Senin, 20 April 2020

Perkembangan Karir Fase Anak


PERKEMBANGAN DAN KEMATANGAN KARIR ANAK-ANAK

Oleh :
Iman Lesmana



A.  Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar
                        Anak usia sekolah dasar atau sering disebut late childhood berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya anak menjadi matang secara seksual (Hurlock, 1993: 146). Pada umumnya usia anak berkisar antara 6–12 tahun. Akhir masa kanak-kanak memiliki karakterisrik yang berbeda dengan anak prasekolah. Pertumbuhan dan perkembangan aspek psikofisik anak berjalan relatif lebih tenang, perlahan-lahan dan seimbang. Aspek psikofisik yang dimaksud meliputi perkembangan fisik, inteligensi, emosi, bahasa, sosial, moral dan religi.
                        Masa antara usia 6–12 tahun, dibagi atas dua bagian yaitu: 1) masa pertengahan anak, sekitar 6 atau 7 tahun sampai usia 9 atau 10 tahun; 2) masa akhir anak, atau pra remaja, dari usia 9 tahun sampai usia 12 tahun. Penjelasan setiap aspek perkembangan masa akhir anak (pre adolescence) akan dijabarkan sebagai berikut.

1.      Perkembangan Fisik
Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak pada masa ini menjadi agak lambat tetapi konsisten sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas. Kuhlen dan Thomson (Yusuf, 2002: 101) menjelaskan perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu: a) sistem syaraf, yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; b) otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; c) kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru; dan c) struktur fisik atau tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.

a.      Sistem Syaraf
Sistem syaraf anak memiliki koneksi dengan sel-sel syaraf lain sehingga menjadi pusat atau sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan. Sistem syaraf kemudian dikenal dengan istilah otak. Otak  mempunyai pengaruh yang sangat menentukan perkembangan- perkembangan aspek keterampilan motorik, intelektual, emosional, sosial, moral maupun kepribadian.

b.     Otot
            Perkembangan syaraf otot memungkinkan berkembangnya keterampilan motorik anak. Keterampilan motorik anak terdiri dari dua jenis yaitu; a) keterampilan motorik kasar berkaitan dengan aktivitas anak untuk melempar, berlari, menendang, berjalan, melompat, dan naik turun tangga; serta b) keterampilan motorik halus berkaitan dengan aktivitas anak seperti menulis, memotong, menjahit, melukis dan menangkap bola (Hurlock, 1993; 149). Anak sekolah dasar kelas tinggi mulai belajar berbagai keterampilan yang membantu anak menuju tahap perkembangan selanjutnya. Keterampilan yang disukai anak cenderung membutuhkan keahlian khusus seperti berenang, naik sepeda, sepatu roda, dan bermain sepak bola.

c.       Kelenjar Endokrin
Sigelman  dan   Shaffer   (Yusuf, 2002: 101)   menjelaskan  pengaruh  kelenjar endokrin terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, seperti  tersaji  pada
tabel 3.1. berikut ini
Tabel 3.1
Pengaruh Kelenjar Endokrin
Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan

No.
Kelenjar Endokrin
Hormon
yang Dihasilkan
Fungsi
1
Pituitary
Hormon Pertumbuhan
Mengatur atau merangsang pertumbuhan sel-sel tubuh dari mulai kelahiran sampai dengan remaja
Hormon Pemicu
Merangsang atau memicu kelenjar endokrin lainnya, seperti ovarium dan testes untuk mengeluarkan hormonnya.
2
Thyroid
Thyroxine
Mempengaruhi pertumbuhan otak dan membantu pengaturan pertumbuhan tubuh selama masa anak.
3
Testes
Testosteron
Bertanggung jawab terhadap pertumbuhan system reproduksi pria pada periode sebelum lahir dan mengarahkan pertumbuhan seksual pria pada masa remaja.
4
Ovarium
Estrogen Progresterone
Bertanggung jawab terhadap pengaturan menstruasi dan estrogen mengarahkan pertumbuhan seksual wanita pada masa remaja.
5
Adrenalin
Androgen Adrenal
Mendorong pertumbuhan otot dan tulang.

d.     Struktur Fisik atau Tubuh
Hurlock (1993: 149) menjelaskan perkembangan fisik yang terjadi pada anak sekolah kelas tinggi yang disajikan dalam tabel 3.2.halaman berikut (92).

Tabel 3.2
Perkembangan Fisik pada Anak Sekolah Dasar

No.
Aspek
Perkembangan Fisik
1
Tinggi Badan
Kenaikan tinggi per tahun sekitar 5 sampai 8 cm. Rata-rata anak perempuan berumur 11 tahun memiliki tinggi badan sekitar 147 cm dan anak laki-laki sekitar 146 cm.
2
Berat Badan
Kenaikan berat badan lebih bervariasi daripada kenaikan tinggi, per tahun antara 1,5 sampai 2,5 kg. Rata-rata berat badan anak perempuan sekitar 44 kg dan anak laki-laki sekitar 43 kg.
3
Perbandingan Tubuh
Perbandingan antara kepala dan badan anak mulai terlihat proporsional. Pada beberapa anak bahkan ditemukan pertumbuhan yang lebih pesat menyerupai orang dewasa. Pada usia 11 – 12/13 tubuh anak menjadi lebih berkembang dengan pesat karena memasuki tahap adolesensi.
4
Perbandingan Otot-Lemak
Selama masa sekolah dasar, jaringan lemak berkembang lebih cepat daripada jaringan otot yang perkembangannya baru mulai berkembang pesat pada awal pubertas. Anak yang bertubuh endomorfik memiliki jaringan lemak yang jauh lebih banyak daripada jaringan otot sedangkan pada tubuh mesomorfik keadaannya terbalik. Pada bentuk tubuh ektomorfik tidak terdapat jaringan yang melebihi jaringan lainnya sehingga cenderung tampak kurus.
5
Gigi
Pada akhir masa sekolah dasar umumnya anak sudah memiliki 22 gigi tetap, gigi susu yang dulu dimiliki mulai berganti dengan gigi tetap. Keempat gigi terakhir disebut gigi kebijaksanaan akan muncul pada masa akhir remaja.


2.      Perkembangan Kognitif
Usia sekolah dasar merupakan suatu masa dinamika anak mampu mereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan pembelajaran yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir anak seperti membaca, menulis, dan berhitung. Menurut teori kognitif Piaget (Monks, 1992: 223), anak sekolah dasar kelas tinggi berada pada tahap operasional konkret menuju operasional formal. Anak memiliki konsep yang semakin jelas. Kemampuan-kemampuan anak yang berkembang adalah cara berpikir yang semakin kritis, dengan mengajukan pertanyaan teoritis mengenai sebab-sebab dan akibat-akibat dengan menentang pendapat-pendapat orang dewasa dengan identifikasi mengacu pada kelompok sebaya. Karakteristik perkembangan ditandai dengan kemampuan anak dalam mengklasifikasikan, menyusun, mengasosiasikan bilangan, mengkonservasikan pengetahuan tertentu, dan mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal.
Salah satu aktivitas kognitif anak di sekolah adalah penelusuran informasi melalui ensiklopedia atau sumber informasi lain. Anak tidak hanya mempelajari arti baru untuk konsep, tetapi juga memperbaiki arti yang salah dihubungan dengan konsep lama (Hurlock, 1993: 162). Pengalaman dapat memberi makna bagi konsep yang dimiliki anak, misalnya anak pernah mengalami kondisi sakit, pengalaman sakit akan mewarnai konsep anak tentang penyakit.

3.      Perkembangan Emosi
Memasuki usia sekolah dasar kelas tinggi, anak mulai menyadari ungkapan emosi yang kurang baik akan berakibat pada tidak diterimanya anak di masyarakat. Anak mulai belajar mengontrol dan mengendalikan emosi. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan. Proses peniruan dan latihan anak dalam mengontrol dan mengendalikan emosi dipengaruhi oleh kemampuan orang terdekat anak dalam mengendalikan emosi.
Hubungan ketergantungan emosional yang dialami anak terlihat dari hasil pola asuh orangtua. Orangtua yang peka terhadap perubahan anak akan memberikan hubungan ketergantungan emosional yang baik (Vasta et al. 1992: 431). Ketergantungan yang terjalin dengan positif antara anak dan orangtua memberikan pengaruh yang baik bagi perkembangan anak.
Emosi yang secara umum dialami pada tahap perkembangan usia sekolah dasar kelas tinggi adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (rasa senang atau bahagia). Emosi termasuk faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu. Emosi positif seperti rasa senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingin tahu mempengaruhi individu dalam aktivitas belajar. Emosi negatif seperti perasaan tidak suka, kecewa, sedih, tidak bergairah akan menghambat anak dalam aktivitas belajar.

4.      Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa anak sekolah dasar kelas tinggi berlangsung dengan sangat pesat, terutama kemampuan anak dalam mengenal dan menguasai pembendaharaan kata (vocabulary) (Yusuf, 2002: 179). Pembentukan kalimat telah dikuasai anak pada hampir semua jenis struktur kalimat. Isi pembicaraan telah beralih dari pembicaraan yang bersifat egosentris ke arah penbicaraan yang lebih bersifat sosial. Anak mulai menyukai  pemakaian  bahasa  kelompok, yaitu bahasa yang hanya dimengerti oleh anggota kelompok sebaya.  
Penggunaan bahasa sandi dimaksudkan untuk menjaga privasi.
Anak menambah kosa kata dari berbagai sumber seperti pelajaran di sekolah, buku bacaan, media massa atau pembicaraan dengan teman dan orang dewasa lain. Kosa kata tersebut disebut kosa kata umum karena terdiri dari kata-kata yang digunakan secara umum.
Anak sekolah dasar juga mempelajari kosa kata khusus yang terdiri dari kata-kata dengan arti khusus dan penggunaan yang terbatas. Kosa kata khusus digunakan untuk berkomunikasi dengan sahabat. Kata khusus dapat berbentuk lambang atau pengganti huruf; lisan, terdiri dari kata-kata yang diganti; atau kinetik, terdiri dari isyarat penggunaan jari-jari untuk mengkomunikasikan kata-kata.
Perbedaan jenis kelamin terlihat jelas dalam penggunaan kosa kata khusus. Menurut Monks (1999) anak perempuan mempunyai kosa kata tentang warna lebih banyak dari laki-laki. Anak laki-laki lebih banyak menguasai kosa kata kasar dan makian karena kata-kata tersebut dianggap mencerminkan kejantanan.

5.      Perkembangan Sosial
Masa sekolah dasar adalah masa berkelompok dan mulai membentuk ikatan dengan teman sebaya baik di sekolah atau di rumah. Anak sekolah dasar kelas tinggi sangat tertarik untuk bergabung dengan anak-anak yang sama usia, jenis, dan status. Anak mudah menyesuaikan diri pada kelompok dan bangga akan teman-teman.
Berteman dengan teman sebaya sangat dibutuhkan oleh anak sekolah dasar kelas tinggi, banyak anak yang datang ke sekolah hanya untuk bermain-main dengan temannya. Anak memilih teman dekat yang memiliki kesamaan kebutuhan dan minat, sehingga dapat saling mengisi dan mengerti.
Cara berpakaian, berbicara, istilah-istilah dari suatu kelompok dengan mudah diambil alih oleh anak yang menjadi anggotanya. Berbeda dari teman-temannya merupakan pantangan, hal tersebut terkadang menimbulkan konflik antara anak dengan orangtua. Menurut Hurlock (1993: 158) banyak faktor yang menentukan pemilihan teman. Biasanya yang dipilih adalah teman yang dianggap memiliki kesamaan. Daya tarik fisik juga mempengaruhi pertimbangan anak berteman. Anak cenderung memilih teman yang memiliki daya tarik fisik seperti berpenampilan menarik, berwajah cantik atau tampan.
Anak sekolah dasar kelas tinggi menganggap penting sifat-sifat pribadi dalam pemilihan teman. Unsur-unsur seperti kegembiraan, keramahan, kerja sama, kebaikan dan kemurahan hati, kejujuran dan sportivitas menjadi penilaian utama dalam memilih teman bermain atau teman baik. Menjelang akhir masa sekolah dasar, anak lebih menyukai teman dari latar belakang sosial ekonomi, ras dan agama yang sama, khususnya sebagai teman baik.

6.      Perkembangan Moral
Perkembangan moral anak usia sekolah dasar menurut Kohlberg (Muhibbin Syah, 1996: 77) berada pada tahapan moralitas konvensional atau moralitas yang didasarkan dari aturan-aturan dan penyesuian konvensional. Konsep moral menurut pandangan anak pada usia ini adalah berperilaku sesuai dengan aturan dan patokan moral agar memperoleh persetujuan orang dewasa bukan untuk menghindari hukuman. Anak menilai perilaku baik dan buruk didasarkan atas  tujuan  melakukan  perilaku.  Menurut  Piaget  (Hurlock
1993: 163)  pada  masa  sekolah  dasar,  anak  mulai  menggantikan  moral  yang
kaku menjadi relativisme.
Ketika anak SD mulai memasuki kelas tinggi, kode moral siswa sangat dipengaruhi oleh standar moral dari kelompok tempat anak mengindentifikasi diri. Hal tersebut tidak berarti anak meninggalkan kode moral keluarga, tetapi jika anak harus memilih maka anak akan mengikuti standar kelompok sebagai upaya mempertahankan status dalam kelompok.

7.      Perkembangan Religi
Makmun (Yusuf, 2002: 182) mengemukakan ciri-ciri perkembangan penghayatan keagamaan sebagai berikut.
a.      Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai dengan pengertian.
b.      Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.
c.       Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral.
Periode usia sekolah dasar kelas tinggi merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterima. Hal ini berarti pendidikan agama di sekolah dasar mempunyai peranan yang sangat penting. Pendidikan agama (pengajaran, pembiasaan, dan penanaman nilai-nilai) di sekolah dasar harus menjadi perhatian semua pihak yang terlibat dalam pendidikan di sekolah dasar (Yusuf, 2002: 183).


B.   Tugas-tugas Perkembangan Karir Anak Sekolah Dasar
Anak sekolah dasar merupakan tahapan perkembangan menuju masa remaja awal sehingga tugas perkembangan seyogyanya mampu dilalui dengan baik. Nurihsan (2003: 71) mengemukakan tugas-tugas perkembangan yang hendak dicapai oleh anak sekolah dasar, sebagai berikut.
1.      Menanamkan dan mengembangkan kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2.      Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.
3.      Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari.
4.      Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya.
5.      Belajar menjadi pribadi yang mandiri.
6.      Mempelajari keterampilan fisik sederhana yang diperlukan baik untuk permainan maupun kehidupan.
7.      Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku.
8.      Membina hidup sehat untuk diri sendiri dan lingkungan.
9.      Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelaminnya.
10.  Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial.
11.  Mengembangkan pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan masa depan.
Havighurst (Hurlock, 1993: 10) menjelaskan tugas perkembangan akhir masa kanak-kanak sebagai berikut.
1.      Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum.
2.      Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh.
3.      Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya.
4.      Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
5.      Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung.
6.      Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
7.      Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata tingkatan nilai.
8.      Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga.
9.      Mencapai kebebasan pribadi.
Berikut disajikan deskripsi pencapaian siswa kelas tinggi dalam tiap aspek perkembangan berdasarkan penelitian Ahman (1998: 56).
1.      Menanamkan dan mengembangkan kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME. Hal yang ingin dicapai dari perkembangan adalah : a) menghindarkan diri dari hal yang dilarang agama; b) melaksanakan ibadah sesuai ajaran yang dianut; c) menghormati orang tua dan orang lain; d) bersabar dan bersyukur.
2.      Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku, meliputi : a) bersikap jujur dalam berperilaku; b) berperilaku sopan terhadap orang lain; c) memiliki rasa tanggung jawab; d) bersikap rendah hati; e) memiliki pemahaman akan perbuatan baik-buruk; dan f) memiliki kemampuan dalam menerima hukuman dan ganjaran.
3.      Mengembangkan keterampilan akademik sesuai dengan tuntutan kurikulum
4.      Mempelajari keterampilan fisik sederhana yang diperlukan untuk permainan dan kehidupan yang mencakup : a) mampu melakukan aktivitas fisik yang diperlukan dalam bermain; dan b) mampu melakukan aktivitas fisik yang sangat bernilai bagi kehidupan siswa.
5.      Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok sebaya, yaitu: a) menghargai teman sebaya; b) mampu bekerja sama dengan teman sebaya; c) memiliki kepedulian terhadap teman sebaya; d) mampu memenuhi aturan kelompok teman sebaya; e) mampu bersaing dengan teman sebaya secara sportif ; dan f) setia kawan.
6.      Belajar menjadi pribadi yang mandiri, meliputi : a) memiliki kemampuan untuk mengurus diri; b) mampu menyusun rencana kegiatan sehari-hari; dan c) mampu melaksanakan rencana kegiatan secara konsekuen.
7.      Membangun sikap hidup sehat mengenai diri sendiri dan lingkungan yang mencakup : a) memiliki kemampuan merawat diri; b) menerima keadaan fisiknya; c) memiliki kemampuan untuk memfungsikan keadaan fisik secara menyenangkan; d) memiliki sikap positif terhadap jenis kelaminnya; dan e) memelihara lingkungan.
8.      Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari, yaitu : a) memiliki pengertian tentang konsep bekerja; b) memiliki pengertian tentang konsep interaksi sosial; dan c) memiliki pengertian tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara.
9.      Belajar menjalankan peran sosial sesuai dengan jenis kelamin yang mencakup : a) mempelajari peran sosial sebagai pria dan wanita sesuai dengan norma masyarakat; b) menerima peran sosial sebagai pria atau wanita  sesuai dengan norma masyarakat; dan c) berperilaku sebagai pria atau wanita sesuai dengan norma masyarakat.
10.  Mengembangkan sikap positif terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial, yaitu : a) memiliki sikap toleran terhadap perbedaan SARA; b) menghargai pendapat orang lain; c) memiliki sikap positif terhadap aturan sekolah; d) kemampuan siswa dalam bertindak secara adil dan demokrasi.

C.   Indikator-Indikator Kematangan Karir Anak SD
Istilah kematangan karir untuk siswa sekolah dasar adalah kesadaran karir (career awareness) karena pada tahap ini anak masih berada pada tingkatan kesadaran sebagai bentuk kematangan karir pada tahapannya. Terdapat beberapa kompetensi karir bagi siswa sekolah dasar antara lain:
1.      pentingnya pengetahuan konsep diri yang positif tentang perkembangan karir.
2.      keterampilan berinteraksi dengan orang lain.
3.      kesadaran pentingnya perkembangan emosi dan fisik pembuatan keputusan karir.
4.      kesadaran pentingnya pencapaian prestasi untuk mendapatkan kesempatan karir.
5.      kesadaran hubungan antara pekerjaan dan belajar.
6.      keterampilan untuk memahami dan menggunakan informasi karir.
7.      kesadaran hubungan antar tanggung jawab personal, kebiasaan bekerja yang baik dan kesempatan karir.
8.      kesadaran bagaimana karir berhubungan dengan fungsi dan kebutuhan di masyarakat.
9.      memahami bagaimana cara mengambil keputusan dan memilih alternatif berdasarkan pendidikan dan tujuan karir.
10.  kesadaran hubungan antara peran dalam kehidupan dan karir.
11.  kesadaran tentang perbedaan pekerjaan dan perubahan peran laki-laki dan perempuank
12.  kesadaran terhadap proses perencanaan karir.

Referensi  :

Uman Suherman. (2013). Bimbingan dan Konseling Karir : Sepanjang Rentang Kehidupan. Bandung : Rizki Press.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penguatan Integrasi Pendidikan

PENGUATAN INTEGRASI PENDIDIKAN DALAM ERA DISUPSI Oleh :  Asep Rohiman Lesmana, M.Pd. Pendidikan merupakan suatu entitas yang s...