Rabu, 29 April 2020

Urgensi Pendidikan Teknologi Digital



Urgensi Pendidikan Berbasis Teknologi Digital
Oleh :
Iman Lesmana

Pertumbuhan teknologi digital memicu perkembangan di berbagai sektor kehidupan. Pertumbuhan teknologi internet, memicu perubahan perilaku manusia dalam bidang komunikasi, bisnis dan pendidikan. Meski banyak nilai positif dari pertumbuhan teknologi internet. Namun, sisi negatifnya juga mengancam. Misalnya, komunikasi yang serba terbuka, massifnya berita fitnah dan kencangnya konten-konten hoax di media sosial. 
Era digital, menyediakan berbagai ancaman bagi generasi muda. Salah satunya, adalah terkikisnya pondasi karakter bangsa yang good character and smart of thinking. Mengapa hal ini terjadi? Era 4.0 menyediakan alternatif komunikasi gaya baru, yaitu melalui media sosial. Dengan berselancar di dunia maya, banyak pihak merasakan nyaman. Hanya dengan bermodal kuota dan ponsel pintar, kita sudah bisa berselancar di dunia maya, menjelajahi berita. Berbagai kemudahan itu, di sisi lain menghadirkan ruang disrupsi.
Salah satu tantangan yang terjadi adalah, disrupsi di bidang pendidikan (khususnya) karakter. Teknologi era digital memberikan kompensasi bagi seseorang. Bahkan dalam proses belajar mengajar pun, seorang siswa kadang tidak perlu bertatapan dengan guru. Sayangnya, hal ini menjadi satu ancaman, yakni terjadi proses reduksi pendidikan. Nilai-nilai etika dan sopan santun memiliki predisposisi yang lebih besar untuk luntur.
Di era disrupsi, di mana segala hal berubah dengan cepat, anak-anak harus dibekali dengan kemampuan literasi digital. Karena anak-anak era kekinian banyak bersinggungan dengan internet, maka literasi digital menjadi salah satu alternatif yang paling mungkin untuk membangun pondasi pendidikan karakter era kekinian. Pada era digital, pembelajaran pun sudah beralih dari face to face menjadi e learning. E-school News (2009) mencatat bahwa beberapa perusahaan teknologi seperti Verizon, Dell, Apple dan Microsoft mendukung pendanaan e-learning, dimana dunia pendidikan pun harus ikut beralih ke era digital.
Literasi digital dapat dijadikan salah satu sarana membentuk karakter anak bangsa milenial melalui tradisi membaca di dunia maya. Literasi digital merupakan sebuah hal baru yang perlu ditradisikan agar anak bangsa mencintai membaca, mampu memilih informasi tepat, dan membangun informasi yang bersifat membangun (perdamaian).
Literasi digital merupakan salah satu bagian dari literasi media digital. Kurniawati dan Baroroh (2012) menyebutkan bahwa literasi digital adalah ketertarikan, sikap dan kemampuan individu dalam menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru, membuat dan berkomunikasi dengan orang lain agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat.
Literasi digital memungkinkan pola pendidikan karakter bagi generasi milenial, dengan cara terbiasa mengumpulkan informasi dan mengelolanya secara efektif. Melalui pembiasaan mengasah keterampilan literasi digital, anak-anal milenial dapat belajar bagaimana cara memiliki karakter damai. Mengelola informasi, tidak mentah menerima hoaks, dan membangun pengetahuan baru yang lebih efektif, sehingga mampu memberikan kontribusi bagi perdamaian dan persatuan bangsa.
Sebelum anak diterjunkan kepada literasi digital, penting bagi setiap keluarga membekali anak keterampilan calistung dan pendidikan kematangan emosi. Ketika anak sudah memiliki kecerdasan emosi yang baik, dipadu dengan keterampilan calistung yang optimal, maka anak-anak dapat berselancar di dunia maya tanpa mudah terhasut ujaran kebencian. Sebaliknya, harapannya mereka dapat menjadi agen perdamaian di dunia maya. Keluarga dan sekolah merupakan pendidik anak yang utama. Keluarga harus mampu membekali nilai-nilai kesopanan, kearifan, toleransi, dan perdamaian.
Jika anak sudah memiliki keterampilan literasi digital dan kesopanan serta budi pekerti yang mulia, maka mereka akan dapat membangun perdamaian di dunia maya. Kekhawatiran kita akan terjadinya ketidaksopanan di media sosial dan ujaran kebencian, dapat kita eliminasi. Mendidik karakter anak di era digital merupakan sebuah alternatif yang tidak bisa kita pandang sebelah mata. Kita bisa memulainya dari rumah. mengajarkan perdamaian, kesopanan, dan ajaran kebaikan pada anak. Selanjutnya, pembudayaan literasi dasar (calistung), hingga literasi digital di dunia maya.
Pendidik dan generasi muda sekarang harus suka dengan aktivitas membaca. Saat ini terjadi kemerosotan literasi dalam dunia pendidikan. Maka, harus ada perbaikan kualitas dan kuantitas untuk menggerakkan literasi. Intinya, harus baca, baca, dan baca. Kita harus bergerak mendorong dengan literasi, "Saat ini dunia telah menjadi global village, yang terkoneksi dengan teknologi informasi. Pertumbuhan media digital, memungkinkan pergeseran perilaku masyarakat, Akan tetapi, keterbukaan informasi di media sosial, tidak disertai dengan kecerdasan bermedia untuk menganalisa data dan konten yang ada. 
Maka, perlu ada kecerdasan untuk bermedia. "Kecerdasan bermedia penting untuk masa sekarang. Nah, literasi digital ini menjadi strategi penting untuk mendorong kecerdasan bermedia, di antaranya dengan menjadi kreatif, memproduksi konten, dan mengantisipasi berita bohong. Zaman sekarang sangat menekankan pentingnya keaktifan manusia dalam memahami pertumbuhan media digital. "Adanya media sosial mempengaruhi komunikasi antar manusia. Itu juga terjadi dalam dunia pendidikan,".
Perlunya peran pegiat teknologi informasi dalam menyiapkan strategi efektif media digital sebagai inspirasi dunia pendidikan. "Sudah saatnya, media digital menjadi strategi untuk memajukan bangsa ini. Maka, harus kreatif, menjadi subyek bukan obyek.
Gerakan Literasi Digital menjadi strategi penting untuk berinternet secara sehat dan mendorong tumbuhnya konten-konten kreatif-inspiratif di media sosial . Menyiapkan masyarakat yang siap menghadapi perkembangan teknologi menjadi sangat penting. Pendidikan literasi digital sudah harus dimulai di berbagai tingkat pendidikan. Baik formal maupun non formal. Jika memungkinkan, masuk kurikulum pendidikan dari tingkat SD sampai dengan SMA. Baik sebagai mata pelajaran khusus, atau hanya sebagai sisipan di mata pelajaran tertentu.
Konsep literasi digital dilontarkan oleh Paul Gilster pertama kali pada tahun 1997 dalam buku berjudul Digital Literacy. Gilster mendefinisikannya secara sederhana sebagai ‘literacy in the digital age’, atau kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi melalui beragam sumber digital (Bowden dalam Lankshear & Knobel, 2008:18). Dalam perkembangannya, digital literacy atau tepatnya digital literacies didefinisikan sebagai ‘practices of communicating, relating, thinking and ‘being’ associated with digital media’ (Jones & Hafner, 2012:13).
Untuk itu, masyarakat harus segera disiapkan agar mampu memilih dan memilah konten yang mereka dapatkan di media berbasis internet. Mereka juga harus mampu menggunakan media sosial dengan bijak. Pentingnya memberi penyadaran jika internet bisa jadi sumber informasi bermanfaat, tapi juga mungkin menjadi peluang kejahatan.
Orang tua juga perlu dibekali cara untuk memilih dan memilah konten bagi anaknya di internet. Jangan hanya memberikan perangkatnya, tapi tidak berperan serta mengawasi penggunaannya. Karena konten pornografi, radikalisasi,  kekerasan terpapar luas di internet. Antisipasi sebelum terjadi melalui pendidikan literasi digital.
Literasi digital adalah sebuah keterampilan yang harus dimiliki manusia pada era milenial. Keterampilan dalam hal digital tentunya merupakan suatu keharusan dalam bidang pendidikan. Fasilitas jejaring internet semakin progresif digunakan di sekolah. Namun, tidak semua sekolah mampu memanfaatkan fasilitas jejaring internet dengan maksimal. Keterampilan dalam literasi digital harus dimaksimalkan untuk diajarkan. Salah satunya dapat melalui media blog untuk keterampilan membaca artikel. Selain mengajarkan bagaimana cara membaca artikel secara teknis kepada siswa, melalui literasi disgital juga akan diajarkan untuk memilih dan memilah artikel bacaan secara cerdas agar siswa mampu menyaring bacaan mana yang berguna bagi mereka. Dengan kata lain secara langsung juga melalui literasi digital media blog mengajarkan siswa untuk lebih kritis dalam memilih artikel yang fakta atau hoax. Masih sering ditemui proses pembelajaran yang konvensional serta sumber beajar yang digunakan juga berbasis teks. Oleh sebab itu agar penggunaan fasilitas tersebut dapat lebih maksimal maka diperlukan proses pembelajaran e-learning. Salah satunya adalah menggunakan laman. Pembelajaran berbasis laman ini dapat diterapkan dalam tingkat ekstrakurikuler agar lebih menarik dan inovatif.
Pada era digital ini, komputerisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan, dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikanyang lebih terbuka. Pendidikan bersifat luwes dan fleksibel, terbuka dan dapat diakses oleh siapapun yang menginginkanya tanpa memandang usia, jenis, dan pengalaman pendidikan sebelumnya. Pendidikan mendatang akan lebih ditentukan oleh jaringan informasi yang memungkinkan untuk berinteraksi dan berkolaborasi. Menurut Uno dan Lamatenggo (2011:61), ada tiga kecenderungan dunia pendidikan di Indonesia di masa mendatang.
Pertama, berkembanganya pendidikan terbuka dengan modus belajar jarak jauh (distance learning). Pendidikan terbuka dan jarak jauh perlu dimasukkan sebagai strategi utama. Kedua, sharing resource bersama antar lembaga pendidikan atau pelatihan dalam sebuah jaringan perpustakaan dan instrumen pendidikan lainya (guru, laboratorium) berubah fungsi menjadi sumber informasi daripada sekedar rak buku. Ketiga, penggunaan perangkat teknologi informasi interaktif, seperti CD-ROM multimedia, dalam pendidikan secara bertahap menggantikan televisi dan video. Perkembangan teknologi informasi dalam bidang pendidikan, memungkinkan terjadinya proses belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk menghubungkan antara mahasiswa dengan dosenya atau guru dengan muridnya, melihat nilai secara daring, mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas tugas yang diberikan oleh guru atau dosen, dan sebagainya.
Bentuk materi, ujian, dan kuis dapat diaplikasikan dalam internet yang kemudian diunduh oleh siswa. Hal tersebut juga sebagai wujud mengaplikasikan media internet secara sehat oleh siswa. Saat ini internet sudah menjadi sebuah sarana yang banyak dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat. Internet sehat dapat dikategorikan dalam arti sempit dan arti luas (Hernita, 2011:3). Secara sempit, internet sehat berarti dalam pandangan bahwa situasi ketika pengguna melakukan aktivitas berselancar di dunia maya, atau ketika pengguna memanfaatkan internet untuk browsing, mengunduh file, bermain game daring, maupun hanya sekedar melakukan aktivitas sosial. Internet sehat dalam arti luas dan lebih spesifik adalah segala hal yang berkaitan dengan akses mengakses internet yang memiliki nilai positif bagi para pengguna internet agar senantiasa memberikan manfaat yang terbaik bagi diri sendiri, maupun orang lain. Pembelajaran berbasis e-learning juga merupakan salah satu cara mewujudkan penggunaan internet secara sehat, baik dalam arti sempit maupun luas. Hal tersebut karena e-learning merupakan wujud kegiatan pemanfaatan media teknologi informasi dan komunikasi secara edukatif.
Penggunaan e-learning, khususnya media laman pada kegiatan ekstrakurikuler dibutuhkan untuk mempermudah guru dan siswa dalam menyerap materi pada kegiatan ekstrakulikuler. Penggunaan media laman bagi pembinaan ekstrakurikuler ini, bukan berarti para guru dapat menghilangkan pembelajaran di dalam kelas. Cisco (2001:5) mengungkapkan bahwa e-learning tidak berarti menggantikan pembelajaran konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat pembelajaran melalui pengembangan teknologi pendidikan.
Kemajuan teknologi digital semakin lama semakin tidak dapat dihindarkan. Pendidikan pun juga tidak lepas dari kemajuan tersebut. Hampir setiap sekolah memiliki akses internet dengan koneksi yang sangat stabil. Namun sayangnya pemanfaatan fasilitas ini belum sepenuhnya sempurna. Oleh sebab itu diperlukan sumber belajar berupa laman yang dapat digunakan oleh para guru dalam menyampaikan materi pembelajaranya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penguatan Integrasi Pendidikan

PENGUATAN INTEGRASI PENDIDIKAN DALAM ERA DISUPSI Oleh :  Asep Rohiman Lesmana, M.Pd. Pendidikan merupakan suatu entitas yang s...