PERKEMBANGAN DAN
KEMATANGAN KARIR ORANG DEWASA
Oleh :
Iman Lesmana
A.
Karakteristik Perkembangan Dewasa
Secara kronologis, masa dewasa dapat
dibagi ke dalam tiga fase, yaitu : 1) dewasa muda (early adulthood, sekitar usia 18 – 40
tahun); 2) dewasa madya (middle adulthood, sekitar usia 40 – 60 tahun),
dan3) dewasa lanjut (old age, sekitar usia 60 tahun ke atas) (Hurlock,
1988).
Untuk memahami karakteristik orang
dewasa dapat disimak dari beberapa aspek perkembangan berikut.
1.
Perkembangan
Fisik Biologis
Secara biologis masa dewasa dapat
diartikan sebagai suatu periode dalam kehidupan individu yang ditandai
dengan pencapaian kematangan fisik dan kesiapan untuk bereproduksi
(berketurunan).
Masa dewasa muda merupakan puncak
pertumbuhan fisik yang prima, sehingga dipandang sebagai usia yang tersehat
dari populasi manusia secara keseluruhan (healthiest people in population).
2.
Perkembangan
Psikologis
Dari sisi psikologis, masa dewasa
dapat diartikan sebagai suatu periode dalam kehidupan individu yang ditandai
dengan kematangan dalam aspek intelektual dan sosio-emosional, seperti : a)
memiliki kemampuan berpikir yang logis dan realistis; b) dapat memecahkan
masalah atau mengambil keputusan; c) memiliki kestabilan emosi (emotional
stability) : tidak lekas marah, sedih, cemas, atau mudah tersinggung; d)
memiliki sense of reality –kesadaran realitas—yang cukup tinggi :
tidak mudah melamun apabila mengalami
kesulitan, dan tidak mudah frustrasi atau menyalahkan orang lain apabila
menghadapi kegagalan; dan e) bersikap optimis dalam menghadapi kehidupan.
3.
Aspek
Sosio-Religius
Terkait dengan aspek
ini, masa dewasa ditandai dengan ciri-ciri:
a) rasa bertanggung jawab – sense of responsibility—terhadap
semua perbuatannya, dan kepeduliannya memelihara kesejahteraan hidup dirinya
sendiri dan juga orang lain; b) berperilaku sesuai dengan tuntutan atau norma
agama; c) memiliki pekerjaan yang dapat menghidupi diri dan keluarganya; dan d)
berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
B.
Karakteristik Perkembangan Karir Dewasa
Dalam teori rentang hidup (life-span) dari Super,
perkembangan karir masa dewasa menggunakan dua konsep utama: peranan dan
tahapan dalam kehidupan. Bagi Super, beberapa peranan penting seorang individu
adalah belajar (studying), bekerja (working), pelayanan
masyarakat (community service), aktivitas di rumah dan keluarga (home
and family), dan aktivitas di waktu luang (leisure activities).
Penting (salience) peran-peran ini dapat dilihat pada partisipasi
seseorang dalam suatu aktivitas, komitmennya terhadap aktivitas atau seberapa
banyak aktivitas itu bernilai. Nilai-nilai juga begitu penting
di
dalam teori Super, dapat
dilihat dalam perkembangan beberapa inventori nilai-
nilai.
Di dalam teori Super, bentuk peranan berhubungan dengan
pandangan terhadap tahapan dasar perkembangan karir: eksplorasi (exploration),
penetapan (establishment), pemeliharaan (maintenance), dan
ketidakterikatan (disengagement). Tahap eksplorasi mencakup sub-tahap
kristalisasi, spesifikasi, dan implementasi. Tahap penetapan, mencakup
tugas-tugas stabilisasi, konsolidasi, dan kelanjutannya. Subtahap-subtahap dari
pemilikan, pembaharuan, dan inovasi termasuk tahap
pemeliharaan. Tahap ketidakterikatan mencakup perlambatan, perencanaan pensiun,
dan kehidupan pensiun. Aspek kunci dari teori Super adalah tahap-tahap ini sama
sekali tidak terkait dengan usia. Individu dapat mengulang atau mengalami
kembali siklus atau tahap-tahap ini di berbagai waktu dalam kehidupan.
Super (Sharf, 1992 :175) percaya bahwa setiap orang
berbeda dalam memaknai pentingnya bekerja di dalam kehidupannya. Pekerjaan dapat mempunyai arti
dan kepentingan yang berbeda untuk setiap
individu. Pada kenyataannya, menurut data normatif dari Salience
Inventory (Nevill dan Super dalam Sharf, 1992 : 175) menunjukkan bahwa
orang-orang pada usia yang berbeda, budaya yang berbeda, menilai pekerjaan
secara berbeda. Sebagai contoh, para siswa sekolah menengah di Amerika Serikat
cenderung untuk menghargai pekerjaan, rumah, dan kesenangan lebih rendah dari
peneitian; dan pelayanan masyarakat. Umumnya, ini juga benar untuk para siswa
perguruan tinggi. Bagaimanapun, orang dewasa di Amerika Serikat cenderung untuk
menghargai pekerjaan dan keluarga lebih dari studi, pelayanan masyarakat, atau
kesenangan. Tidak aneh, terdapat perbedaan-perbedaan individu di semua usia.
Nevill
dan Super (Sharf, 1992 : 175-176) dalam Salience Inventory mengukur tiga
aspek peran hidup: komitmen, partisipasi dan ekspektasi nilai-nilai. Aspek
penting lain dari kerja salience adalah mengukur peran pengetahuan.
Berikut akan diuraikan peran kehidupan
yang diukur oleh Salience Inventory (belajar, bekerja, pelayanan
masyarakat, rumah dan keluarga, serta aktivitas di waktu luang). Peran-peran
hidup tersebut diaplikasikan ke dalam beberapa aktivitas.
Pertama, belajar
(studying), meliputi sejumlah aktivitas yang mungkin berlangsung
sepanjang rentang kehidupan. Aktivitas selama sekolah meliputi pergi ke
sekolah, mengikuti kursus, dan belajar di rumah atau di perpustakaan. Sebagian
orang dalam kehidupan mereka mungkin melanjutkan pendidikannya pada masa-masa
selanjutnya.
Kedua, bekerja (working), dapat
dimulai sejak masa kanak-kanak ketika anak menolong orangtua mereka di rumah,
menjadi penjaja koran atau mengasuh anak (adiknya atau dari keluarga lain).
Banyak orang yang bekerja di satu atau beberapa tempat dalam hidup mereka.
Ketiga, pelayanan masyarakat (community
services), meliputi aktivitas sebagai sukarelawan di bidang sosial, politik
atau keagamaan. Mereka umumnya melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti kerja
bakti, membersihkan lingkungan, membantu menangani bencana alam, dan
sebagainya.
Keempat, aktivitas di rumah dan keluarga (home
and family), peran ini bervariasi tergantung usia individu. Anak-anak
mungkin diberi tugas membersihkan kamarnya atau membereskan mainannya. Remaja
umumnya memiliki tanggung jawab yang lebih besar dan kompleks dibandingkan
ketika mereka masih kanak-kanak. Selanjutnya sebagai orang dewasa
yang telah
berkeluarga, mereka
bertanggung jawab atas anak-anak mereka,
dan mungkin
juga merawat orangtua mereka
yang telah lanjut usia.
Kelima, aktivitas di waktu luang (leisure
activity) umumnya aktivitas ini sangat bermakna pada saat usia kanak-kanak
atau remaja, seperti aktivitas bermain, mengikuti kegiatan olah raga, menonton
televisi, membaca komik, atau novel. Pada orang dewasa, aktivitas ini menjadi
lebih bersifat intelektual seperti mengikuti seminar-seminar, bergabung dalam
kelompok untuk mendiskusikan buku-buku ilmiah, masalah sosial atau keagamaan.
Lebih lanjut, Sharf (1992 : 176-179) mengemukakan bahwa tidak
hanya pentingnya perubahan selama seumur hidup seseorang, tetapi juga sifat
alamiah dari perubahan keterlibatan itu. Keterlibatan ini dapat diukur melalui
partisipasi, komitmen, pengetahuan, dan harapan-harapan nilai-nilai. Aspek-aspek
tersebut kemudian dijabarkan ke dalam indikator-indikator salience dari
peran-peran hidup, yaitu sebagai berikut.
Pertama, partisipasi (partisipation). Partisipasi
dalam menjalankan suatu peran dapat berbeda-beda, termasuk menghabiskan waktu
terhadap sesuatu, meningkatkan kinerja, memenuhi sesuatu, atau aktif dalam aktivitas
organisasi. Konsep partisipasi terutama sekali bermanfaat karena mengukur
perilaku nyata dari individu, tidak hanya sesuatu yang diketahui tetapi hal
penting yang dikatakan.
Kedua, komitmen (commitment). Komitmen seringkali berhubungan dengan
rencana-rencana masa depan. Komitmen dapat berhubungan dengan keinginan untuk
terlibat aktif dalam suatu aktivitas. Komitmen juga berhubungan dengan hadiah:
perasaan bangga karena bekerja dengan baik atau secara pribadi terikat. Cara
yang sedikit lebih langsung adalah mengagumi orang-orang yang pandai terhadap
sesuatu.
Ketiga, pengetahuan (knowledge). Penemuan informasi tentang suatu peran dengan
pengalaman peran lain secara langsung atau dengan observasi yang menyempurnakan
pengetahuan, merupakan aspek kognitif yang mempunyai peran penting dalam
kehidupan. Pengetahuan anak-anak mungkin terbatas pada belajar dan penggunaan
waktu luang. Pengetahuan peran orangtua diperoleh dengan observasi, hanya
sedikit saja yang berasal dari pengalaman langsung. The Salience
Inventory tidak mengukur pengetahuan. Pengukuran pengetahuan tersedia hanya
untuk peran pekerja dalam Career Development Inventory, dan sub skala
Decision Making, World of Work Information, and Knowledge of the Preferred
Occupational Group. Bagaimanapun, ketika berbicara dengan konseli tentang belajar,
penggunaan waktu luang, atau pelayanan masyarakat, konselor dapat menilai
pengetahuan konseli menjadi sangat membantu.
Keempat, harapan-harapan nilai (value expectations). Secara teoretis
sama dengan konsep komitmen, harapan-harapan nilai-nilai berhubungan dengan
peluang berbagai peran untuk menemukan bermacam-macam kebutuhan nilai. Ada
banyak nilai-nilai yang berhubungan dengan persoalan karir. Nilai-nilai diukur
oleh dua instrumen Super: Values Scale dan Salience Inventory. The
Values Scale terdiri dari 21 nilai yang berbeda; 14 nilai digunakan dalam
skala Value Expectation dari Salience Inventory; 14 value expectation ini
digambarkan dan ditemukan di dalam lima peran hidup.
Kelima, pemanfaatan kemampuan (ability utilization).
Kemampuan yang digunakan adalah berbagai pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki seseorang. Hal ini dapat berarti melakukan pekerjaan atau belajar
untuk mengembangkan kemampuannya. Itu juga menunjukkan penerapan keahlian
seseorang dalam pelayanan masyarakat atau menjadi orangtua yang baik.
Keenam,
prestasi (achievement). Prestasi menunjukkan perasaan bahwa seseorang telah
menghasilkan sesuatu yang baik. Individu dengan
nilai ini menetapkan standar tinggi untuk pekerjaan atau studi mereka.
Jika peran itu menyenangkan, prestasi dapat berarti suatu perasaan memenuhi
sesuatu yang penting di dalam olahraga atau musik.
Ketujuh,
estetika (aesthetics). Nilai ini berhubungan dengan keindahan di dalam
peran yang dipilih seseorang. Estetika sering dihubungkan dengan nilai-nilai
artistik, yang puas dengan menciptakan lukisan, komposisi musik, atau puisi.
Kedelapan,
altruism (altruism). Mengacu pada membantu orang lain yang mengalami permasalahan,
kebutuhan akan altruism dengan jelas ditemukan di dalam beberapa peran.
Seseorang dapat membantu orang lain dari permasalahan pribadi di dalam keluarga
dan karir (pekerja sosial). Juga, ada banyak organisasi masyarakat, seperti
Palang Merah, yang diabdikan untuk membantu yang lain. Pelatihan adalah suatu
cara membantu orang lain dalam memanfaatkan waktu luang.
Kesembilan,
otonomi (autonomy). Beberapa individu menghargai peluang kebebasan dan
bekerja untuk diri mereka sendiri. Mereka dapat membuat keputusan mereka
sendiri tentang studi, olahraga, dan cara berumah tangga dalam kehidupan
keluarga yang dibinanya.
Kesepuluh,
kreativitas (creativity). Untuk dapat menemukan atau merancang berbagai
hal baru dapat menjadi penting di dalam bermacam-macam situasi. Mampu untuk
mencoba gagasan-gagasan baru di dalam suatu hobi atau organisasi masyarakat
dapat menjadi penting bagi sebagian orang seperti membuat produk baru di tempat
kerja.
Kesebelas, hadiah ekonomis (economic rewards).
Untuk memiliki standar hidup yang tinggi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
material memerlukan pendapatan yang berasal dari peran bekerja secara aktif.
Meskipun studi pada akhirnya menjurus kepada pendapatan tinggi, dan keluarga
yang kaya bertindak sebagai sumber untuk beberapa orang untuk mendapatkan
pendapatan yang tinggi, peran utama untuk memperoleh hadiah ekonomis adalah
sebagai seorang pekerja.
Keduabelas, gaya hidup (lifestyle). Untuk
merencanakan aktivitas diri sendiri, hidup sesuai keinginan, dapat menjadi
suatu penolakan untuk sebagian orang. Belajar adalah aktivitas tunggal,
mempelajari sesuai yang diingikan kadang-kadang dapat dilaksanakan dengan lebih
mudah. Beberapa aktivitas menyenangkan dapat dipilih tanpa harus menghormati
kebutuhan-kebutuhan orang lain. Bagaimanapun, kerja adalah peran yang paling
sering dilakukan dengan orang lain, dan tentunya pelayanan masyarakat dan
kehidupan keluarga membuatnya sulit untuk hidup sesuai keinginan, kecuali
individu dapat menemukan orang-orang yang merasa memiliki cara yang sama dalam
melakukan sesuatu.
Ketigabelas, aktivitas fisik (physical
activity). Meskipun secara fisik aktif di dalam studi itu sungguh menyulitkan,
peran-peran yang lain memberikan peluang untuk aktivitas fisik. Seseorang dapat
melakukan pelayanan masyarakat dengan membantu memperbaiki tempat-tempat ibadah
atau tempat-tempat pelayanan masyarakat.
Keempatbelas, prestise (prestige). Beberapa peran
menyediakan peluang bagi individu untuk mendapatkan pengakuan dari yang lain.
Meskipun prestise biasanya dihubungkan dengan peran bekerja, para guru
mengenali siswa-siswa yang baik, dan masyarakat-masyarakat lokal mengenali
kontribusi warga negara. Seorang istri, suami, atau anak-anak dapat mengakui
kontribusi orangtua atau pasangannya.
Kelimabelas, resiko (risk). Sebagian orang menyukai
tantangan dan hal-hal yang menyenangkan. Kesenangan dapat menyediakan peluang
itu. Aktivitas-aktivitas seperti climbing, wind surfing, dan parachute
jumping menyediakan kesempatan itu. Di dalam bekerja, logging,
konstruksi baja bertingkat, dan mengemudikan mobil balapan dapat menyediakan outlet
lain. Resiko yang diambil di dalam pelayanan masyarakat, studi, atau aktivitas
di rumah dan keluarga dapat menjadi lebih bersifat psikologis dan kurang bersifat
fisik. Di dalam studi, mengambil resiko dapat berupa mengikuti kursus yang
sangat menantang, menunda-nunda sampai malam sebelum ujian, atau menunggu
sampai menit terakhir untuk menulis suatu makalah. Aktivitas di rumah dan
keluarga, pengambilan resiko dapat berarti memberikan kejutan kepada seseorang
dengan hadiah atau hal-hal yang negatif.
Keenambelas, interaksi sosial (social interaction).
Dengan orang lain dan bekerja di suatu kelompok dapat tercapai di dalam semua
peran. Sebagian orang lebih suka belajar di dalam kelompok, dan sebagian senang bekerja sebagai bagian dari regu pada
suatu proyek. Tentunya, pelayanan masyarakat menyediakan peluang itu. Bekerja
dengan anak-anak dan pasangannya untuk
liburan yang menyenangkan atau mengecat ruang kamar dapat menjadi lebih menyenangkan
bagi sebagian orang. Aktivitas yang menyenangkan memberikan peluang untuk
beberapa jenis interaksi sosial—sebagai contoh pesta, olahraga, dan berkunjung
ke teman-teman.
Ketujuhbelas, variasi (variety). Mampu mengubah
aktivitas pekerjaan sangat menyenangkan bagi sebagian orang. Variasi di dalam
peran-peran yang lain bisa berarti mengubah subjek yang dipelajari, atau bergerak
dari jenis tugas yang satu ke tugas yang lainnya. Keterlibatan di dalam
berbagai aktivitas olahraga atau organisasi masyarakat dapat juga memenuhi
kebutuhan-kebutuhan ini. Di rumah, seseorang dapat menghabiskan waktu dengan
anak-anak, sanak keluarga, memasak, membersihkan rumah, dan bersosialisasi
dengan warga sekitar.
Kedelapanbelas, kondisi kerja (work
conditions). Pencahayaan yang cukup untuk belajar; rumah yang menyenangkan,
atau peralatan yang benar untuk aktivitas olahraga dapat menjadi penting bagi
sebagian orang. Kondisi kerja, termasuk pencahayaan, temperatur yang
menyenangkan, dan peralatan yang baik, dapat menjadi penting dalam bekerja dengan organisasi masyarakat atau di tempat kerja
sendiri.
Ketika
konseling menggunakan teori Super, konselor kadang-kadang dapat menyediakan Salience
Inventory bagi konseli. Mampu menilai peran-peran yang penting bagi konseli
dan harapan-harapan nilai (value expectations) yang dijumpai oleh
peran-peran itu sangat membantu. Untuk melakukan hal ini, konselor dapat
menggunakan Value Scale.
Senada dengan uraian tersebut,
Schein (Manrihu, 1992) menyebutkan siklus kehidupan karir menjadi empat tahap: entry,
socialization, midcareer, dan late career. Orang dewasa berada pada siklus midcareer dan
latecareer.
Tugas-tugas tahap midcareer ditandai dengan ditemukannya
karir anchors (”career anchor”) adalah suatu konsep diri
okupasional sebagai hasil dari persepsi diri dalam hal bakat-bakat dan
kemampuan-kemampuan, persepsi diri dalam hal motif-motif, dan
kebutuhan-kebutuhan, dan persepsi diri dalam hal sikap-sikap dan nilai-nilai
untuk memandu, mendesak, menstabilkan, dan menintegrasikan karir orang itu).
Lima career anchors telah diidentifikasi; yang lainnya dihipotesiskan.
Sementara itu, kompetensi yang
diharapkan adalah: 1) kompetensi teknis/fungsional; 2) kompetensi manajerial;
3) keamanan dan stabilitas; 4)
otonomi; 5) kreativitas; 6) identitas dasar; 7) layanan terhadap orang-orang
lain; 8) kekuasaan, pengaruh, dan kontrol; 9) keragaman; dan 10) spesialisasi
dan generalisasi.
Selanjutnya, tugas-tugas tahap
late-career adalah : 1) menjadi mentor; 2) pencapaian keseimbangan yang tepat
dari keterlibatan dalam pekerjaan, keluarga dan perkembangan diri; dan 3)
mengundurkan diri dan pensiun.
C.
Indikator Kematangan dan Masalah Masalah Karir
Dewasa
Kematangan karir pada masa dewasa
ditandai dengan: 1) stabilisasi dalam pekerjaan; 2) kemajuan dalam pekerjaan;
3) inovasi dalam pekerjaan; dan 4) perbaikan dalam pekerjaan (Super dalam
Sharf, 1992).
Masalah karir yang dianggap sangat
memberatkan bagi orang dewasa makanala masa pensiun tiba. Menurut Super (Sharf,
1992), munculnya post power syndrom dan disengagement
merupakan ketakutan orang dewasa saat datangnya masa pensiun,
Disengagement,
di dalam tahap pemeliharaan, jika individu tidak memperbaharui pengetahuan
mereka dan membuat beberapa usaha inovasi, mereka dalam bahaya kehilangan
pekerjaan. Individu mungkin mulai melepaskan diri dari pekerjaannya.
Kadang-kadang kebutuhan untuk melepaskan diri datang dari keterbatasan fisik.
Orang-orang di usia 50 tahunan dan 60
tahunan yang terlibat di dalam beberapa jenis pekerjaan fisik seperti
konstruksi, membuat lukisan, pembuatan baja — dapat menemukan bahwa mereka tidak lagi mampu
bekerja selama atau secepat ketika mereka
ada. Super (Sharf, 1992) mula-mula menunjuk tahap ini sebagai
"kemunduran" (decline), tetapi mengubah labelnya karena
konotasi negatifnya untuk banyak orang. Meskipun orang bisa mengalami
kemunduran kemampuan fisik dan memori, tetapi juga berhubungan dengan kearifan
(wisdom). Orang-orang dapat terus menggunakan kapasitas mental untuk
melepaskan diri dari berbagai aktivitas. Subtahap disangegement—decelerating,
retirement planning, dan retirement living—dapat dilihat sebagai
tugas-tugas orang dewasa akhir, tetapi tidak selalu harus dipertimbangkan.
Decelerating,
yaitu perlambatan tanggung jawab kerja seseorang. Untuk sebagian orang ini
bisa berarti menemukan cara yang lebih mudah melakukan pekerjaan atau
menghabiskan lebih sedikit waktu dalam melakukan pekerjaan. Yang lain dapat
menemukan bahwa sulit untuk konsentrasi pada berbagai hal, tidak seperti ketika
masih muda. Gambaran dari permasalahan yang sulit pada pekerjaan dan keinginan
untuk menghindari tekanan batas waktu adalah tanda-tanda dari decelerating.
Retirement
Planning. Meskipun banyak individu akan memulai perencanaan pensiun (retirement
planning) sejak dini, kebanyakan individu harus berhubungan langsung dengan
persoalan ini. Tugas ini termasuk aktivitas-aktivitas seperti perencanaan
finansial dan kegiatan-kegiatan perencanaan pensiun. Beberapa individu dapat
memilih pekerjaan sambilan baru atau sebagai sukarelawan. Dalam beberapa hal,
ketika mereka melakukan ini, individu kembali kepada tahap kristalisasi dan
menilai kembali minat, kapasitas (fisik dan mental), dan nilai-nilai.
Retirement Living. Tahap ini umumnya untuk orang-orang usia akhir 60-an,
yang seringkali mengalami perubahan dalam peran kehidupan. Penggunaan waktu
luang, aktivitas di rumah dan keluarga, dan pelayanan masyarakat menjadi lebih
penting., sedangkan pekerjaan akan menjadi kurang penting. Aspek penting retirement
living adalah tempat dimana seseorang tinggal dan penggunan waktu luang.
Uman Suherman. (2013). Bimbingan dan Konseling Karir : Sepanjang Rentang Kehidupan. Bandung
: Rizki Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar