PERKEMBANGAN DAN KEMATANGAN KARIR ANAK-ANAK
Oleh :
Iman Lesmana
A. Karakteristik
Anak Usia Sekolah
Dasar
Anak usia sekolah dasar
atau sering disebut late childhood berlangsung dari usia enam tahun
sampai tiba saatnya anak menjadi matang secara seksual (Hurlock, 1993: 146).
Pada umumnya usia anak berkisar antara 6–12 tahun. Akhir masa kanak-kanak
memiliki karakterisrik yang berbeda dengan anak prasekolah. Pertumbuhan dan
perkembangan aspek psikofisik anak berjalan relatif lebih tenang,
perlahan-lahan dan seimbang. Aspek psikofisik yang dimaksud meliputi
perkembangan fisik, inteligensi, emosi, bahasa, sosial, moral dan religi.
Masa antara usia 6–12
tahun, dibagi atas dua bagian yaitu: 1) masa pertengahan anak, sekitar 6 atau 7
tahun sampai usia 9 atau 10 tahun; 2) masa akhir anak, atau pra remaja, dari
usia 9 tahun sampai usia 12 tahun. Penjelasan setiap aspek perkembangan masa
akhir anak (pre adolescence) akan dijabarkan sebagai berikut.
1.
Perkembangan
Fisik
Pertumbuhan dan
perkembangan fisik anak pada masa ini menjadi agak lambat tetapi konsisten
sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas. Kuhlen dan Thomson (Yusuf,
2002: 101) menjelaskan perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu:
a) sistem syaraf, yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; b)
otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; c)
kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru; dan
c) struktur fisik atau tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.
a.
Sistem Syaraf
Sistem syaraf anak
memiliki koneksi dengan sel-sel syaraf lain sehingga menjadi pusat atau sentral
perkembangan dan fungsi kemanusiaan. Sistem syaraf kemudian dikenal dengan
istilah otak. Otak mempunyai pengaruh
yang sangat menentukan perkembangan- perkembangan aspek keterampilan motorik,
intelektual, emosional, sosial, moral maupun kepribadian.
b.
Otot
Perkembangan syaraf otot
memungkinkan berkembangnya keterampilan motorik anak. Keterampilan motorik anak
terdiri dari dua jenis yaitu; a) keterampilan motorik kasar berkaitan dengan
aktivitas anak untuk melempar, berlari, menendang, berjalan, melompat, dan naik
turun tangga; serta b) keterampilan motorik halus berkaitan dengan aktivitas
anak seperti menulis, memotong, menjahit, melukis dan menangkap bola (Hurlock,
1993; 149). Anak sekolah dasar kelas tinggi mulai belajar berbagai keterampilan
yang membantu anak menuju tahap perkembangan selanjutnya. Keterampilan yang
disukai anak cenderung membutuhkan keahlian khusus seperti berenang, naik
sepeda, sepatu roda, dan bermain sepak bola.
c.
Kelenjar Endokrin
Sigelman dan Shaffer (Yusuf, 2002: 101) menjelaskan pengaruh kelenjar endokrin terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak, seperti tersaji pada
tabel 3.1. berikut ini
Tabel 3.1
Pengaruh Kelenjar Endokrin
Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
No.
|
Kelenjar Endokrin
|
Hormon
yang Dihasilkan
|
Fungsi
|
1
|
Pituitary
|
Hormon Pertumbuhan
|
Mengatur atau
merangsang pertumbuhan sel-sel tubuh dari mulai kelahiran sampai dengan
remaja
|
Hormon Pemicu
|
Merangsang atau
memicu kelenjar endokrin lainnya, seperti ovarium dan testes untuk
mengeluarkan hormonnya.
|
||
2
|
Thyroid
|
Thyroxine
|
Mempengaruhi
pertumbuhan otak dan membantu pengaturan pertumbuhan tubuh selama masa anak.
|
3
|
Testes
|
Testosteron
|
Bertanggung jawab
terhadap pertumbuhan system reproduksi pria pada periode sebelum lahir dan
mengarahkan pertumbuhan seksual pria pada masa remaja.
|
4
|
Ovarium
|
Estrogen
Progresterone
|
Bertanggung jawab
terhadap pengaturan menstruasi dan estrogen mengarahkan pertumbuhan seksual
wanita pada masa remaja.
|
5
|
Adrenalin
|
Androgen Adrenal
|
Mendorong
pertumbuhan otot dan tulang.
|
d.
Struktur Fisik atau Tubuh
Hurlock (1993: 149)
menjelaskan perkembangan fisik yang terjadi pada anak sekolah kelas tinggi yang
disajikan dalam tabel 3.2.halaman berikut (92).
Tabel 3.2
Perkembangan Fisik pada Anak Sekolah Dasar
No.
|
Aspek
|
Perkembangan Fisik
|
1
|
Tinggi Badan
|
Kenaikan tinggi per tahun sekitar 5 sampai 8 cm.
Rata-rata anak perempuan berumur 11 tahun memiliki tinggi badan sekitar 147
cm dan anak laki-laki sekitar 146 cm.
|
2
|
Berat Badan
|
Kenaikan berat badan lebih bervariasi daripada kenaikan
tinggi, per tahun antara 1,5 sampai 2,5 kg. Rata-rata berat badan anak
perempuan sekitar 44 kg dan anak laki-laki sekitar 43 kg.
|
3
|
Perbandingan Tubuh
|
Perbandingan antara kepala dan badan anak mulai
terlihat proporsional. Pada beberapa anak bahkan ditemukan pertumbuhan yang
lebih pesat menyerupai orang dewasa. Pada usia 11 – 12/13 tubuh anak menjadi
lebih berkembang dengan pesat karena memasuki tahap adolesensi.
|
4
|
Perbandingan Otot-Lemak
|
Selama masa sekolah dasar, jaringan lemak berkembang
lebih cepat daripada jaringan otot yang perkembangannya baru mulai berkembang
pesat pada awal pubertas. Anak yang bertubuh endomorfik memiliki jaringan
lemak yang jauh lebih banyak daripada jaringan otot sedangkan pada tubuh
mesomorfik keadaannya terbalik. Pada bentuk tubuh ektomorfik tidak terdapat
jaringan yang melebihi jaringan lainnya sehingga cenderung tampak kurus.
|
5
|
Gigi
|
Pada akhir masa sekolah dasar umumnya anak sudah
memiliki 22 gigi tetap, gigi susu yang dulu dimiliki mulai berganti dengan
gigi tetap. Keempat gigi terakhir disebut gigi kebijaksanaan akan muncul pada
masa akhir remaja.
|
2.
Perkembangan
Kognitif
Usia sekolah dasar
merupakan suatu masa dinamika anak mampu mereaksi rangsangan intelektual atau
melaksanakan pembelajaran yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan
berpikir anak seperti membaca, menulis, dan berhitung. Menurut teori kognitif
Piaget (Monks, 1992: 223), anak sekolah dasar kelas tinggi berada pada tahap
operasional konkret menuju operasional formal. Anak memiliki konsep yang
semakin jelas. Kemampuan-kemampuan anak yang berkembang adalah cara berpikir
yang semakin kritis, dengan mengajukan pertanyaan teoritis mengenai sebab-sebab
dan akibat-akibat dengan menentang pendapat-pendapat orang dewasa dengan
identifikasi mengacu pada kelompok sebaya. Karakteristik perkembangan ditandai
dengan kemampuan anak dalam mengklasifikasikan, menyusun, mengasosiasikan
bilangan, mengkonservasikan pengetahuan tertentu, dan mengoperasikan
kaidah-kaidah logika formal.
Salah satu aktivitas
kognitif anak di sekolah adalah penelusuran informasi melalui ensiklopedia atau
sumber informasi lain. Anak tidak hanya mempelajari arti baru untuk konsep,
tetapi juga memperbaiki arti yang salah dihubungan dengan konsep lama (Hurlock,
1993: 162). Pengalaman dapat memberi makna bagi konsep yang dimiliki anak,
misalnya anak pernah mengalami kondisi sakit, pengalaman sakit akan mewarnai
konsep anak tentang penyakit.
3.
Perkembangan
Emosi
Memasuki usia sekolah
dasar kelas tinggi, anak mulai menyadari ungkapan emosi yang kurang baik akan
berakibat pada tidak diterimanya anak di masyarakat. Anak mulai belajar
mengontrol dan mengendalikan emosi. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak
melalui peniruan dan latihan. Proses peniruan dan latihan anak dalam mengontrol
dan mengendalikan emosi dipengaruhi oleh kemampuan orang terdekat anak dalam
mengendalikan emosi.
Hubungan ketergantungan
emosional yang dialami anak terlihat dari hasil pola asuh orangtua. Orangtua
yang peka terhadap perubahan anak akan memberikan hubungan ketergantungan
emosional yang baik (Vasta et al. 1992: 431). Ketergantungan yang
terjalin dengan positif antara anak dan orangtua memberikan pengaruh yang baik
bagi perkembangan anak.
Emosi yang secara
umum dialami pada tahap perkembangan usia sekolah dasar kelas tinggi adalah
marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan
(rasa senang atau bahagia). Emosi termasuk faktor dominan yang mempengaruhi
tingkah laku individu. Emosi positif seperti rasa senang, bergairah,
bersemangat atau rasa ingin tahu mempengaruhi individu dalam aktivitas belajar.
Emosi negatif seperti perasaan tidak suka, kecewa, sedih, tidak bergairah akan
menghambat anak dalam aktivitas belajar.
4.
Perkembangan
Bahasa
Perkembangan bahasa
anak sekolah dasar kelas tinggi berlangsung dengan sangat pesat, terutama
kemampuan anak dalam mengenal dan menguasai pembendaharaan kata (vocabulary)
(Yusuf, 2002: 179). Pembentukan kalimat telah dikuasai anak pada hampir semua
jenis struktur kalimat. Isi pembicaraan telah beralih dari pembicaraan yang
bersifat egosentris ke arah penbicaraan yang lebih bersifat sosial. Anak mulai
menyukai pemakaian bahasa kelompok,
yaitu bahasa yang hanya dimengerti oleh anggota kelompok sebaya.
Penggunaan bahasa
sandi dimaksudkan untuk menjaga privasi.
Anak menambah kosa
kata dari berbagai sumber seperti pelajaran di sekolah, buku bacaan, media
massa atau pembicaraan dengan teman dan orang dewasa lain. Kosa kata tersebut
disebut kosa kata umum karena terdiri dari kata-kata yang digunakan secara
umum.
Anak sekolah dasar
juga mempelajari kosa kata khusus yang terdiri dari kata-kata dengan arti
khusus dan penggunaan yang terbatas. Kosa kata khusus digunakan untuk
berkomunikasi dengan sahabat. Kata khusus dapat berbentuk lambang atau
pengganti huruf; lisan, terdiri dari kata-kata yang diganti; atau kinetik,
terdiri dari isyarat penggunaan jari-jari untuk mengkomunikasikan kata-kata.
Perbedaan jenis
kelamin terlihat jelas dalam penggunaan kosa kata khusus. Menurut Monks (1999)
anak perempuan mempunyai kosa kata tentang warna lebih banyak dari laki-laki.
Anak laki-laki lebih banyak menguasai kosa kata kasar dan makian karena
kata-kata tersebut dianggap mencerminkan kejantanan.
5.
Perkembangan
Sosial
Masa sekolah dasar
adalah masa berkelompok dan mulai membentuk ikatan dengan teman sebaya baik di
sekolah atau di rumah. Anak sekolah dasar kelas tinggi sangat tertarik untuk
bergabung dengan anak-anak yang sama usia, jenis, dan status. Anak mudah
menyesuaikan diri pada kelompok dan bangga akan teman-teman.
Berteman dengan teman
sebaya sangat dibutuhkan oleh anak sekolah dasar kelas tinggi, banyak anak yang
datang ke sekolah hanya untuk bermain-main dengan temannya. Anak memilih teman
dekat yang memiliki kesamaan kebutuhan dan minat, sehingga dapat saling mengisi
dan mengerti.
Cara berpakaian,
berbicara, istilah-istilah dari suatu kelompok dengan mudah diambil alih oleh
anak yang menjadi anggotanya. Berbeda dari teman-temannya merupakan pantangan,
hal tersebut terkadang menimbulkan konflik antara anak dengan orangtua. Menurut
Hurlock (1993: 158) banyak faktor yang menentukan pemilihan teman. Biasanya
yang dipilih adalah teman yang dianggap memiliki kesamaan. Daya tarik fisik
juga mempengaruhi pertimbangan anak berteman. Anak cenderung memilih teman yang
memiliki daya tarik fisik seperti berpenampilan menarik, berwajah cantik atau
tampan.
Anak sekolah dasar
kelas tinggi menganggap penting sifat-sifat pribadi dalam pemilihan teman.
Unsur-unsur seperti kegembiraan, keramahan, kerja sama, kebaikan dan kemurahan
hati, kejujuran dan sportivitas menjadi penilaian utama dalam memilih teman
bermain atau teman baik. Menjelang akhir masa sekolah dasar, anak lebih
menyukai teman dari latar belakang sosial ekonomi, ras dan agama yang sama,
khususnya sebagai teman baik.
6.
Perkembangan
Moral
Perkembangan moral
anak usia sekolah dasar menurut Kohlberg (Muhibbin Syah, 1996: 77) berada pada
tahapan moralitas konvensional atau moralitas yang didasarkan dari
aturan-aturan dan penyesuian konvensional. Konsep moral menurut pandangan anak
pada usia ini adalah berperilaku sesuai dengan aturan dan patokan moral agar
memperoleh persetujuan orang dewasa bukan untuk menghindari hukuman. Anak
menilai perilaku baik dan buruk didasarkan atas tujuan melakukan perilaku.
Menurut Piaget (Hurlock
1993: 163) pada masa sekolah dasar, anak mulai menggantikan
moral
yang
kaku menjadi
relativisme.
Ketika anak SD mulai
memasuki kelas tinggi, kode moral siswa sangat dipengaruhi oleh standar moral
dari kelompok tempat anak mengindentifikasi diri. Hal tersebut tidak berarti
anak meninggalkan kode moral keluarga, tetapi jika anak harus memilih maka anak
akan mengikuti standar kelompok sebagai upaya mempertahankan status dalam
kelompok.
7.
Perkembangan
Religi
Makmun (Yusuf, 2002:
182) mengemukakan ciri-ciri perkembangan penghayatan keagamaan sebagai berikut.
a.
Sikap keagamaan
bersifat reseptif disertai dengan pengertian.
b.
Pandangan dan paham
ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang
berpedoman pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.
c.
Penghayatan secara
rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterimanya sebagai
keharusan moral.
Periode usia sekolah dasar kelas tinggi merupakan masa
pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas
keagamaan anak sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang
diterima. Hal ini berarti pendidikan agama di sekolah dasar mempunyai peranan
yang sangat penting. Pendidikan agama (pengajaran, pembiasaan, dan penanaman
nilai-nilai) di sekolah dasar harus menjadi perhatian semua pihak yang terlibat
dalam pendidikan di sekolah dasar (Yusuf, 2002: 183).
B. Tugas-tugas
Perkembangan Karir Anak Sekolah Dasar
Anak sekolah dasar
merupakan tahapan perkembangan menuju masa remaja awal sehingga tugas
perkembangan seyogyanya mampu dilalui dengan baik. Nurihsan (2003: 71)
mengemukakan tugas-tugas perkembangan yang hendak dicapai oleh anak sekolah
dasar, sebagai berikut.
1.
Menanamkan dan
mengembangkan kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
2.
Mengembangkan
keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.
3.
Mengembangkan
konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari.
4.
Belajar bergaul dan
bekerja dengan kelompok sebaya.
5.
Belajar menjadi pribadi
yang mandiri.
6.
Mempelajari
keterampilan fisik sederhana yang diperlukan baik untuk permainan maupun
kehidupan.
7.
Mengembangkan kata
hati, moral dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku.
8.
Membina hidup sehat
untuk diri sendiri dan lingkungan.
9.
Belajar menjalankan
peranan sosial sesuai dengan jenis kelaminnya.
10. Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga
sosial.
11. Mengembangkan pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan
masa depan.
Havighurst (Hurlock,
1993: 10) menjelaskan tugas perkembangan akhir masa kanak-kanak sebagai
berikut.
1.
Mempelajari
keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum.
2.
Membangun sikap yang
sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh.
3.
Belajar menyesuaikan
diri dengan teman-teman seusianya.
4.
Mulai mengembangkan
peran sosial pria atau wanita yang tepat.
5.
Mengembangkan
keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung.
6.
Mengembangkan
pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
7.
Mengembangkan hati
nurani, pengertian moral, dan tata tingkatan nilai.
8.
Mengembangkan sikap
terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga.
9.
Mencapai kebebasan
pribadi.
Berikut disajikan deskripsi pencapaian siswa kelas tinggi
dalam tiap aspek perkembangan berdasarkan penelitian Ahman (1998: 56).
1.
Menanamkan dan
mengembangkan kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME.
Hal yang ingin dicapai dari perkembangan adalah : a) menghindarkan diri dari
hal yang dilarang agama; b) melaksanakan ibadah sesuai ajaran yang dianut; c)
menghormati orang tua dan orang lain; d) bersabar dan bersyukur.
2.
Mengembangkan kata
hati, moral dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku, meliputi : a) bersikap
jujur dalam berperilaku; b) berperilaku sopan terhadap orang lain; c) memiliki
rasa tanggung jawab; d) bersikap rendah hati; e) memiliki pemahaman akan
perbuatan baik-buruk; dan f) memiliki kemampuan dalam menerima hukuman dan
ganjaran.
3.
Mengembangkan
keterampilan akademik sesuai dengan tuntutan kurikulum
4.
Mempelajari
keterampilan fisik sederhana yang diperlukan untuk permainan dan kehidupan yang
mencakup : a) mampu melakukan aktivitas fisik yang diperlukan dalam bermain;
dan b) mampu melakukan aktivitas fisik yang sangat bernilai bagi kehidupan
siswa.
5.
Belajar bergaul dan
bekerja dalam kelompok sebaya, yaitu: a) menghargai teman sebaya; b) mampu
bekerja sama dengan teman sebaya; c) memiliki kepedulian terhadap teman sebaya;
d) mampu memenuhi aturan kelompok teman sebaya; e) mampu bersaing dengan teman
sebaya secara sportif ; dan f) setia kawan.
6.
Belajar menjadi
pribadi yang mandiri, meliputi : a) memiliki kemampuan untuk mengurus diri; b)
mampu menyusun rencana kegiatan sehari-hari; dan c) mampu melaksanakan rencana
kegiatan secara konsekuen.
7.
Membangun sikap hidup
sehat mengenai diri sendiri dan lingkungan yang mencakup : a) memiliki
kemampuan merawat diri; b) menerima keadaan fisiknya; c) memiliki kemampuan
untuk memfungsikan keadaan fisik secara menyenangkan; d) memiliki sikap positif
terhadap jenis kelaminnya; dan e) memelihara lingkungan.
8.
Mengembangkan
konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari, yaitu : a) memiliki
pengertian tentang konsep bekerja; b) memiliki pengertian tentang konsep
interaksi sosial; dan c) memiliki pengertian tentang hak dan kewajiban sebagai
warga negara.
9.
Belajar menjalankan
peran sosial sesuai dengan jenis kelamin yang mencakup : a) mempelajari peran
sosial sebagai pria dan wanita sesuai dengan norma masyarakat; b) menerima
peran sosial sebagai pria atau wanita
sesuai dengan norma masyarakat; dan c) berperilaku sebagai pria atau
wanita sesuai dengan norma masyarakat.
10. Mengembangkan sikap positif terhadap kelompok dan
lembaga-lembaga sosial, yaitu : a) memiliki sikap toleran terhadap perbedaan
SARA; b) menghargai pendapat orang lain; c) memiliki sikap positif terhadap
aturan sekolah; d) kemampuan siswa dalam bertindak secara adil dan demokrasi.
C. Indikator-Indikator
Kematangan Karir Anak SD
Istilah kematangan karir untuk siswa sekolah dasar adalah
kesadaran karir (career awareness) karena pada tahap ini anak masih
berada pada tingkatan kesadaran sebagai bentuk kematangan karir pada
tahapannya. Terdapat beberapa kompetensi karir bagi siswa sekolah dasar antara
lain:
1.
pentingnya
pengetahuan konsep diri yang positif tentang perkembangan karir.
2.
keterampilan berinteraksi
dengan orang lain.
3.
kesadaran pentingnya
perkembangan emosi dan fisik pembuatan keputusan karir.
4.
kesadaran pentingnya
pencapaian prestasi untuk mendapatkan kesempatan karir.
5.
kesadaran hubungan
antara pekerjaan dan belajar.
6.
keterampilan untuk memahami
dan menggunakan informasi karir.
7.
kesadaran hubungan
antar tanggung jawab personal, kebiasaan bekerja yang baik dan kesempatan
karir.
8.
kesadaran bagaimana
karir berhubungan dengan fungsi dan kebutuhan di masyarakat.
9.
memahami bagaimana
cara mengambil keputusan dan memilih alternatif berdasarkan pendidikan dan
tujuan karir.
10. kesadaran hubungan antara peran dalam kehidupan dan
karir.
11. kesadaran tentang perbedaan pekerjaan dan perubahan peran
laki-laki dan perempuank
12. kesadaran terhadap proses perencanaan karir.
Referensi
:
Uman Suherman. (2013). Bimbingan dan Konseling Karir : Sepanjang Rentang Kehidupan. Bandung
: Rizki Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar