Kadar Empati
Oleh :
Iman Lesmana
Iman Lesmana
Kata islam
berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh. Pengertian
tersebut menunjukkan bahwa agama islam adalah agama yang mengandung ajaran
untuk menciptakan kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan hidup umat manusia
pada khususnya dan seluruh alam pada umumnya. Agama islam adalah agama yang
Allah turunkan sejak manusia pertama, Nabi pertama, yaitu Nabi Adam AS. Agama
itu kemudian Allah turunkan secara berkesinambungan kepada para Nabi dan
Rasul-rasul berikutnya. “Allah
tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tiada memerangi kamu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS.
Al-Mumtahanah{60} : 8). Islam
adalah agama dunia, berlaku universal, dan untuk kebaikan semua manusia dan
alam. Karena itu, setiap Muslim memandang hubungan antar sesama manusia adalah
atas dasar cinta, persahabatan, kerjasama untuk kebaikan dan perdamaian. Hanya
mereka yang dangkal imannya, sempit ilmunya, perasaan benci dan dendam, serta
mereka yang tidak sabarlah yang cenderung membuat permusuhan dan perperangan
sesama manusia. Islam yang suci, sering dinodai oleh segelintir kelompok yang
memaksakan keyakinannya kepada pihak lain dengan menebar teror dan kekerasan
dengan dalih agama. Mereka harus kembali pada prinsip Islam dalam menata
hubungan dengan sesama manusia yang berbeda keyakinan dan agama.
Empati
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah keadaan mental yang membuat
seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau
pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Pengertian dari empati (Menurut DM Berger) adalah
kemampuan atau kesanggupan seseorang untuk mengetahui atau mengalami secara
emosional apa yang dialami orang lain. Umumnya perasaan ini berasal dari seseorang yang sudah
pernah merasakan atau mengalami hal tertentu dalam hidupnya. Sebaliknya,
seseorang yang belum pernah merasakan perasaan tertentu dalam hidupnya, akan
sulit (bukan berarti tidak bisa) untuk memahami perasaan orang lain. Misalnya
saja, seseorang yang tidak pernah menaruh tangan dalam api, dia tidak akan tahu
rasa sakit api itu bagaimana. Sebuah Empati dapat ditunjukkan dengan sebuah
ungkapan atau perbuatan, seperti pelukan, menepuk pundak atau dengan kata-kata
semangat. Sering kita melihat orang-orang di sekitar kita mengalami berbagai
masalah. Misalnya saja ketika seorang teman dekat kita kehilangan pekerjaan
tentunya suasana hatinya akan labil, galau, bingung, stress dan sebagainya.
Atau seseorang yang selalu bersikap apatis karena tidak bisa menerima sesuatu
yang tidak “masuk diakal”. Pada saat seperti ini diperlukan sebuah perasaan
empati yang bisa merasakan apa yang mereka alami, sehingga kita akan lebih
mengerti akan diri mereka dan akan menciptakan sebuah kondisi yang terkontrol.
Sebuah
perasaan empati tentunya sangat menyenangkan bagi orang yang menerimanya,
karena dia memiliki orang lain yang mampu merasakan perasaannya sehingga dia
tidak merasa sendiri. Bagi seseorang yang mampu memberi rasa empati tentunya
akan melakukan berbagai hal untuk bisa menolong orang lain dari masalah yang
dihadapi, seperti memberi solusi, semangat, pengertian dan bahkan pujian yang
membawa seseorang terbebas dari masalah. Dengan demikian orang tersebut akan
lebih bersemangat, berkekuatan, dan bisa menerima sesuatu tanpa harus kontra.
Stephen R. Covey (1999) mengingatkan kita untuk memahami implementasi makna
empati secara benar. Kebanyakan dari kita tidak berusaha untuk memahami dahulu,
tetapi sebaliknya ingin dipahami dahulu posisi dan pemikiran kita. Atau jika
kita ingin berusaha memahami, kita sering sibuk mempersiapkan tanggapan kita
dan reaktif saat kita menyaksikan kejadian, menghadapi sikap atau mendengarkan
pernyataan orang lain. Jadi, kita lebih sering mengevaluasi, menyarankan,
menyelidiki, atau menerjemahkan dari sudut pandang kita sendiri sebelum
memahami konsideran sikap dan peristiwa serta kesejatian masalah. Dan tidak
satu pun dari ini adalah tanggapan empatik yang memahami.
Semuanya
berasal dari kesejatian diri kita, dunia kita dan nilai-nilai kita secara
searah. Dalam rangka mengasah empati itulah diperlukan riyadhah melatih diri
dalam memberi petunjuk kepada siapa saja yang mendapati kesulitan, memaafkan
atas semua kekhilafan, berlapang dada atas segala kealpaan, menuntun orang ke
jalan yang terang tanpa harus mencari-cari kesalahan dan membuka aibnya.
Bukankah Allah selalu berpesan: “Serulah kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (QS. An-Nahl:125), dan telah menegaskan: “Siapakah yang lebih baik
perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang
saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”
(QS. Fushshilat:33).
Dalam
perspektif agama islam, karakter yang harus dibangun oleh seorang muslim yaitu sebagai
berikut :
1. Sesuai dengan fitrah manusia.
Artinya ajaran agama islam mengandung petunjuk yang sesuai dengan sifat dasar
manusia ( Q.S al-Rum : 3 )
2. Ajarannya sempurna, artinya
materi ajaran islam mencakup petunjuk seluruh aspek kehidupan manusia. ( Q.S
Al-Maidah )
3. Kebenaran mutlak. Kemutlakan
ajaran islam dikarenakan berasal dari Allah yang Maha Benar. Di samping itu
kebenaran ajaran islam dapat dibuktikan melalui realita ilmiyah dan ilmu
pengetahuan. ( Q.S Alb-Baqarah: 147 )
4. Mengajarkan keseimbangan dalam
berbagai aspek kehidupan.
5. Fleksibel dan ringan. Artinya
ajaran islam memperhatikan dan menghargai kondisi masing-masing individu, dan
tidak memaksakan umatnya untuk melakukan perbuatan di luar batas kemampuannnya.
6. Berlaku secara universal, artinya
ajaran islam berlaku untuk seluruh umat manusia di dunia sampai akhir masa. (
Q.S al- Ahzab:40 )
7. Sesuai dengan akal pikiran dan
memotivasi manusia untuk menggunakan akal pikirannya. ( Q.S al- mujadalah:11 )
8. Inti ajarannya “tauhid” dan seluruh
ajarannya mencerminkan ketauhidan kepada Allah SWT,
Fungsi islam
sebagai rahmat bagi sekalian alam tidak tergantung pada penerimaan atau
penilain manusia. Bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran Islam tersebut
adalah:
1. Islam menunjuki manusia jalan
hidup yang benar
2. Islam memberikan kebebasan kepada
manusia untuk menggunakan potensi yang diberikan Allah secara bertanggung
jawab.
3. Islam menghargai dan menghormati
semua manusia sebagai hamba Allah,baik muslim maupun non muslim.
4. Islam mengatur pemanfaatan alam
secara baik dan proporsional.
5. Islam menghormati kondisi
spesifik individu dan memberikan perlakuan yang spesifik pula.
1. Ukhuwah
Islamiyah dan Ukhuwah Insaniyah
Makna Ukhuwah Islamiyah
Kata Ukhuwah
berarti persaudaraan. Maksudnya perasaan simpati atau empati antara dua orang
atau lebih. Masing-masing pihak memiliki perasaan yang sama baik suka maupun
duka, baik senang maupun sedih. Jalinan perasaan itu menimbulkan sikap timbale
balik untuk saling membantu bila pihak lain mengalami kesulitan. Dan sikap
untuk membagi kesenangan kepada pihak lain. Ukhuwah dan persaudaraan yang
berlaku bagi sesama muslim disebut ukhuwah islamiyah.
- Persaudaraan
sesama muslim adalah persaudaraan yang tidak dilandasi oleh keluarga,
suku, bangsa, dan warna kulit, namun karena perasaan seaqidah dan
sekeyakinan. Nabi mengibaratkan antara satu muslim dengan muslim lainnya
ibaratkan satu tubuh. Apabila ada satu bagian yang sakit, maka seluruh
tubuh akan merasakan sakitnya. Rasulullah SAW juga bersabda : ” tidak sempurna
iman salah seorang kamu, sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia
mencintai dirinya sendiri“.
- Hadis di
atas berarti, seorang mulim harus dapat merasakan penderitaan dan
kesusahan saudara yang lainnya. Ia harus selalu menempatkan dirinya pada
posisi saudaranya.
- Antara
sesama muslim tidak ada sikap saling permusuhan,dilarang mengolok-olok
saudaranya yang muslim. Tidak boleh berburuk sangka dan mencari kesalahan
orang lain ( Q.S al-Hujurat: 11-12).
- Sejarah
telah membuktikan bagaimana keintiman persahabatan dan lezatnya
persaudaraan antara kaum muhajirin dan kaum anshar. Kaum muhajirin rela
meninggalkan segala harta dna kekayaann dan keluarganya di kampong
halaman. Demikian juga kaum anshar dengan penuh keikhlasan menyambut dan
menjadikan kaum Muhajirin sebagai saudara. Peristiwa inilah awal
bersatunya dua hati dalam bentuk yang teorisentrik dan universal sebagai
hasil dari sebuah persaudaraan yang dibangun Nabi atas dasar kesamaan
aqidah.
Makna Ukhuwah
Insaniyah
Persaudaraan
sesama manusia disebut ukhuwah insaniyah. Persaudaraan ini dilandasi oleh
ajaran bahwa semua umat manusia adalah makhluk Allah. Perbedaan keyakinan dan
agama juga merupakan kebebasan pilihan yang diberikan Allah. Hal ini harus
dihargai dan dihormati. Dalam praktek, ketegangan yang sering timbul intern
umat beragama dan antar umat beragama disebabkan oleh:
1. Sifat dari masing-masing agama
yang mengandung tugas dakwah atau missi
2. Kurangnya pengetahuan para
pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama lain. Arti keberagamannya lebih
keoada sikap fanatisme dan kepicikan ( sekedar ikut-ikutan).
3. Para pemeluk agama tidak mampu
menahan diri, sehingga kurang menghormati bahkan memandang rendah agama lain.
4. Kaburnya batas antara sikap
memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Kecurigaan masing-masing akan
kejujuran pihak lain, baik intern umat beragama maupun antar umat beragama.
6. Kurangnya saling pengertian dalam
menghadapi masalh perbedaan pendapat.
Dalam pergaulan
antar agama, semakin hari kita merasakan intensnya pertemuan agama-agama itu.
Walaupun kita juga semakin menyadari bahwa pertemuan itu kurang diisi segi-segi
dialogis antar imannya. Dalam pembinaan umat Bergama, para pemimpin dan tokoh
agama mempunyai peranan yang besar, yaitu:
1. Menterjemahkan nilai-nilai dan
norma-norma agama ke dalam kehidupan bermasyarakat
2. Menerjemahkan gagasan-gagasan
pembangunan ke dalam bahasa yang dimengerti oleh masyarakat.
3. Memberikan pendapat, saran dan
kritik yang sehat terhadap ide-ide dan cara-cara yang dilakukan untuk suksesnya
pembangunan.
4. Mendorong dan membimbing
masyarakat dan umat beragama untuk ikut serta dalam usaha pembangunan
5. Meredamkan api-api konflik yang
ada dan berusaha mencari titk temu dan solusi
3. Kebersamaan
dalam Pluralitas Beragama
Kata “
pluralisme” diterjemahkan dalam berbagai interpretasi. Interpretasi popular
dari john Hick mengenai pluralisme ini adalah anggapan bahwa kebenaran
merupakan satu hal yang kolektif di antara semua agama, dan seluruh agama bias
menjadi sumber keselamatan, kesempurnaan dan keagungan bagi para penganutnya.
Nurchalis Madjid berpendapat bahwa pluralism tidak dapat dipahami hanya dengan
mengatakan bahwa masyarakat kita majemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai
suku dan agama,yang hanya menggambarkan kesan pragmentasi, bukan pluralisme.
Pluralisme juga tidak bias dipahami sekedar “kebaikan negative” yang hanya
untuk menyingkirkan kesan fanatisme. Bahkan pluralisme juga suatu keharusan
bagi keselamatan umat manusia, antara lain melalui mekanisme pengawasan dan
pengimbangan yang dihasilkannya. Interpretasi lain tentang pluralisme tersorot
kepada dimensi social kehidupan beragama. Artinya, segenap penganut agama bias
hidup berdampingan secara damai dalam sebuah masyarakat serta saling menjaga
batas-batas dan hak masing-masing. Interpretasi ini dikemukakan dalam Kamus
Oxford, “ The principle that these different groups can live together in peace
in one society.” Interpretasi yang kedua ini menurut pendukung interpretasi
versi John Hick keluar dari konteks pluralism dank arena itu mereka
mengartikannya dengan “ toleransi”. Menurut pendapat Ali Rabbani, pluralism
agama yang bias diterima adalah pluralism dalam makna kedua, yakni kehidupan
bersama secara rukun. Masing –masing meyakini kebenaran berada di pihaknya.
Penulis sendiri juga sependapat dengan interpretasi kedua. Karena jika kita
meyakini kebenaran ada pada semua agama, maka kesaliman aqiqah kita akan goyah.
Kebersamaan hidup antara orang islam dengan non muslim telah dicontohkan oleh
Rasulullah ketika beliau dengan para sahabat mengawali hidup di Madiah setelah
hijarah.
Sebagai seorang
konselor di sekolah harus bisa memberikan contoh pada siswanya untuk meyakinkan
bahwa konselor itu memiliki kemampuan
untuk membantu para siswa. Di sekolah terdapat siswa yang memiliki
beragam agama yang harus saling menghormati satu sama lain. Cara konselor
mengimplementasikan terhadap antar umat beragama di sekolah yaitu:
1.
Konselor berkolaborasi dengan guru mata pelajaran
agama dalam memberikan sebuah bimbingan akan pentingnya hidup dalam antar umat
beragama.
2.
Konselor tidak membeda-bedakan di dalam kelas saat
melakukan bimbingan. Seperti mengelompokkan siswa yang berbeda agama.
Kepribadian konselor merupakan titik tumpu yang berfungsi sebagai
penyeimbang antara pengetahuan mengenai dinamika perilaku dan keterampilan
terapeutik. Ketika titik tumpu ini kuat, pengetahuan dan keterampilan bekerja
secara seimbang dengan kepribadian yang berpengaruh pada perubahan perilaku
positif dalam konseling.
Pentingnya bimbingan dalam pendidikan, menuntut seorang konselor
memiliki syarat-syarat yang selayaknya ia miliki sebagai seorang pembimbing
untuk kelancaranya dalam melaksanakan Bimbingan Konseling.
Arifin dan Eti Kartikawati (1994/1995)
menyatakan bahwa syarat-syarat Pembimbing (Konselor) di sekolah, diantaranya:
konselor di sekolah dipilih berdasarkan kualifikasi : (1) kepribadian, (2)
pendidikan, (3) pengalaman kerja, dan (4) kemampuan.
Berdasarkan kualifikasi tersebut,untuk memilih
dan mengangkat seorang konselor di sekolah harus memenuhi syarat-syarat yang
berkaitan dengan kepribadiannya, pendidikannya, pengalamannya, dan
kemampuannya.
Melihat pembahasan menganai etika menuntut ilmu,
tentunya dalam meningkatkan mutu dan kualitas dirinya seorang konselor pun di
haruskan menambah dan mencari berbagai referensi untuk menunjang
profesionalismenya.
Syarat konselor di sekolah diantaranya adalah
sifat kepribadian konselor. Seorang konselor harus memiliki kepribadian yang
baik. Kepribadian konselor sangat berperan dalam usaha membantu siswa untuk
tumbuh. Banyak penelitian telah dilakukan oleh sejumlah ahli tentang ciri-ciri
khusus yang dibutuhkan oleh seorang konselor. Polmantier (1966) telah
mengadakan survei dan studi mengenai sifat-sifat kepribadian konselor
menyatakan :
a.
Konselor adalah pribadi yang intelegen,
memiliki kemampuan berpikir verbal dan kuantitatif, bernalar dan mampu
memecahkan masalah secara logis dan persetif.
b.
Konselor menunjukkan minat kerja sama dengan
orang lain, di samping seorang ilmuwan yang dapat memberikan pertimbangan dan
menggunakan ilmu pengetahuan mengenai tingakah laku individual dan social.
c.
Konselor memiliki nilai-nilai yang diakui
kebenarannya sebab nilai-nilai ini akan mempengaruhi perilakunya dalam situasi
konseling dan tingkah lakunya secara umum.
d.
Konselor cukup luwes untuk memahami dan
memperlakukan secara psikologis tanpa tekanan-tekanan sosial untuk memaksa
klien menyesuaikan dirinya.
Jones menyebutkan 7 sifat yang harus dimiliki
oleh seorang konselor:
a.
Tingkah laku yang etis
b.
kemampuan intelektual
c.
Keluwesan (Flexibility)
e.
Sikap Penerimaan (acceptance)
f.
Pemahaman (understanding)
g.
peka terhadap rahasia pribadi
h.
komunikasi
Situasi konseling menuntut reaksi yang
adekuat dari pihak konselor, yaitu konselor harus dapat bereaksi sesuai dengan
perasaan dan pengalaman konseli. Bentuk reaksi ini sangat diperlukan oleh
konseli karena dapat membantu konseli melihat perasaanya sendiri.
Syarat- syarat diatas tentunya dapat
terpenuhi jika konselor memiliki keinginan untuk menambah pengetahuannya dengan
cara mencari ilmu sebanyak mungkin.
Seorang konselor profesional selayaknya
memiliki pendidikan profesi, yaitu jurusan bimbingan konseling Strata Satu
(S1), S2 maupun S3. Sekurang-kurannya pernah mengikuti
pendidikan dan pelatihan tentang bimbingan dan konseling Seorang guru
pembimbing atau konselor nonprofessional yakni alumni fakultas keguruan atau
tarbiyah dapat diangkat menjadi seorang konselor profesional, tetapi harus
mengikuti terlebih dahulu pendidikan tambahan (pendididkan profesi) dalam
bidang bimbingan dan konseling.
Syarat pendidikan berkenaan dengan keilmuan
yang dimiliki oleh guru pembimbing atau konselor. Konselor tidak saja harus
memiliki ilmu bimbingan dan konseling, tetapi juga harus memiliki pengetahuan
psikologi, bimbingan, dan konseling keterampilan komunikasi sosial dan
konseling.
Dalam empati umat
beragama, para pemimpin dan tokoh agama mempunyai peranan yang besar, yaitu:
1. Menterjemahkan
nilai-nilai dan norma-norma agama ke dalam kehidupan bermasyarakat
2. Menerjemahkan gagasan-gagasan
pembangunan ke dalam bahasa yang dimengerti oleh masyarakat.
3. Memberikan
pendapat, saran dan kritik yang sehat terhadap ide-ide dan cara-cara yang
dilakukan untuk suksesnya pembangunan.
4. Mendorong dan
membimbing masyarakat dan umat beragama untuk ikut serta dalam usaha
pembangunan
5. Meredamkan api-api
konflik yang ada dan berusaha mencari titk temu dan solusi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar