129) kognitif pada masa
remaja masuk pada tahap proses berpikir formal. Remaja sudah dapat berpikir
secara abstrak dan logis untuk membuat rencana karirnya. Mereka sudah dapat
menggunakan informasi yang ada untuk memprediksikan dampak dari pengambilan
keputusan karir. Oleh karena itu, program bimbingan dan konseling karir untuk
remaja lebih mengutamakan tentang pemahaman dirinya dan lingkungan sekitar
dalam membuat dan menentukan rencana pilihan-pilihan karirnya. Manrihu
(1992:143-144) juga menjelaskan bahwa dari seluruh masa pendidikan, pada masa
sekolah menengah inilah yang memiliki rentang taraf-taraf kematangan karir.
2.
Tujuan Bimbingan dan
Konseling Karir di SMA
Kecenderungan perubahan pola-pola
dalam dunia kerja dan tempat kerja mempunyai pengaruh pada dunia pendidikan
persekolahan khususnya yang berkaitan dengan pendidikan serta bimbingan dan
konseling karir. Menurut ABKIN (2007 : 21-22) dalam Rambu-rambu
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal, bimbingan
dan konseling karir di sekolah (SMA) ditujukan untuk memfasilitasi siswa agar
:
a.
memiliki
pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan
pekerjaan.
b.
memiliki
pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan
kompetensi karir
c.
memiliki
sikap positif terhadap dunia kerja, dlam arti mau bekerja dalam bidang
pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan
sesuai dengan norma agama
d.
memahami
relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan
keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya
masa depan
e.
memiliki
kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri
pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis
pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja
f.
memiliki
kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional
untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi
kehidupan sosial ekonomi
g.
dapat
membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang
konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus
mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan
tersebut
h.
mengenal
keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu
karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki
i.
memiliki
kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir. Selain itu,
kecenderungan perubahan pola-pola pendidikan dan bimbingan karir tersebut, akan
berpengaruh terhadap peran-peran konselor dalam melaksanakan proses pendidikan
dan bimbingan karir. Hal yang paling mendasar ialah memahami dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan siswa dalam bangku sekolah.
Program bimbingan dan konseling
karir yang komprehensif di semua sekolah merupakan salah satu strategi penting
untuk membantu remaja menghadapi transisi ke dunia kerja. Intervensi
pengembangan karir yang efektif harus dimulai sejak dini dan secara kontinyu
terus dikembangkan sampai masa dewasa. Upaya-upaya untuk mengintervensi proses
karir sepanjang rentang kehidupan dapat mempercepat atau memperkuat penemuan
pengetahuan, sikap-sikap, dan keterampilan-keterampilan tentang diri (self)
dan dunia kerja (world of work). Melalui program bimbingan karir, remaja
harus dipersiapkan untuk mengatasi perubahan employment trends dengan
dibekali kemampuan kreativitas, fleksibilitas, dan adaptabilitas di
tengah-tengah kehidupan yang penuh dengan kompleksitas dan ambiguitas. Dalam
konteks ini, para remaja harus dibekali kemampuan membuat keputusan karir
secara cepat, tepat, dan efektif.
3.
Materi Layanan
Konseling Karir di SMA
Menurut Sciarra (2004 : 130) menjelaskan bahwa komponen
dan kompetensi yang akan diberikan pada siswa SMA meliputi :
a.
Identifikasi
pendidikan dan keterampilan yang dimiliki untuk memilih karir yang sesuai
dengan bidangnya atau yang diminati
b.
Pengenalan
dampak-dampak dari pilihan-pilihan karir yang telah dibuat
c.
Mengembangkan
keterampilan yang dimiliki untuk membuat rencana karir
d.
Memahami potensi,
bakat dan minat yang dimiliki
e.
Membuat keputusan
terhadap pilihan karirnya
f.
Memahami bahwa
perkembangan karir merupakan suatu proses yang harus dijalani selama hidup
4.
Strategi Layanan
Konseling Karir di SMA
Strategi yang digunakan untuk SMA tidak jauh berbeda
dengan strategi yang digunakan di SMP yaitu adanya pemberian informasi secara
klasikal, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konseling individual dan
konsultasi. Dalam bimbingan kelompok atau klasikal dapat disampaikan dengan
cara kunjungan-kunjungan ke tempat industri (terutama SMK), sosiodrama, outbound
(bertema pengenalan tentang hal-hal yang dibutuhkan dalam kerja maupun
pendidikan tinggi), mengikuti pameran-pameran pendidikan dan bursa kerja. Sedangkan
untuk konseling kelompok dapat digunakan dengan modeling tokoh-tokoh yang
sukses di bidangnya (melihat dan memperhatikan biografi dari tokoh tersebut).
Konseling individual lebih bersifat insidental tetapi perlu juga diberikan
model dalam merencanakan karir, contohnya dengan menggunakan model mindmap.
D.
Program Konseling Karir di SMK
1.
Tujuan Pendidikan SMK
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
merupakan salah satu bagian dari Sistem Pendidikan Nasional. Sebagai bagian
dari sistem pendidikan nasional, SMK merupakan pendidikan pada jenjang menengah
yang mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja
dalam bidang tertentu, kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja, kemampuan
melihat peluang kerja, dan mengembangkan diri di masa-masa mendatang.
Secara spesifik tujuan pendidikan di
SMK yang dinyatakan dalam Pedoman Kurikulum SMK tahun 2004 (Depdiknas, 2004 :
7) adalah sebagai berikut.
a. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif,
maupun bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan
dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi
dalam program yang dipilihnya.
b. Menyiapkan peserta didik agar mampu memiliki karir, ulet,
dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan
mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya.
c. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara
mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
d. Membekali peserta didik
dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai
dengan program
keahlian yang dipilih.
Lebih
jauh, tujuan SMK juga dirumuskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk satuan
pendidikan SMK sebagai berikut.
a.
Berperilaku
sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja.
b.
Mengembangkan
diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya.
c.
Menunjukkan
sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan dan
pekerjaannya.
d.
Berpartisipasi
dalam penegakkan aturan-aturan sosial.
e.
Menghargai
keberagaman agama, bangsa, suku, ras dan golongan soaial ekonomi dalam lingkup
global.
f.
Membangun
dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, keratif dan
inovatif.
g.
Menunjukkan
kemampuan berpikir logis, kritis, keratif dan inovatif dalam pengambilan
keputusan.
h.
Menunjukkan
kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri.
i.
Menunjukkan sikap
kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil terbaik.
j.
Menunjukkan
kemampuan menganalisis dan memecahlan masalah kompleks.
k.
Menunjukkan
kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial.
l.
Memanfaatkan
lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab.
m.
Berpartisipasi
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara demokratis dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
n.
Mengekspresikan
diri melalui kegiatan seni budaya.
o.
Menghasilkan karya
kreatif, baik individual maupun kelompok.
p.
Menjaga
kesehatandan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan lingkungan.
q.
Berkomunikasi
lisan dan tulisan secara efektif dan santun.
r.
Memahami
hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat.
s.
Menghargai
adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap urang lain.
t.
Menunjukkan
keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dan estetis.
u.
Menunjukkan
keterampilan menyimak, membaca, menulis dan berbicara dalam bahasa Indonesia
dan Inggris.
v.
Menguasai
kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi tuntutan
dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya.
Berdasarkan
tujuan tersebut, pemerintah mencangkan beberapa program berkaitan dengan SMK
antara lain: a) peningkatan jumlah siswa SMK hingga mencapai perbandingan 70:30
antara siswa SMK dan siswa SMU pada tahun 2015, b) penitisan SMK bertaraf
internasional yang pada akhir tahun 2010
harus
mencapai jumlah 441
SMK, c) revitalisasi peralatan pendidikan
SMK,
d) pengembangan
program kewirausahaan bagi para siswa SMK.
Menghadapi
permasalahan seputar ketenagakerjaan dan tingginya angka pengangguran di
Indonesia, lembaga pendidikan SMK diharapkan bisa menjadi salah satu solusi
untuk permasalahan tersebut. Selain bisa
menjamin tamatannya menjadi terampil dan siap bekerja, biaya pendidikannya pun
relatif lebih murah dan tidak membuthkan waktu yang lama.
Paradigma masyarakat pun memiliki
tanggapan yang positif tentang SMK. Para
orang tua mengharapkan anaknya yang melanjutkan pendidikan ke SMK untuk bisa
cepat bekerja. Mereka menganggap SMK
sebagai jalan paling cepat untuk masuk dunia kerja. Hal ini memang benar adanya apabila siswa SMK
memiliki profil yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan DUDI.
Dalam
sebuah pooling yang diselenggarakan oleh sebuah situs, karir.com
(2007) mengungkapkan tiga hal yang menjadi tutan calon pemberi kerja yang modal
dasar bagi calon tenaga kerja dan tentunya harus juga dimiliki oleh lulusan SMK
yaitu 1) knowledge, 2) skill, dan 3) attitude. Dalam merekrut tenaga kerja, calon pemberi
kerja selalu mengutamakan tiga hal tersebut di atas. Mereka menginginkan
pekerjanya memiliki pengetahuan yang cukup tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan pekerjaannya dan ditunjang dengan latar belakang pendidikan yang sesuai
dan memadai meskipun latar belakang pendidikan tidak menjadi prioritas utama.
Selain pengetahuan, keterampilan merupakan modal utama dalam bekerja. Kebanyakan perusahaan tidak mau mempekerjakan
calon tenaga kerja yang perpengetahuan banyak dan memiliki gelar pendidikan
yang tinggi namun tidak terampil dan piawai mengerjakan tugas-tugasnya ketika
bekerja. Hal ini akan menjadi suatu
kerugian besar karena memiliki pekerja yang tidak efektif. Perilaku merupakan nilai penunjang ketika
bekerja. Perilaku positif yang dapat
menunjang pekerjaan tentunya akan menjadi katalisator efektifitas pekerjaan. Calon tenaga kerja dengan attitude,
behaviour dan performance yang baik akan sangat disukai oleh para
pemberi kerja.
Dalam hal ini, dikemenjur juga menggambarkan
profil lulusan SMK yang merupakan cerminan dari visi, misi dan tujuan SMK. Siswa lulusan SMK adalah siswa yang:
Pertama, Siap Kerja. Tamatan SMK telah dibekali
keterampilan dan kemampuan untuk bekerja di bidangnya sehingga mereka memilki
kepercayaan diri yang lebih untuk siap bekerja tanpa perlu diberikan pelatihan
tambahan lagi setelah lulus sekolah. Mereka juga dibekali kemampuan untuk
berwirausaha sehingga dapat membuka usaha sendiri jika tidak mendapatkan
pekerjaan di suatu perusahaan industri.
Kedua, Cerdas. Kecerdasan yang dimiliki siswa SMK
tidak hanya terbatas pada kecerdasan intelektual saja tapi juga harus cerdas
secara spiritual, cerdas secara emosional dan sosial dan cerdas secara
kinestik.
Ketiga, Kompetitif. Jiwa kompetitif yang dimiliki
oleh lulusan SMK adalah jiwa yang memiliki keinginan untuk menjadi agen
perubahan dan pantang menyerah. Hal ini seyogyanya sudah ditanamkan
sejak tahun pertama di SMK. Kemandirian
serta kepribadian siswa SMK yang unggul memicu kesiapan mental mereka untuk
siap bekerja atau membuka lapangan usaha sendiri.
2.
Karakteristik
Perkembangan Karir Siswa SMK
Sebagaimana
disebutkan pada bab sebelumnya, siswa SMK berada pada tahap perkembangan
remaja. Oleh karenanya, Grand Theory perkembangan karir remaja yang
digunakan adalah yang dikemukakan oleh Super (Sharf, 1992) dalam konsep life-stages.
Super (Manrihu, 1992 : 1992) meringkas konsep life-stages ke dalam 12
proposisi. Berdasarkan 12 proposisi tersebut, Super membagi tahap perkembangan
karir menjadi lima tahapan, yaitu : a) tahap pertumbuhan (growth); b)
tahap eksplorasi (exploration); c) tahap pendirian (establishment);
d) tahap pemeliharaan (maintenance); dan e) tahap kemunduran (decline)
(Osipow, 1983 : 157; Manrihu, 1986: 27-29; Sharf, 1992:169). Menurut pendapat
tersebut, maka tahap perkembangan karir remaja berada pada tahap eksplorasi (exploration).
Berdasarkan uraian tersebut,
karakteristik perkembangan karir siswa SMK sesuai dengan karakteristik
perkembangan karir remaja, yaitu berada pada tahap eksplorasi (usia 15-24
tahun). Tahap eksplorasi ditandai dengan mulai melakukan penelaahan diri (self
examination), mencoba membagi berbagai peranan, serta melakukan
penjelajahan pekerjaan atau jabatan baik di sekolah, pada waktu senggang,
maupun melalui sistem magang. Level eksplorasi meliputi tiga sub tahapan
berikut.
Pertama, Sub Tahap Tentatif (usia
antara 15-17 tahun). Tahap ini
dikarakterisasikan dengan mulai dipertimbangkannya aspek-aspek kebutuhan,
minat, kapasitas, nilai-nilai dan kesempatan secara menyeluruh. Pilihan pada
masa tentatif ini mulai diusahakan untuk keluar dari fantasi, baik melalui diskusi,
bekerja, maupun aktivitas lainnya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dimaknai
bahwa tugas perkembangan karir pada masa remaja sub tahap tentatif ialah kristalisasi
preferensi karir (Sharf, 1992 : 212-125; Manrihu, 1986: 28-29)
Kedua, Sub Tahap transisi (usia
antara 18-21 tahun). Tahap ini
dikarakterisasikan dengan menonjolnya pertimbangan yang lebih realistis untuk
memasuki dunia kerja atau latihan profesional serta berusaha
mengimplementasikan konsep dirinya. Tugas perkembangan pada sub tahap transisi
adalah spesifikasi preferensi karir.
Ketiga, Sub Tahap Mencoba
(trial)-dengan sedikit komitmen (usia antara 22-24), dikarakterisasikan dengan mulai ditemukannya lahan atau
lapangan pekerjaan yang dipandang cocok, serta mencobanya sebagai sesuatu yang
sangat potensial.
3.
Tujuan Bimbingan dan
Konseling Karir di SMK
Kecenderungan perubahan pola-pola
dalam dunia kerja dan tempat kerja mempunyai pengaruh pada dunia pendidikan
persekolahan khususnya yang berkaitan dengan pendidikan serta bimbingan dan
konseling karir. Menurut ABKIN (2007 : 21-22) dalam Rambu-rambu
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal, bimbingan
dan konseling karir di sekolah (SMA/SMK) ditujukan untuk memfasilitasi siswa
agar :
a.
memiliki
pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan
pekerjaan.
b.
memiliki
pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan
kompetensi karir
c.
memiliki
sikap positif terhadap dunia kerja, dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan
apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan
norma agama
d.
memahami
relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan
keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya
masa depan
e.
memiliki
kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri
pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis
pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja
f.
memiliki
kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional
untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi
kehidupan sosial ekonomi
g.
dapat
membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang
konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus
mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan
tersebut
h.
mengenal
keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu
karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki.
i.
memiliki
kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir. Selain itu,
kecenderungan perubahan pola-pola pendidikan dan bimbingan karir tersebut, akan
berpengaruh terhadap peran-peran konselor dalam melaksanakan proses pendidikan
dan bimbingan karir. Hal yang paling mendasar ialah memahami dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan siswa dalam bangku sekolah.
Pendapat
lain dikemukakan oleh Muro & Kottman (1995) bahwa tujuan
pengembangan karir untuk para siswa (remaja) di sekolah menengah (SMA/SMK) adalah
mengembangkan kesadaran diri dan untuk mulai eksplorasi dan orientasi karir
yang lebih formal. Secara rinci, program perlu menekankan membantu para siswa
dengan penilaian tentang keserasian pribadi mereka, kemampuan, dan minat
sebelum memusatkan pada atas eksplorasi dan orientasi karir. Para siswa perlu
dipandu untuk mengevaluasi informasi karir dalam hubungan dengan penilaian
pribadi mereka. Para siswa juga harus belajar konsep dasar teknologi. Lebih
lanjut, Murro & Kottman (1995) mengemukakan tentang kompetensi karir yang
harus dikembangkan pada tahap perkembangan karir remaja adalah sebagai berikut.
a.
Peningkatkan dan
pengembangan konsep diri positif (positive self-concept) dan
pemenuhan kebutuhan diri (self-efficacy) untuk pengembangan karir.
b.
Pemahaman teori (cognitive),
sikap (affective), dan pengembangan psikomotorik diperlukan untuk
pengambilan keputusan karir.
c.
Mempelajari
nilai-nilai tentang tanggung jawab dan kebiasaan bekerja yang baik dan
perencanaan untuk peluang pendidikan dan karir
d.
Menunjukkan kemampuan
penguasaan teknologi dan mengidentifikasi bidang karir yang berhubungan dengan
teknologi
Berikut ini disajikan Tabel 9.1 mengenai karakteristik
perkembangan karir remaja.
Tabel 9.1
Karakteristik Perkembangan Karir Remaja
Aspek
|
Indikator
|
Pengetahuan Diri
|
► Memperoleh
pengetahuan tentang pentingnya konsep perkembangan karir
► Mengembangkan
keterampilan untuk berinteraksi dengan orang lain
► Mengembangkan kesadaran
tentang pentingnya perkembangan emosional dan fisik dalam pengambilan
keputusan karir
|
Pengembangan Pendidikan Kejuruan
|
► Mengembangkan
kesadaran tentang pentingnya prestasi pendidikan untuk melihat peluang karir
► Mengembangkan
kesadaran tentang hubungan belajar dengan pekerjaan
► Mengembangkan
kesadaran tentang hubungan timbal balik tanggung jawab pribadi, kebiasaan
bekerja yang baik, dan peluang karir
► Memperoleh
keterampilan untuk memahami dan menggunakan informasi karir
► Memperoleh
kesadaran bagaimana karir berhubungan dengan fungsi dan kebutuhan masyarakat
|
Perencanaan dan Eksplorasi Karir
|
Mengembangkan kesadaran hubungan timbal balik antara
peran hidup, gaya hidup, dan karir
Mengembangkan kesadaran perbedaan jabatan dan perubahan
peran laki-laki dan perempuan
|
Sumber diadaptasi dari : Murro James J.
& Kottmann, T. (1995). Guidance and Counseling in The Elementary and Middle
Schools. New York : Brown & Benchmark Publisher.
4.
Materi Bimbingan dan
Konseling Karir di SMK
Menurut Sciarra (2004
: 130) menjelaskan bahwa komponen dan kompetensi yang akan diberikan pada siswa
SMK meliputi :
a. identifikasi pendidikan dan keterampilan yang dimiliki
untuk memilih karir yang sesuai dengan bidangnya atau yang diminati
b. pengenalan dampak-dampak dari pilihan-pilihan karir yang
telah dibuat
c. mengembangkan keterampilan yang dimiliki untuk membuat
rencana karir
d. memahami potensi, bakat dan minat yang dimiliki
e. membuat keputusan terhadap pilihan karirnya
f.
memahami bahwa
perkembangan karir merupakan suatu proses yang harus dijalani selama hidup
5.
Strategi Layanan
Bimbingan dan Konseling Karir di SMK
Strategi yang digunakan untuk SMK tidak jauh berbeda
dengan strategi yang digunakan di SMA yaitu adanya pemberian informasi secara
klasikal, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konseling individual dan
konsultasi. Dalam bimbingan kelompok atau klasikal dapat disampaikan dengan
cara kunjungan-kunjungan ke tempat industri sosiodrama, outbound
(bertema pengenalan tentang hal-hal yang dibutuhkan dalam kerja maupun
pendidikan tinggi), mengikuti pameran-pameran pendidikan dan bursa kerja.
Sedangkan untuk konseling kelompok dapat digunakan dengan modeling tokoh-tokoh
yang sukses di bidangnya (melihat dan memperhatikan biografi dari tokoh
tersebut). Konseling individual lebih bersifat insidental tetapi perlu juga
diberikan model dalam merencanakan karir, contohnya dengan menggunakan model mindmap.
Referensi :
Uman Suherman. (2013). Bimbingan dan Konseling Karir : Sepanjang Rentang Kehidupan.
Bandung : Rizki Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar