Urgensi
Pendidikan Berbasis Teknologi Digital
Oleh :
Iman
Lesmana
Pertumbuhan teknologi digital
memicu perkembangan di berbagai sektor kehidupan. Pertumbuhan teknologi
internet, memicu perubahan perilaku manusia dalam bidang komunikasi, bisnis dan
pendidikan. Meski banyak nilai positif dari pertumbuhan teknologi
internet. Namun, sisi negatifnya juga mengancam. Misalnya, komunikasi yang
serba terbuka, massifnya berita fitnah dan kencangnya konten-konten hoax di
media sosial.
Era digital, menyediakan
berbagai ancaman bagi generasi muda. Salah satunya, adalah terkikisnya pondasi
karakter bangsa yang good
character and smart of thinking. Mengapa hal ini terjadi? Era 4.0
menyediakan alternatif komunikasi gaya baru, yaitu melalui media sosial. Dengan
berselancar di dunia maya, banyak pihak merasakan nyaman. Hanya dengan bermodal
kuota dan ponsel pintar, kita sudah bisa berselancar di dunia maya, menjelajahi
berita. Berbagai kemudahan itu, di sisi lain menghadirkan ruang disrupsi.
Salah satu tantangan yang terjadi
adalah, disrupsi di bidang pendidikan (khususnya) karakter. Teknologi era
digital memberikan kompensasi bagi seseorang. Bahkan dalam proses belajar
mengajar pun, seorang siswa kadang tidak perlu bertatapan dengan guru.
Sayangnya, hal ini menjadi satu ancaman, yakni terjadi proses reduksi
pendidikan. Nilai-nilai etika dan sopan santun memiliki predisposisi yang lebih
besar untuk luntur.
Di era disrupsi, di mana
segala hal berubah dengan cepat, anak-anak harus dibekali dengan kemampuan
literasi digital. Karena anak-anak era kekinian banyak bersinggungan dengan
internet, maka literasi digital menjadi salah satu alternatif yang paling
mungkin untuk membangun pondasi pendidikan karakter era kekinian. Pada era
digital, pembelajaran pun sudah beralih dari face
to face menjadi e
learning. E-school News (2009) mencatat bahwa beberapa perusahaan
teknologi seperti Verizon, Dell, Apple dan Microsoft mendukung pendanaan
e-learning, dimana dunia pendidikan pun harus ikut beralih ke era digital.
Literasi digital dapat
dijadikan salah satu sarana membentuk karakter anak bangsa milenial melalui
tradisi membaca di dunia maya. Literasi digital merupakan sebuah hal baru yang
perlu ditradisikan agar anak bangsa mencintai membaca, mampu memilih informasi
tepat, dan membangun informasi yang bersifat membangun (perdamaian).
Literasi digital merupakan
salah satu bagian dari literasi media digital. Kurniawati dan Baroroh (2012)
menyebutkan bahwa literasi digital adalah ketertarikan, sikap dan kemampuan
individu dalam menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi untuk
mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis dan mengevaluasi
informasi, membangun pengetahuan baru, membuat dan berkomunikasi dengan orang
lain agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat.
Literasi digital
memungkinkan pola pendidikan karakter bagi generasi milenial, dengan cara
terbiasa mengumpulkan informasi dan mengelolanya secara efektif. Melalui
pembiasaan mengasah keterampilan literasi digital, anak-anal milenial dapat
belajar bagaimana cara memiliki karakter damai. Mengelola informasi, tidak
mentah menerima hoaks, dan membangun pengetahuan baru yang lebih efektif,
sehingga mampu memberikan kontribusi bagi perdamaian dan persatuan bangsa.
Sebelum anak diterjunkan
kepada literasi digital, penting bagi setiap keluarga membekali anak
keterampilan calistung dan pendidikan kematangan emosi. Ketika anak sudah
memiliki kecerdasan emosi yang baik, dipadu dengan keterampilan calistung yang
optimal, maka anak-anak dapat berselancar di dunia maya tanpa mudah terhasut
ujaran kebencian. Sebaliknya, harapannya mereka dapat menjadi agen perdamaian
di dunia maya. Keluarga dan sekolah merupakan pendidik anak yang utama.
Keluarga harus mampu membekali nilai-nilai kesopanan, kearifan, toleransi, dan
perdamaian.
Jika anak sudah memiliki
keterampilan literasi digital dan kesopanan serta budi pekerti yang mulia, maka
mereka akan dapat membangun perdamaian di dunia maya. Kekhawatiran kita akan
terjadinya ketidaksopanan di media sosial dan ujaran kebencian, dapat kita
eliminasi. Mendidik karakter anak di era digital merupakan sebuah alternatif
yang tidak bisa kita pandang sebelah mata. Kita bisa memulainya dari rumah.
mengajarkan perdamaian, kesopanan, dan ajaran kebaikan pada anak. Selanjutnya,
pembudayaan literasi dasar (calistung), hingga literasi digital di dunia maya.
Pendidik dan generasi muda
sekarang harus suka dengan aktivitas membaca. Saat ini terjadi kemerosotan
literasi dalam dunia pendidikan. Maka, harus ada perbaikan kualitas dan
kuantitas untuk menggerakkan literasi. Intinya, harus baca, baca, dan baca.
Kita harus bergerak mendorong dengan literasi, "Saat ini dunia telah
menjadi global village, yang
terkoneksi dengan teknologi informasi. Pertumbuhan media digital, memungkinkan
pergeseran perilaku masyarakat, Akan tetapi, keterbukaan informasi di media
sosial, tidak disertai dengan kecerdasan bermedia untuk menganalisa data dan
konten yang ada.
Maka, perlu ada kecerdasan untuk
bermedia. "Kecerdasan bermedia penting untuk masa sekarang. Nah, literasi
digital ini menjadi strategi penting untuk mendorong kecerdasan bermedia, di
antaranya dengan menjadi kreatif, memproduksi konten, dan mengantisipasi berita
bohong. Zaman sekarang sangat menekankan pentingnya keaktifan manusia dalam memahami
pertumbuhan media digital. "Adanya media sosial mempengaruhi komunikasi
antar manusia. Itu juga terjadi dalam dunia pendidikan,".
Perlunya peran pegiat teknologi
informasi dalam menyiapkan strategi efektif media digital sebagai inspirasi dunia
pendidikan. "Sudah saatnya, media digital menjadi strategi untuk memajukan
bangsa ini. Maka, harus kreatif, menjadi subyek bukan obyek.
Gerakan Literasi Digital menjadi
strategi penting untuk berinternet secara sehat dan mendorong tumbuhnya
konten-konten kreatif-inspiratif di media sosial . Menyiapkan masyarakat
yang siap menghadapi perkembangan teknologi menjadi sangat penting. Pendidikan
literasi digital sudah harus dimulai di berbagai tingkat pendidikan. Baik
formal maupun non formal. Jika memungkinkan, masuk kurikulum pendidikan dari
tingkat SD sampai dengan SMA. Baik sebagai mata pelajaran khusus, atau hanya
sebagai sisipan di mata pelajaran tertentu.
Konsep literasi digital dilontarkan
oleh Paul Gilster pertama kali pada tahun 1997 dalam buku berjudul Digital
Literacy. Gilster mendefinisikannya secara sederhana sebagai ‘literacy
in the digital age’, atau kemampuan untuk memahami dan menggunakan
informasi melalui beragam sumber digital (Bowden dalam Lankshear & Knobel,
2008:18). Dalam perkembangannya, digital literacy atau tepatnya digital
literacies didefinisikan sebagai ‘practices of communicating, relating,
thinking and ‘being’ associated with digital media’ (Jones &
Hafner, 2012:13).
Untuk itu, masyarakat harus segera
disiapkan agar mampu memilih dan memilah konten yang mereka dapatkan di media
berbasis internet. Mereka juga harus mampu menggunakan media sosial dengan
bijak. Pentingnya memberi penyadaran jika internet bisa jadi sumber informasi
bermanfaat, tapi juga mungkin menjadi peluang kejahatan.
Orang tua juga perlu dibekali cara
untuk memilih dan memilah konten bagi anaknya di internet. Jangan hanya
memberikan perangkatnya, tapi tidak berperan serta mengawasi penggunaannya.
Karena konten pornografi, radikalisasi, kekerasan terpapar luas di
internet. Antisipasi sebelum terjadi melalui pendidikan literasi digital.
Literasi digital adalah sebuah
keterampilan yang harus dimiliki manusia pada era milenial. Keterampilan dalam
hal digital tentunya merupakan suatu keharusan dalam bidang pendidikan.
Fasilitas jejaring internet semakin progresif digunakan di sekolah. Namun,
tidak semua sekolah mampu memanfaatkan fasilitas jejaring internet dengan
maksimal. Keterampilan dalam literasi digital harus dimaksimalkan untuk
diajarkan. Salah satunya dapat melalui media blog untuk keterampilan membaca
artikel. Selain mengajarkan bagaimana cara membaca artikel secara teknis kepada
siswa, melalui literasi disgital juga akan diajarkan untuk memilih dan memilah
artikel bacaan secara cerdas agar siswa mampu menyaring bacaan mana yang
berguna bagi mereka. Dengan kata lain secara langsung juga melalui literasi
digital media blog mengajarkan siswa untuk lebih kritis dalam memilih artikel
yang fakta atau hoax. Masih sering ditemui proses pembelajaran yang
konvensional serta sumber beajar yang digunakan juga berbasis teks. Oleh sebab
itu agar penggunaan fasilitas tersebut dapat lebih maksimal maka diperlukan
proses pembelajaran e-learning. Salah
satunya adalah menggunakan laman. Pembelajaran berbasis laman ini dapat diterapkan
dalam tingkat ekstrakurikuler agar lebih menarik dan inovatif.
Pada era digital ini, komputerisasi
telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan, dari pendidikan
tatap muka yang konvensional ke arah pendidikanyang lebih terbuka. Pendidikan
bersifat luwes dan fleksibel, terbuka dan dapat diakses oleh siapapun yang
menginginkanya tanpa memandang usia, jenis, dan pengalaman pendidikan
sebelumnya. Pendidikan mendatang akan lebih ditentukan oleh jaringan informasi
yang memungkinkan untuk berinteraksi dan berkolaborasi. Menurut Uno dan
Lamatenggo (2011:61), ada tiga kecenderungan dunia pendidikan di Indonesia di
masa mendatang.
Pertama, berkembanganya pendidikan
terbuka dengan modus belajar jarak jauh (distance learning). Pendidikan
terbuka dan jarak jauh perlu dimasukkan sebagai strategi utama. Kedua, sharing
resource bersama antar lembaga pendidikan atau pelatihan dalam sebuah
jaringan perpustakaan dan instrumen pendidikan lainya (guru, laboratorium)
berubah fungsi menjadi sumber informasi daripada sekedar rak buku. Ketiga,
penggunaan perangkat teknologi informasi interaktif, seperti CD-ROM multimedia,
dalam pendidikan secara bertahap menggantikan televisi dan video. Perkembangan
teknologi informasi dalam bidang pendidikan, memungkinkan terjadinya proses
belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk menghubungkan antara
mahasiswa dengan dosenya atau guru dengan muridnya, melihat nilai secara daring,
mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas tugas yang
diberikan oleh guru atau dosen, dan sebagainya.
Bentuk materi, ujian, dan kuis
dapat diaplikasikan dalam internet yang kemudian diunduh oleh siswa. Hal
tersebut juga sebagai wujud mengaplikasikan media internet secara sehat oleh
siswa. Saat ini internet sudah menjadi sebuah sarana yang banyak dikenal oleh
seluruh lapisan masyarakat. Internet sehat dapat dikategorikan dalam arti
sempit dan arti luas (Hernita, 2011:3). Secara sempit, internet sehat berarti
dalam pandangan bahwa situasi ketika pengguna melakukan aktivitas berselancar
di dunia maya, atau ketika pengguna memanfaatkan internet untuk browsing,
mengunduh file, bermain game daring, maupun hanya sekedar melakukan aktivitas
sosial. Internet sehat dalam arti luas dan lebih spesifik adalah segala hal
yang berkaitan dengan akses mengakses internet yang memiliki nilai positif bagi
para pengguna internet agar senantiasa memberikan manfaat yang terbaik bagi
diri sendiri, maupun orang lain. Pembelajaran berbasis e-learning juga
merupakan salah satu cara mewujudkan penggunaan internet secara sehat, baik
dalam arti sempit maupun luas. Hal tersebut karena e-learning merupakan
wujud kegiatan pemanfaatan media teknologi informasi dan komunikasi secara
edukatif.
Penggunaan e-learning,
khususnya media laman pada kegiatan ekstrakurikuler dibutuhkan untuk
mempermudah guru dan siswa dalam menyerap materi pada kegiatan ekstrakulikuler.
Penggunaan media laman bagi pembinaan ekstrakurikuler ini, bukan berarti
para guru dapat menghilangkan pembelajaran di dalam kelas. Cisco (2001:5)
mengungkapkan bahwa e-learning tidak berarti menggantikan pembelajaran
konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat pembelajaran melalui
pengembangan teknologi pendidikan.
Kemajuan teknologi digital semakin
lama semakin tidak dapat dihindarkan. Pendidikan pun juga tidak lepas dari
kemajuan tersebut. Hampir setiap sekolah memiliki akses internet dengan koneksi
yang sangat stabil. Namun sayangnya pemanfaatan fasilitas ini belum sepenuhnya
sempurna. Oleh sebab itu diperlukan sumber belajar berupa laman yang dapat
digunakan oleh para guru dalam menyampaikan materi pembelajaranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar