Senin, 20 April 2020

Penilaian Kognitif


PENILAIAN KOGNITIF MODEL CORMIER DAN CORMIER

Oleh :
Iman Lesmana


1.    Penilaian Kognitif
Lazarrus (1991) menyatakan bahwa “manusia tidak merespon setiap stimulus secara otomatis seperti mesin, tetapi antara stimulus dan respon itu terdapat penyela yaitu proses kognitif. Piaget berpendapat bahwa “proses penilaian kognitif inilah yang mengarahkan pola pikir dan reaksi kogntif yang kompleks. Penyela atau yang lebih dikenal proses penilaian (cognitive appraisal) merupakan jembatan antara realita dan respon. Menurut Zajonc (Sarlito, 1995) penilaian kognitif adalah proses kognisi melalui diferensiasi, organisasi dan integrasi pengalaman yang dihadapi individu. Definisi ini mengandung tiga unsur penting yaitu ada upaya untuk membedakan reaksi yang bermakna dan kurang bermakna, ada upaya mengorgnisasikan pengalaman yang dialami, mengintegrasikan pengalaman yang satu dengan yang lain.
Lazarus dan Folkman (1984:52) mendefinisikan penilaian kognitif sebagai “cognitive appraisal is often token to be a conscious, rational and deliberate process”. Definisi yang dikemukakan Lazarus dan Folkman mengandung tiga aspek penting yaitu: menyadari tugas-tugas yang dilihat dan didengar dari pendidik; memberikan interpretasi-interpretasi terhadap tugas yang diperintahkan; dan rasional dalam mempertimbangkan respons dan sengaja memilih respon yang tepat bagi dirinya maupun lingkungan yang dihadapinya.  
Grinker dan Spiegel (1991:25) mendefinisikan penilaian kognitif sebagai berikut: “Cognitif appraisal is a mental activity, involving judgement, discrimination, and choice of activity base largely on past experience”. Rumusan ini memberikan penekanan lebih khusus pada aktivitas mental, terlibat dalam mempertimbangkan respons-respons, membedakan respons yang tepat dan luwes; serta membuat pilihan aktivitas dalam tindakan nyata sesuai dengan pertimbangan respons yang dipilihnya. Definisi itu dapat dikategorikan dalam aspek memberikan persepsi, aspek perhatian, aspek membedakan, dan asspek memberikan simpulan atau penerapan.
Piaget mengemukakan definisi penilaian kognitif sebagai berikut, “Cognitif appraisal is a systematic view of reality organized by the individual’s capacities for perceptions, attention, discrimination, and generalisazation over time by the experiences of the individual (Ross Buck,1988:9)”. Aspek-aspek yang terkandung di dalamnya adalah aspek persepsi, perhatian, diskriminasi, dan generalisasi. Lebih lanjut Piaget juga mengemukakan indikator masing-masing aspek tersebut.
Aspek persepsi berisi subaspek interpretasi yang didalamnya mengandung indikator: memberi nama (labeling) dan mengukur kemampuan (capasities evaluation). Aspek perhatian berisi subaspek konsentrasi (concentration) yang mengdung indikator: menfokuskan pandangan (focusing view) dan tekun diri (self-deligent). Diskriminasi mengandung indikator: melihat dari berbagai sisi (seeks evidance on both sides), dan toleran terhadap hal yang bersifat mendua (tolerant of ambiguity). Aspek generalisasi berisi subaspek personilisasi (personalizing) yang mengandung indikator: membuat putusan yang sesuai dengan kemampuan, menerapkan tugas yang menjadi tanggung jawab secara mandiri.
Perhatian sebagai salah satu aspek penilaian kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan mahasiswa memberikan konsentrasi terhadap tugas-tugas pelajaran yang diperintahkan dosen. Konsentrasi sebagai subaspek perhatian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan mahasiswa untuk memfokuskan pandangannya dan menekuni diri terhadap tugas-tugas pelajaran yang diperintahkan dosen. Indikator operasional yang dinyatakan dalam definisi ini adalah (1) mahasiswa dapat memfokuskan pandangannya terhdap tugas-tugas pelajaran yang diperintahkan dosen; (2) mahasiswa dapat menekuni tugas pelajaran yang diperintahkan dosen.
Diskriminasi sebagai salah satu aspek penilaian kognitif yang dimaksud dalama penelitian ini adalah kemampuan memilah-milah tugas yang diberikan dosen. Memilah-milah sebagai subaspek diskriminasi adalah kemampuan mahasiswa melihat tugas secara luwes. Indikator operasional yang dinyatakan dalam definisi itu adalah (1) mahasiswa dapat melihat tugas dari berbagai sisi; (2) mahasiswa dapat menerima tugas yang bersifat mendua (tolerant of ambiguity).
Generalisasi sebagai salah satu aspek penilaian kogntif mahasiswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa membuat suatu keputusan yang menjadi hasil pikiran dirinya dan menjadi miliknya (personalisasi). Personalisasi sebagai subaspek generalisasi adalah cara mahasiswa membuat keputusan terhadap tugas yang dikerjakan yang menjadikan miliknya sendiri. Indikator operasional yang terkandung di dalamnya adalah (1) mahasiswa dapat membuat pilihan putusan sesuai dengan kemampuannya; (2) mahasiswa dapat bertindak secara mandiri akan tugas yang menjadi tanggung jawabnya sendiri.

2.    Pengubahan Kognitif
Pengubahan kognitif dalam penelitian ini mengacu pada pengubahan pernyataan-pernyataan covert dan overt menuju kepada pernyataan–pernyataan yang bermakna yakni melalui proses pengentian pikiran, pembingkaian kembali pikiran dan penataan kembali pikiran. Di samping pengubahan kognitif dalam prosesnya mengacu kepada pengubahan perilaku kognitif yang tersembunyi dan perilaku yang nyata berupa pernyataan-pernyataan yang tercetus atau tidak tercetus. Beck (1980:37) menegaskan “Cognitive modification referes to the importance or overt behavior change and cognitive and affective, or covert behavior change”. Kemudian Burns (1988i) juga mengemukakan bahwa, “pengubahan kognitif mengacu kepada perubahan pikiran dan penilaian-penilaian yang terkerangka dalam pikirannya yang secara otomatis mempengaruhi pola berpikir, emosi, dan perilakunya”. Meichenbaum (1977:178) menjelaskan bahwa, “Cognitive modification referes to the modifiying, attitudes, and beliefs”. Ketiga definisi itu mengisyaratkan adanya penekanan sangat menonjol pengubahan kognitif yaitu pernyataan klien.
Cormier dan Cormier (1985:387) melihat dari sisi posesnya untuk mencapai perubahan kognitif dengan mendefinisikan sebagai berikut, “Cognitive modification is a  strategy continues to be used frequently, often in conjunction with other techniques”. Sebagai suatu proses pengubahan kognitif menekankan pentingnya penilaian kognitif individu terhadap situasi tertentu dan menekankan penggunaan teknik bersama-sama (kombinasi) agar dapat mencapai perubahan kognitif dari berbagai sisi.
Strategi pengubahan kognitif ini bertujuan untuk menjadikan siswa memiliki penilaian kognitif terhadap tugas-tugas pelajaran di sekolah yang lebih positif melalui teknik menghentikan pikiran, restrukturisasi pikiran, dan refarming pikiran.
Menghentikan pikiran (thought stopping) adalah teknik pengubahan dan mengembangkan pikiran melalui diteksi pernyataan covert dan overt, serta membedakan yang mana fungsional dan disfungsional; melakukan latihan untuk menghentikan pikiran disfungsional kemudian beralih kepada pikiran fungsional; membuat rincian dalam format, rincian dalam buku harian, dan dilanjutkan menampilkan dalam bentuk profil untuk melihat ada tidaknya perkembangan dan perubahan antara yang dicapai dengan yang diharapkan dalam teknik menghentikan pikiran itu.
Restrukturisasi pikiran (cognitive restructuring) adalah teknik pengubahan dan pengembangan pikiran yang dilakukan melalui laporan klien tentang adanya indikasi pernyataan disfungsional yang berkembang dalam pikirannya. Dari indikasi itu klien diajak untuk menyusun pernyataan pikiran itu dalam buku harian. Kemudian dari hasil tulisan itu, klien diminta untuk menyusun pikiran positif pada kolom pikiran positif dan menyusun pikiran negatif pada kolom pikiran negatif. Selanjutnya, klien menggunakannya sebagai pegangan untuk berlatih kembali dalam menyusun label-label positif ke dalam pelatihan yang dikondisikan untuk pengubahan dalam dirinya.
Refarming (pembingkaian kembali pikiran) adalah teknik pengubahan dan pengembangan pernyataan bermakna yang dilakukan klien melalui pengenalan bingkai-bingkai pernyataan yang diidentifikasikan secara awal ketika memulai memasuki proses pelatihan. Klien diminta mengidentifikasikan pernyataan yang lalu terhadap tugas pelajaran kemudian mencatat dalam buku harian, kemudian memilih pernyataan yang positif terhadap tugas pelajaran yang telah tersusun dalam buku harian. Kemudian siswa diminta membedakan mana bingkai pikiran positif bermakna dan mana bingkai yang tidak bermakna. Klien diminta untuk menulis bingkai pikiran yang bermakna pada kolom bingkai positif, dan menulis bingkai pikiran yang kurang bermakna pada kolom negatif. Selanjutnya, hasil pengenalan itu digunakan untuk berlatih mengubah dari bingkai kurang bermakna kepada bingkai bermakna dari segi persepsi, perhatian, diskriminasi, dan generalisasi. Siswa diminta untuk melakukan analisis pernyataan-pernyataan yang kurang bermakna dan dampaknya dalam reaksi kognitif lainnya juga menganalisis pernyataan itu dari bingkai yang diiterpretasi bermakna terhadap tugas-tugas pelajaran di sekolah. Klien diminta untu membuat grafik secara gradual mengenai perubahan dalam bentuk persentase. Grafik tersebut kemudia ditunjukkan kepada teman agar memperoleh masukkan, kritikkan yang bersifat mendorong atau memotivasi untuk lebih giat dalam menampilkan pernyataan kognitif covert dan overt yang lebih bermakna. Hasil latihan itu dipertahankan untuk digunakan dalam menghadapi tugas pelajaran yang diperintahkan guru berikutnya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penguatan Integrasi Pendidikan

PENGUATAN INTEGRASI PENDIDIKAN DALAM ERA DISUPSI Oleh :  Asep Rohiman Lesmana, M.Pd. Pendidikan merupakan suatu entitas yang s...