PENILAIAN KOGNITIF MODEL CORMIER DAN CORMIER
Oleh :
Iman Lesmana
1. Penilaian Kognitif
Lazarrus (1991)
menyatakan bahwa “manusia tidak merespon setiap stimulus secara otomatis
seperti mesin, tetapi antara stimulus dan respon itu terdapat penyela yaitu proses
kognitif. Piaget berpendapat bahwa “proses penilaian kognitif inilah yang
mengarahkan pola pikir dan reaksi kogntif yang kompleks. Penyela atau yang
lebih dikenal proses penilaian (cognitive
appraisal) merupakan jembatan antara realita dan respon. Menurut Zajonc
(Sarlito, 1995) penilaian kognitif adalah proses kognisi melalui diferensiasi,
organisasi dan integrasi pengalaman yang dihadapi individu. Definisi ini
mengandung tiga unsur penting yaitu ada upaya untuk membedakan reaksi yang
bermakna dan kurang bermakna, ada upaya mengorgnisasikan pengalaman yang
dialami, mengintegrasikan pengalaman yang satu dengan yang lain.
Lazarus dan
Folkman (1984:52) mendefinisikan penilaian kognitif sebagai “cognitive appraisal is often token to be a
conscious, rational and deliberate process”. Definisi yang dikemukakan
Lazarus dan Folkman mengandung tiga aspek penting yaitu: menyadari tugas-tugas
yang dilihat dan didengar dari pendidik; memberikan interpretasi-interpretasi
terhadap tugas yang diperintahkan; dan rasional dalam mempertimbangkan respons
dan sengaja memilih respon yang tepat bagi dirinya maupun lingkungan yang
dihadapinya.
Grinker dan
Spiegel (1991:25) mendefinisikan penilaian kognitif sebagai berikut: “Cognitif appraisal is a mental activity,
involving judgement, discrimination, and choice of activity base largely on
past experience”. Rumusan ini memberikan penekanan lebih khusus pada
aktivitas mental, terlibat dalam mempertimbangkan respons-respons, membedakan
respons yang tepat dan luwes; serta membuat pilihan aktivitas dalam tindakan
nyata sesuai dengan pertimbangan respons yang dipilihnya. Definisi itu dapat
dikategorikan dalam aspek memberikan persepsi, aspek perhatian, aspek
membedakan, dan asspek memberikan simpulan atau penerapan.
Piaget mengemukakan
definisi penilaian kognitif sebagai berikut, “Cognitif appraisal is a systematic view of reality organized by the
individual’s capacities for perceptions, attention, discrimination, and
generalisazation over time by the experiences of the individual (Ross
Buck,1988:9)”. Aspek-aspek yang terkandung di dalamnya adalah aspek persepsi,
perhatian, diskriminasi, dan generalisasi. Lebih lanjut Piaget juga
mengemukakan indikator masing-masing aspek tersebut.
Aspek persepsi
berisi subaspek interpretasi yang didalamnya mengandung indikator: memberi nama
(labeling) dan mengukur kemampuan (capasities evaluation). Aspek perhatian
berisi subaspek konsentrasi (concentration)
yang mengdung indikator: menfokuskan pandangan (focusing view) dan tekun diri (self-deligent).
Diskriminasi mengandung indikator: melihat dari berbagai sisi (seeks evidance on both sides), dan
toleran terhadap hal yang bersifat mendua (tolerant
of ambiguity). Aspek generalisasi berisi subaspek personilisasi (personalizing) yang mengandung indikator:
membuat putusan yang sesuai dengan kemampuan, menerapkan tugas yang menjadi
tanggung jawab secara mandiri.
Perhatian sebagai
salah satu aspek penilaian kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan mahasiswa memberikan konsentrasi terhadap tugas-tugas pelajaran yang
diperintahkan dosen. Konsentrasi sebagai subaspek perhatian yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kemampuan mahasiswa untuk memfokuskan pandangannya dan
menekuni diri terhadap tugas-tugas pelajaran yang diperintahkan dosen.
Indikator operasional yang dinyatakan dalam definisi ini adalah (1) mahasiswa
dapat memfokuskan pandangannya terhdap tugas-tugas pelajaran yang diperintahkan
dosen; (2) mahasiswa dapat menekuni tugas pelajaran yang diperintahkan dosen.
Diskriminasi
sebagai salah satu aspek penilaian kognitif yang dimaksud dalama penelitian ini
adalah kemampuan memilah-milah tugas yang diberikan dosen. Memilah-milah
sebagai subaspek diskriminasi adalah kemampuan mahasiswa melihat tugas secara
luwes. Indikator operasional yang dinyatakan dalam definisi itu adalah (1) mahasiswa
dapat melihat tugas dari berbagai sisi; (2) mahasiswa dapat menerima tugas yang
bersifat mendua (tolerant of ambiguity).
Generalisasi
sebagai salah satu aspek penilaian kogntif mahasiswa yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kemampuan siswa membuat suatu keputusan yang menjadi
hasil pikiran dirinya dan menjadi miliknya (personalisasi). Personalisasi
sebagai subaspek generalisasi adalah cara mahasiswa membuat keputusan terhadap
tugas yang dikerjakan yang menjadikan miliknya sendiri. Indikator operasional
yang terkandung di dalamnya adalah (1) mahasiswa dapat membuat pilihan putusan
sesuai dengan kemampuannya; (2) mahasiswa dapat bertindak secara mandiri akan
tugas yang menjadi tanggung jawabnya sendiri.
2. Pengubahan Kognitif
Pengubahan
kognitif dalam penelitian ini mengacu pada pengubahan pernyataan-pernyataan covert dan overt menuju kepada pernyataan–pernyataan yang bermakna yakni
melalui proses pengentian pikiran, pembingkaian kembali pikiran dan penataan
kembali pikiran. Di samping pengubahan kognitif dalam prosesnya mengacu kepada
pengubahan perilaku kognitif yang tersembunyi dan perilaku yang nyata berupa
pernyataan-pernyataan yang tercetus atau tidak tercetus. Beck (1980:37)
menegaskan “Cognitive modification
referes to the importance or overt behavior change and cognitive and affective,
or covert behavior change”. Kemudian Burns (1988i) juga mengemukakan bahwa,
“pengubahan kognitif mengacu kepada perubahan pikiran dan penilaian-penilaian
yang terkerangka dalam pikirannya yang secara otomatis mempengaruhi pola
berpikir, emosi, dan perilakunya”. Meichenbaum (1977:178) menjelaskan bahwa, “Cognitive modification referes to the
modifiying, attitudes, and beliefs”. Ketiga definisi itu mengisyaratkan
adanya penekanan sangat menonjol pengubahan kognitif yaitu pernyataan klien.
Cormier dan
Cormier (1985:387) melihat dari sisi posesnya untuk mencapai perubahan kognitif
dengan mendefinisikan sebagai berikut, “Cognitive
modification is a strategy continues to
be used frequently, often in conjunction with other techniques”. Sebagai
suatu proses pengubahan kognitif menekankan pentingnya penilaian kognitif
individu terhadap situasi tertentu dan menekankan penggunaan teknik
bersama-sama (kombinasi) agar dapat mencapai perubahan kognitif dari berbagai
sisi.
Strategi
pengubahan kognitif ini bertujuan untuk menjadikan siswa memiliki penilaian
kognitif terhadap tugas-tugas pelajaran di sekolah yang lebih positif melalui
teknik menghentikan pikiran, restrukturisasi pikiran, dan refarming pikiran.
Menghentikan
pikiran (thought stopping) adalah
teknik pengubahan dan mengembangkan pikiran melalui diteksi pernyataan covert dan overt, serta membedakan yang mana fungsional dan disfungsional;
melakukan latihan untuk menghentikan pikiran disfungsional kemudian beralih
kepada pikiran fungsional; membuat rincian dalam format, rincian dalam buku
harian, dan dilanjutkan menampilkan dalam bentuk profil untuk melihat ada
tidaknya perkembangan dan perubahan antara yang dicapai dengan yang diharapkan
dalam teknik menghentikan pikiran itu.
Restrukturisasi
pikiran (cognitive restructuring)
adalah teknik pengubahan dan pengembangan pikiran yang dilakukan melalui
laporan klien tentang adanya indikasi pernyataan disfungsional yang berkembang
dalam pikirannya. Dari indikasi itu klien diajak untuk menyusun pernyataan
pikiran itu dalam buku harian. Kemudian dari hasil tulisan itu, klien diminta
untuk menyusun pikiran positif pada kolom pikiran positif dan menyusun pikiran negatif
pada kolom pikiran negatif. Selanjutnya, klien menggunakannya sebagai pegangan
untuk berlatih kembali dalam menyusun label-label positif ke dalam pelatihan
yang dikondisikan untuk pengubahan dalam dirinya.
Refarming (pembingkaian kembali pikiran) adalah teknik pengubahan
dan pengembangan pernyataan bermakna yang dilakukan klien melalui pengenalan
bingkai-bingkai pernyataan yang diidentifikasikan secara awal ketika memulai
memasuki proses pelatihan. Klien diminta mengidentifikasikan pernyataan yang lalu
terhadap tugas pelajaran kemudian mencatat dalam buku harian, kemudian memilih
pernyataan yang positif terhadap tugas pelajaran yang telah tersusun dalam buku
harian. Kemudian siswa diminta membedakan mana bingkai pikiran positif bermakna
dan mana bingkai yang tidak bermakna. Klien diminta untuk menulis bingkai
pikiran yang bermakna pada kolom bingkai positif, dan menulis bingkai pikiran
yang kurang bermakna pada kolom negatif. Selanjutnya, hasil pengenalan itu
digunakan untuk berlatih mengubah dari bingkai kurang bermakna kepada bingkai
bermakna dari segi persepsi, perhatian, diskriminasi, dan generalisasi. Siswa
diminta untuk melakukan analisis pernyataan-pernyataan yang kurang bermakna dan
dampaknya dalam reaksi kognitif lainnya juga menganalisis pernyataan itu dari
bingkai yang diiterpretasi bermakna terhadap tugas-tugas pelajaran di sekolah.
Klien diminta untu membuat grafik secara gradual mengenai perubahan dalam
bentuk persentase. Grafik tersebut kemudia ditunjukkan kepada teman agar
memperoleh masukkan, kritikkan yang bersifat mendorong atau memotivasi untuk
lebih giat dalam menampilkan pernyataan kognitif covert dan overt yang
lebih bermakna. Hasil latihan itu dipertahankan untuk digunakan dalam
menghadapi tugas pelajaran yang diperintahkan guru berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar