Restorative
Justice in Schools : an Examination of Peace Circles Within Monroe High School
Oleh :
Iman Lesmana
kajian literatur ini menunjukkan bahwa program keadilan
restoratif memberikan hasil yang lebih baik ketika memeriksa tingkat residivisme
dan tingkat kepuasan. Mitra di restoratif inisiatif pada perkumpulan perdamaian
dilaksanakan bersama masyarakat yang menyangkut masalah program keadilan
restoratif (dalam James Monroe High School di Rochester, NY). Praktik
perkumpualan perdamaian di SMA Monroe dieksplorasi dan dibandingkan dengan
teori saat ini yaitu kegunaan dari berbagai kalangan nasional dan internasional
terhadap kalangan perdamaian. Makalah ini membahas pendekatan keadilan restoratif
dengan menggunakan perkumpulan perdamaian (dalam James Monroe High School di Rochester,
NY) dan bagaimana memengaruhi persepsi keselamatan, rasa hormat, kekerasan, dan
komunikasi antara guru dan siswa. Melalui analisis survai, pengamatan pribadi,
dan wawancara, makalah ini diperiksa jika penggunaan perkumpulan perdamaian
ditingkatkan di lingkungan sekolah, meningkatkan hubungan antara siswa dan
guru, dan merupakan pendekatan yang efektif untuk membahas masalah kenakalan
tanpa bergantung ketat pada hukuman.
A. Apa Itu Perkumpulan Perdamaian ?
Perkumpulan perdamaian dapat digunakan untuk membahas pelanggaran
secara lebih spesifik dan para pelakunya, namun biasanya ini disimpan
untuk konferensi masyarakat/komunitas.
Prosedur yang digunakan dalam perkumpulan perdamaian dirancang untuk menjadikan
para siswa lebih akrab dengan gurunya. Oleh karena itu, program ini menjadi
sangat efektif dari waktu ke waktu dan akhirnya dapat menangani masalah yang serius dalam sebuah kelompok.
Berdasarkan desain PiRI, yang diadopsi dari Circle Keepers Manual (CKM), terdapat empat tahap untuk perkumpulan perdamaian (CKM,
2004). Pertama, tahap penegasan yang
dapat digunakan untuk membantu mendefinisikan tujuan dari perkumpulan. Perkumpulan
akan dibuat berdasarkan kelompok dan yang bertujuan untuk melayani, mempromosikan
lingkungan yang menyenangkan, membangun kepercayaan, dan memberikan sebuah
solusi (CKM, 2004).
Kedua, persiapan perkumpulan perdamaian dibangun
dari tahap penegasan yang di dalamnya menjelaskan bagaimana fokus perkumpulan
itu akan tercapai. Pada tahap ini semua bahan yang diperlukan dikumpulkan dan dijadikan
pedoman. Perkumpulanyang sebenarnya terdiri dari bagian-bagian yang berbeda
termasuk tahap pengenalan, membangun kepercayaan, membahas suatu masalah, dan
menyimpulkan dengan memberikan sebuah solusi (CKM, 2004). Ketiga, tahap pengenalan yang dipimpin oleh fasilitator dan
co-fasilitator dalam perkumpulan permainan atau kegiatan yang membantu kelompok.
Kegiatan ini terdiri dari membaca puisi atau mendengarkan lagu. Setelah tahap pembukaan,
perkumpulan dipimpin oleh salah satu fasilitator dengan membangun kepercayaan.
Latihan-latihan ini sering dimaksudkan sebagai kegiatan ice breaking
yang membantu siswa merasa nyaman dan menikmati prosesnya. Selanjutnya setelah
beberapa putaran kegiatan tersebut berlangsung, fokus utama dari perkumpulan
didiskusikan. Adapaun penutupan perkumpulan itu dapat dilakukan dengan cara
membacakan puisi atau kegiatan yang menyenangkan agar para siswa lebih memahami ari apa yang mereka lakukan
dalam perkumpulan tersebut.
Tahap terakhir dalam perkumpulan perdamaian adalah tindak
lanjut (CKM, 2004). Thap tindak lanjut biasanya digunakan dalam diskusi yang
lebih serius di mana siswa berbicara tentang masalah yang biasanya berhubungan
dengan topik kekerasan fisik atau mental,
atau kesulitan lain dalam kehidupan siswa. Perkumpulan perdamaian lebih
terfokus pada kelompok daripada individu.
Tipe lain dari pendekatan keadilan restoratif yang mirip
dengan perkumpulan perdamaian adalah konferensi
masyarakat/komunitas. Konferensi masyarakat berkisar pada pelanggaran
tertentu, di mana ada korban yang jelas. Perkumpulan perdamaian menyatukan
individu untuk membahas tindakan pada
umumnya, di mana tidak ada satu orang yang harus disalahkan. Perkumpulan perdamaian
sering digunakan untuk mendiskusikan tentang berbagai topik seperti masalah
perkelahian atau keselamatan, sementara konferensi masyarakat digunakan untuk
memfasilitasi dan men diskusikan tindakan tersebut.
Sejak awal tahun ajaran 2008 James Monroe High School di Rochester, New York telah menggunakan praktik
restoratif di kelasnya. Guru di Monroe High School dituntut untuk dilatih dalam
proses konseling dan teknik kepemimpinan sagar dapat memfasilitasi perkumpulan
di kelas. Praktik restoratif ini digunakan bersama-sama di Monroe High School.
Pada tahun 2008, PiRI membantu menerapkan dan melatih staf anggota di SMA
Monroe dalam penggunaan perkumpulan perdamaian dan konferensi masyarakat.
Konferensi masyarakat dilakukan dalam satu jenis perkumpulan perdamaian. Pendekatan
ini menyatukan korban, pelaku, dan pendukung mereka. Dukungan untuk siswa
biasanya mencakup orang tua atau wali. Perjanjian restitusi adalah bentuk yang
berisi daftar pelaku yang harus dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang
disebabkan dari tindakan mereka. Pendekatan
keadilan restoratif digunakan untuk melengkapi perkumpulan perdamaian di
sekolah. Praktik-praktik yang digunakan oleh PiRI dan SMA Monroe telah
dikembangkan dan digunakan oleh masyarakat karena transformasi yang terlihat
dalam sistem peradilan pidana.
B.
Kajian Literatur
Model keadilan restoratif adalah sistem pengadilan yang
mencakup seperti pengadilan narkoba, pengadilan kekerasan dalam rumah tangga,
dan pengadilan masyarakat (Goldkamp, 1994;
Welsh & Harris 2008). Perkembangan keadilan restoratif dalam masyarakat
dikatakan relatif baru. Gagasan baru-baru ini adalah mengenai keadilan
masyarakat yang diwujudkan pada reformasi penjara. Dengan program tersebut,
baik yang tersedia di dalam dan di luar penjara, harapannya dapat mengurangi
populasi dan tingkat residivisme dengan menyediakan bantuan yang mereka
butuhkan.
Contoh
program yang
sudah mencapai target ini termasuk ke dalam kelompok yang disebut sebagai Community
Connecticut Addiction Recovery (CCAR) yang telah mengambil pada tugas sendiri pada tahanan konseling sebelum
dan setelah penahanan mereka untuk program di Hawaii yang menggunakan perkumpulan
restoratif untuk memudahkan narapidana dalam terjun dan berkecimpung kembali di
masyarakat. Tujuan CCAR adalah untuk memberikan kesempatan pada tahanan/narapidana
untuk mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan dan membantu narapidana lain
melalui perkumpulan dukungan (Askew,
2008).
Tujuan
program
ini adalah untuk membantu narapidana dibebaskan
kembali ke masyarakat melalui penggunaan perkumpulan restoratif (Walker,
Sakai, & Brady, 2006). Pendekatan perkumpulan restoratif membawa pelaku,
keluarga dan staf penjara membuat rencana tertulis tentang proses yang
melanggar di penjara. Setelah daftar ini disusun, bagian selanjutnya dalam
proses ini adalah untuk mengevaluasi apa yang perlu dilakukan untuk
memperbaiki bahaya yang disebabkan oleh pelaku
(tahanan). Proses ini diharapkan dapat membangun hubungan ke arah perbaikan
dengan menggunakan solusi yang berfokus pada pendekatan dengan mengembangkan
restitusi dan dukungan terencana pada narapidana (Walker, Sakai, & Brady, 2006).
Program ini dilakukan di Hawaii dengan memeriksa 17 orang
peserta dalam perkumpulan (Walker, Sakai, & Brady, 2006). Hasil survai
membuktikan bahwa 93% menjadi sangat positif, sementara hanya ada orang yang
menyatakan bahwa itu adalah negatif (Walker, Sakai, & Brady, 2006).
Praktik restoratif telah berevolusi selama bertahun-tahun untuk
diterapkan di daerah lain dari penjara dan pengadilan. Program ini dibuat untuk
menyatukan berbagai anggota masyarakat
untuk membantu korban dan pelaku. Salah satu tujuan utama adalah untuk menyatukan individu dari berbagai latar
belakang. Ini berarti bahwa individu dari masyarakat yang kurang dalam hal
finansial akan berinteraksi dengan orang-orang yang datang dari keluarga lebih
kaya, sehingga menciptakan hubungan yang lebih harmonis di masyarakat (Wachtel, 2009).
Praktik restoratif telah muncul di seluruh
dunia dalam berbagai bidang dalam masyarakat. Program yang didedikasikan untuk
menciptakan pemahaman daripada menyalahkan sudah banyak digunakan di
sekolah-sekolah dan menunjukkan suatu keberhasilan. Sebuah program yang menekankan upaya dan
tujuan dari penelitian sebelumnya yakni Monroe High School di Rochester, NY. Monroe High School telah
menerapkan program melalui kemitraan dalam inisiatif restorative untuk membantu siswa berbicara mengenai
masalah melalui suatu
perkumpulan. Praktik restoratif diharapkan dapat mencapai keberhasilan yang cukup signifikan seperti di Monroe High School. Literatur
tentang perkumpulan perdamaian memberikan wawasan efektivitas praktik,
bagaimana harus dilaksanakan supaya sukses dan berhasil, dan informasi apa yang
dapat digunakan untuk mengimplementasi masa depan dalam praktik ini. Jika perkumpulan
perdamaian dapat dilaksanakan dengan baik, maka hasil positif dapat dilihat di
hampir setiap daerah. Hal ini penting untuk
diperhatikan karena literatur sebelumnya di sekolah-sekolah yang sesuai dengan
profil yang sama seperti Monroe High School telah menunjukkan keberhasilan dan
karena itu lebih mudah untuk menentukan apakah Monroe High School menunjukkan
hasil yang sama atau tidak melalui studi saat ini.
Dalam memeriksa literatur mengenai hal
ini jelas bahwa ada masalah dalam menerapkan perkumpulan perdamaian. Salah satu isu
yang berkembang adalah masalah pendanaan.
Dari studi yang dilakukan oleh Stinchcomb dkk. 2006, dinyatakan bahwa program sekolah berhasil karena
fondasi yang kuat dibangun oleh staf anggota yang berdedikasi membantu kalangan
perdamaian (Stinchcomb et al, 2006). Salah satu
aspek yang paling penting dari literatur sebelumnya yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah deskripsi dari
latihan.
C.
Dasar Teoretis
Penggunaan teori dalam penelitian ini sangat
penting dalam membimbing metodologi, dan juga dalam mencapai hasil yang di
interpretasi.
Teori tersebut memberikan
dasar atau titik awal yang harus ada dalam setiap penelitian ilmiah. Ada banyak teori yang dapat memberikan wawasan penelitian.
Konsep dari teori yang luas tersebut dapat digunakan
untuk membantu meningkatkan studi, tetapi terkadang sangat sulit untuk setiap
bagian dari teori itu cocok dan sempurna ke area penelitian. Studi tentang perkumpulan perdamaian dalam Monroe High School
ada pengecualian. Topik ini dapat diterapkan pada banyak teori yang berbeda, tetapi hanya
sedikit yang ideal. Berikut adalah rincian
mendalam tentang teori apa yang sedang diterapkan untuk memelajari perkumpulan perdamaian
di Monroe High School dan bagaimana ini telah membantu membentuk metode dan
harapan.
Ide di balik teori pelabelan adalah bahwa penyimpangan merupakan ciptaan
masyarakat, sehingga kelompok-kelompok yang memegang kekuasaan yang paling
dapat label dari tindakannya sebagai hal yang menyimpang (Becker, 1963). Teori
ini mendalilkan bahwa label tersebut dapat mengubah identitas seseorang dan
dengan demikian membuat mereka lebih mungkin untuk melakukan tindakan
menyimpang.
Tindakan ini tidak perlu harus dipidana atau bersifat salah,
namun jika mereka dianggap tidak mematuhi norma-norma
sosial oleh mayoritas masyarakat maka individu dapat diberi label “menyimpang”.
Teori kedua yang akan membantu panduan
penelitian tentang penggunaan perkumpulan perdamaian dalam penelitian ini
adalah teori regangan yang menjadi
teori utama dalam penelitian ini. Salah satu pencipta teori regangan adalah
Robert Merton.
Dia percaya bahwa penyimpangan atau kriminalitas disebabkan
oleh peluang seseorang yang diblokir (Agnew, 2001, 2006). Robert Merton menjelaskan bahwa orang-orang beradaptasi
dengan penyumbatan tersebut melalui empat metode, "kesesuaian, ritualisme,
retreatisme, dan pemberontakan" (Agnew, 2006, hal. 76). Alasan utama mengapa teori regangan dipilih bersama dengan
teori pelabelan untuk penelitian karena label dapat menyebabkan ketegangan.
Ini berarti bahwa seseorang yang diberi label oleh
seorang individu atau masyarakat akan merasakan tekanan dari itu. Tekanan ini akan menyebabkan seseorang menjadi tegang dan
mungkin akan berperilaku menyimpang. Kontrol diri yang rendah adalah penyebab
kemungkinan ketiga kejahatan dalam teori ini. Salah
satu alasan untuk ini dipandang sebagai seorang individu yang memiliki ikatan
yang terbatas dengan lembaga-lembaga seperti sekolah atau pekerjaan mereka
(Agnew, 2006).).
Kehadiran kontrol sosial yang rendah
adalah alasan utama untuk keberadaan perkumpulan perdamaian di Monroe High
School.
Sekolah ini juga menangani banyak siswa yang memiliki berbagai
masalah yang berurusan dengan lingkungan luar setiap hari, termasuk hubungan
orangtua yang negatif. Salah satu tujuan sekolah
adalah untuk mengatasi masing-masing masalah tersebut melalui perkumpulan perdamaian
yang membuat sekolah menjadi tempat yang lebih aman melalui peningkatan ikatan dengan
siswa dan guru. Untuk mengatasi ini, perkumpulan
perdamaian bertujuan untuk mendiskusikan dengan siswa tentang masalah ini dan
bagaimana mereka dapat memecahkan masalah ini sebagai sebuah kelompok.
D.
Aplikasi Teoretis
Kedua teori pelabelan dan
teori regangan dapat diterapkan pada Monroe High School dengan perkumpulan perdamaian. Teori
pelabelan mengusulkan bahwa penyimpangan diciptakan melalui orang lain atau
label kelompok (Becker, 1963). Ini akan membuat
stigma pada orang tersebut dan mungkin dapat menyebabkan individu yang percaya
bahwa mereka secara permanen akan selalu berada dalam label tersebut. Untuk alasan ini, seseorang akan berusaha untuk menghindari
stigma seperti melalui cara-cara menyimpang atau dengan melakukan tindakan
menyimpang karena mereka merasa tidak ada cara untuk menghindarinya. Sebuah metode untuk menjaga label tersebut dari yang
ditempatkan adalah untuk meningkatkan pemahaman dalam komunitas atau dalam hal
ini sekolah. Dengan membuat orang lebih toleran
dan memahami perbedaan, stigma tersebut tidak dapat digunakan. Menguji teori pelabelan akan sulit untuk secara khusus
mengetahui apakah label yang menyebabkan kenakalan di sekolah. Namun, dalam arti luas teori dapat diuji berdasarkan pada
apakah metode biasanya digunakan untuk menghindari stigma dari label menurunkan
kenakalan di sekolah.
E.
Pedoman Penelitian
Penelitian
ini dilakukan melalui cara-cara kualitatif, pertanyaan, dan hipotesis. Dalam
mendefinisikan hipotesis kita harus berpijak pada teori.
Di bawah teori pelabelan yakni mengurangi kemungkinan
stigma yang ditempatkan akan dilihat melalui penurunan penyimpangan persisten.
Perkumpulan perdamaian harus membantu mengurangi
kemungkinan stigma yang ditempatkan pada siswa, sehingga jika tidak ditempatkan
bahwa siswa tidak perlu menghindari ketegangan melalui penyimpangan lebih
lanjut.
F.
Desain Penelitian
Evaluasi program keadilan restoratif menjadi bermasalah karena variabel-variabel
yang dapat memengaruhi hasil. Memiliki beberapa program yang bekerja bersama-sama,
seperti
konferensi masyarakat/komunitas dan perkumpulan perdamian, membuatnya
sulit untuk membedakan apakah hasil yang berkaitan dengan metode tertentu atau
hasil yang menggunakan kombinasi dari keduanya. Dalam Monroe High School di
Rochester, NY, siswa bergantung pada perkumpulan perdamaian dan konferensi masyarakat.
Studi yang sedang dilakukan berpusat pada 10 angket wawancara terbuka dengan guru dan administrator di SMA Monroe dan
anggota dari mitra
inisiatif di pengadilan restoratif bulan November 2010-Januari 2011. Setiap individu akan diberikan 14 pertanyaan yang
akan memungkinkan mereka berpikir secara mendalam terhadap respon mereka. Pertanyaan tersebut meliputi ikhtisar program, pendapat pribadi terhadap nilai positif dan
negatif dari perdamaian perkumpulan di SMA Monroe, dan akhirnya program apa yang harus ada di masa depan. Setelah
dikumpulkan, jawaban ini akan melengkapi data pengamatan yang diperoleh dari program peer ambassador pelatihan dan
kalangan perdamaian berikutnya dalam proses pelatihan. Program pelatihan peer ambassador bertujuan untuk membantu
siswa di SMA
Monroe bersama
fasilitator dalam perkumpulan
perdamaian
dengan guru mereka.
Setelah proses selesai, siswa yang mengikuti program ini dapat membantu memimpin kelas perkumpulan perdamaian dan juga
bertindak sebagai wakil perhatian siswa di luar kelas. Terakhir sumber data
akan diambil dari survai restoratif Monroe dari 2009 yang diberikan kepada 358 siswa, mulai di setiap jenjang kelas dan bertanya tentang tingkat kehormatan, keselamatan dan perdamaian. Survai
ini adalah evaluasi pertama perkumpulan perdamaian dan lingkungan sekolah di SMA Monroe. Pertanyaan
yang dirancang untuk memberikan wawasan siswa dan persepsi guru. Survai ini merupakan langkah awal dalam mengevaluasi dan mempengaruhi perdamaian perkumpulan di SMA Monroe.
G. Studi Saat Ini
Penelitian
ini bergantung pada analisis survai, pengamatan pribadi, dan wawancara dengan
orang-orang yang telah terlibat dengan program perkumpulan perdamaian di Monroe High
School. Survai restoratif di SMA Monroe
tahun 2009
dibahas secara mendalam dan kemudian hasilnya
dianalisis. Bagian pengamatan
pribadi dari
studi ini mengkaji program
duta
besar rekan kerja
yang mengajarkan siswa bagaimana untuk memfasilitasi perkumpula nperdamaian yang dibahas
dalam bagian selanjutnya dari studi ini. Terakhir, wawancara yang telah
mengalami penurunan dari 10 ke 4.
Empat orang diwawancarai ke dalam salah satu dari tiga kategori, PiRI anggota,
guru dan administrator di Monroe High School. Jumlah orang-orang yang
diwawancarai masing-masing
akan tetap dijaga kerahasiaannya
dan semua hasil akan dilaporkan dalam mode anonim
H.
Analisis Survey
Survai Restoratif
Monroe (MRS) diberikan kepada mahasiswa pada tahun 2009
untuk menilai pendapat mereka tentang lingkungan sekolah (MRS, 2009). Survai
terdiri dari 16 pertanyaan
tertutup dan 2
pertanyaan
terbuka yang diciptakan dan didistribusikan oleh administrasi di SMA Monroe. Didistribusikan kepada 358 siswa, hasil tercatat berdasarkan
jenis kelamin siswa dan tingkat kelas (MRS, 2009). Semua siswa 358 mengambil survai. Namun, mereka tidak menjawab setiap
pertanyaan. Tanggapan berkisar dari tingkat tanggapan 95%-99%. Semua nilai di SMA Monroe
dimasukkan, mulai dari kelas VII sampai kelas XII.
I.
Analisis Penelitian
Monroe Restorative Survey (MRS) diberikan
kepada siswa pada tahun 2009
untuk mengevaluasi pendapat mereka
tentang lingkungan sekolah (MRS,
2009). Survai ini
terdiri dari 16 pertanyaan
tertutup dan dua pertanyaan terbuka
yang diciptakan dan didistribusikan
oleh administrator di MHS. Sebuah pertanyaan pada
survai "Apakah mahasiswa di Monroe menghormati satu
sama lain" (MRS, 2009).
Pertanyaan ini dijawab oleh masing-masing kelas dan yang paling konsisten dengan hasil. Seperti halnya dengan setiap pertanyaan yang diajukan, survai mencatat hasil dalam skala
Likert, menyediakan pilihan untuk sangat setuju, setuju, netral, tidak
setuju, atau sangat tidak setuju
dengan setiap pernyataan. Pada tabel di bawah ini
merupakan presentase siswa SMA Monroe yang menghargai satu sama lain.
Hasil yang menarik dari pertanyaan ini adalah bahwa banyak dari mereka
yang setuju berada di tingkatan kelas yang lebih rendah. Mayoritas tanggapan positif untuk pertanyaan ini terlihat di antara siswa kelas VII
dan VIII.



Hasil pertanyaan
dalam
survai muncul untuk
mencerminkan proses reguler
perkumpulan perdamaian. Pertanyaan
terakhir yang penting untuk
penelitian ini adalah yang terakhir
meminta siswa. Pertanyaan
dekat-berakhir menyimpulkan
dengan meminta siswa jika "perkumpulan perdamaian
membantu untuk membuat Monroe
High School yang lebih baik" (MRS,
2009).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 38% setuju dengan pernyataan, 32% netral,
29% tidak setuju (MRS, 2009). Hasil survai ini
bervariasi di setiap tingkat kelas dan untuk menunjukkan perbedaan data telah ditempatkan
ke dalam grafik yang
ditunjukkan dalam setiap tabel. Temuan
keseluruhan ditunjukkan pada Tabel
3, dan Tabel 4
menggambarkan hasil berdasarkan tingkat kelas.

Pertanyaan terbuka mengungkapkan berbagai macam jawaban yang berkaitan dengan hal-hal yang siswa seperti
tentang SMA Monroe. Banyak siswa menyatakan
teman, guru, dan
kelas sekolah sebagai bagian terbaik dari sekolah.
Namun, beberapa topik
juga menyebutkan bahwa 46 merupakan respon penting. Data yang diberikan tidak menyatakan seberapa sering jawaban diberi atau berapa banyak tanggapan yang diterima untuk bagian dari survai ini, namun yang dilaporkan hanya
jika respon dibesarkan dalam tingkat kelas tertentu.
Ini berarti bahwa jumlah siswa yang menyatakan bahwa "lingkungan sosial yang baik"
adalah hal yang mereka sukai tentang SMA Monroe tidak diketahui. Namun, hasil menunjukkan tingkatan
kelas yang menyatakan tanggapan yang sama.
J.
Wawancara Pribadi
Bagian akhir dalam evaluasi perkumpulan perdamaian di SMA Monroe
adalah tatap muka
wawancara dengan anggota dari
Mitra di Restorative
Inisiatif dan administrator
dan guru di sekolah. Wawancara adalah metode
yang mendapatkan wawasan tentang
bagaimana perkumpulan perdamaian benar-benar
berfungsi di Monroe
High School, bagaimana mereka memengaruhi
sekolah, dan terakhir di mana mereka melihat perkumpulan
perdamaian di masa depan. Setiap
pertanyaan mengungkapkan informasi tentang bagaimana
perkumpulan perdamaian yang dilaksanakan di Monroe High School. Untuk menguji ini, 14
pertanyaan tersebut dibagi menjadi
lima kelompok.
Pertanyaan-pertanyaan yang diminta berkisar dalam lima
kategori yang berbeda untuk melihat program sementara pada saat yang sama apakah
memberikan pengalaman pribadi dan perasaan mereka yang terlibat. Kategori
pertama dari pertanyaan berkaitan dengan peran umum dan deskripsi program.
Kategori ni memberikan wawasan tentang bagaimana fungsi program dan apa yang
dirancang terhadap dampak yang diberikan. Pengaturan pertanyaan kedua lebih
spesifik lagi, yakni meminta para guru, administrasi, dan staf PiRI bagaimana
mereka telah dipengaruhi oleh program dan bagaimana mereka melihat program yang
mempengaruhi orang lain seperti pada siswa mereka. Kategori berikutnya
berkaitan dengan evaluasi program, apakah itu berhasil dengn harapan dan tujuan
aslinya ataukan tidak berjalan dengan baik. Kategori keempat dari pertanyaan
yang diajukan secara khusus tentang dampak program ini terhadap sekolah dan
siswa.
Kategori ini adalah di mana pertanyaa yang muncul ialah
mengenai kenakalan dan lingkungan sekolah. Terakhir, pertanyaannya terkait
tentang pelajaran apa yang telah diambil dari program tersebut dan bagaimana
hal itu akan diubah di masa depan. Setiap kategori memberikan gambaran tentang
program secara keseluruhan, tetapi juga sampai ke pertanyaan yang akan
memberikan wawasan dampak sebenarnya. Teori pelabelan dan teori regangan
dipandu pertanyaan-pertanyaan yang diminta dalam bagian ini dan memberikan ide
apakah program ini membahas banyak isu masing-masing teori menimbulkan. Setiap
kategori memecah pertanyaan dan memberikan mereka tujuan discernable terhadap proses evaluasi.
Hasil tersebut sama dengan hipotesis
empat untuk mengurangi perkelahian, suspensi, dan arahan administrasi. Beberapa
responden menyatakan bahwa lingkungan sekolah perlu ditingkatkan komunikasi dan
perkumpulanperdamaiannya. Program ini memberikan tingkat pemahaman yang tinggi
yang menjadikan siswa lebih merasa nyaman dan didengarkan ketika membuka diri
kepada guru. Pada peristiwa sebelumnya, siswa sulit membangun hubungan dengan
guru bahkan rekan-rekan mereka karena hambatan bahasa yang dimiliki. Dengan
adanya program ini, siswa lebih cepat menyesuaikan diri dan berada dalam perkumpulan
perdamaian.
K.
Leson Study
Pelajaran didapatkan dari metode
yang digunakan untuk mencapai informasi berdasarkan data yang dikumpulkan.
Informasi sangat penting untuk membantu sebuah penelitian. Salah satu yang
perlu diperhatikan ialah desain riset yang digunakan dalam studi. Idealnya data
dapat diteliti dengan penelitian kualitatif maupun kuantitatif. Siswa merupakan
kelompok yang akan diteliti mengenai program perkumpulanperdamaian. Kuesioner
yang dirancang untuk siswa juga harus diberikan pada guru dan administrator,
karena akan membantu program secara keseluruhan. Namun, kendala waktu yang
menyulitkan guru dan administrator berbicara mengenai program, di samping itu
pula kesulitan jumlah individu untuk diwawancarai.
L.
Kesimpulan
Perkumpulan perdamaian
yang relatif bertambah pada praktif restoratif. Perkumpulanperdamaian yang
relatif baru pada masyarakat menyebabkan kurangnya pengetahuan mengenai subjek
di dalam masyarakat. Kesinambungan merupakan masalah yang menyebabkan program
menjadi mati, jika sekolah tidak memiliki dana yang cukup untuk program yang
diinginkan. Jika lingkungan perdamaian dilaksanakan dengan benar maka akan
memiliki dampak yang positif. Pelatihan yang intensif akan memungkinkan sekolah
untuk melaksanakan perkumpulanperdamaian dengan metode yang ideal. Pelatihan
tersebut diharapkan mampu meningkatkan perkumpulanperdamaian dan lebih dekat
dengan sekolah. Program yang dibangun diharapkan dapat memberikan konstribusi
positif antara siswa dan staf. Jika hal ini dilakukan, PiRI berharap agar
masalah dapat diselesaikan melalui praktik restoratif daripada mengandalkan
metode tradisional (Mitra disrestoratif, 2009).
Referensi
:
Isaac, Christian, W. (2011). Restorative
justice in schools: An examination of piece circles within Monroe High School. New York : Rochester Institute of Technology.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar